Sudah hampir 20 menit. Untung ada Aldi yang menemaninya mengobrol sehingga Mungga tidak jenuh menunggu.
Mungga mengerjapkan mata beberapa kali ketika melihat Rere menuruni anak tangga. Dengan dress selutut berwarna abu-abu yang elegan, rambut panjang yang ia biarkan terurai dengan di gelombangkan ujungnya, di tambah make up hasil karya Mamanya Rere yang sederhana namun mampu membuat Rere terlihat jauh lebih cantik dari biasanya.
Rere berjalan keluar rumah, berlalu melewati Mungga yang tengah duduk di sofa sambil terus memandanginya.
Melihat Rere yang sudah berada di luar, Mungga segera berpamitan pada Irma dan Aldi keburu Rere berubah pikiran dan tidak jadi pergi ke pestanya.
Mungga membukakan pintu mobil untuk Rere, dan tanpa banyak bicara Rere masuk ke dalam mobil yang terbilang mewah ini. Selama di perjalan Mungga tak henti melirik ke arah Rere, namun ia tetap bisa fokus menyetir.
"Tumben lo bawa mobil." tanya Rere membuka suara dengan pandangan tetap ke arah jalan.
Mungga menggerakan kepala ke arah Rere. "Masa iya lo udah cantik pake ginian mau gue boncengin pake motor, ntar yang ada lo nggak cantik lagi pas nyampe rumah gue."
"Emang gue cantik?"
"Jelek sih. Banget malah." bohong Mungga seraya memfokuskan mata lurus ke jalan.
Mungga terkekeh ketika melihat Rere yang mengerucutkan bibir saat mendengar ucapannya. Tangannya terangkat mengacak-ngacak puncak kepala Rere.
"Rambut gueee. Jangan sentuh ih." gerutu Rere.
Mungga menghentikan aktifitas mengacak-ngacak rambut Rere saat ia sudah sampai di gerbang besar rumahnya. Ia segera memarkirkan mobil lamborghini gallardo yang berwarna putih mengkilap itu di halaman rumah yang terbilang luas. Sederet mobil-mobil mewah milik para tamu pun sudah berderet rapi di halaman itu.
"Ayok masuk." ajak Mungga saat melihat Rere malah terdiam.
Rere mengigit bibir bawahnya. "Gue malu, gue di sini aja ya."
"Ngapain malu? Kan bareng gue."
Rere menahan tangan Mungga yang menariknya. "Gue nggak keliatan alay kan? Nggak menor kaya cabe-cabean kan? Nggak kaya tante-tante?" tanya Rere beruntun khawatir.
Mungga tersenyum manis tanpa menjawab. melihat Rere yang terus terdiam sambil memegangi kotak kecil yang Rere bawa, ia langsung menggandengan tangan Rere masuk ke dalam rumah. Tangan Rere dingin, wajahnya terlihat gelisah. Seperti habis di kejar anjing galak milik tetangganya. Namun Mungga mengeratkan tangan dengan terus tersenyum padanya agar ia bisa segera rileks.
Yang pertama mereka temukan saat baru memasuki rumah besar itu adalah keluarga Mungga. Keduanya melangkah mendekat. Mungga segera mengenalkan Rere pada satu persatu keluarganya. Sekilas setelah Rere mengucapkan Ulang tahun dan memberikan kadonya pada Karina, Rere melihat Jane tapi saat ia melihat kembali Jane sudah tidak ada di tempatnya.
"Lo make mobil gue nggak izin dulu." tanya Salma sarkartis saat Mungga mendekatikanya.
Mungga nyengir lebar memamerkan deretan gigi-giginya. Seraya memberikan kunci mobil. "Udah bilang mama kok katanya boleh."
Salma mendengus kesal. "Awas kalo gue liat mobil gue penyok-penyok lagi."
Rere tersenyum ketika Salma mulai mengetahui keberadaannya.
"Lo Reinata?"
"Iya kak."
"Lo temen adek gue?"
"Iya kak."
Oh tuhan Rere benar-benar canggung, di tambah kikuk sekarang. wanita cantik ini sama dinginnya dengan Rere. Pun Rere tak bisa langsung akrab dengan orang-orang yang baru ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...