10. Hair Dryer

776 66 1
                                    

Mungga menatap malas ke tiga manusia yang sejak dua jam lalu datang mengambil alih fungsi kamarnya. Dimas dan Ferdio yang sedari tadi sibuk dengan stik PS plus toples-toples makanan ringan yang isinya tidak lagi penuh. Dan Bobby yang tidur sembarang membuat kasurnya berantakan, sementara tangan dan matanya terus bergelut dengan layar ponsel. Asyik dengan game online.

Kesalnya lagi, Rere tidak kunjung online dan membalas chat darinya plus ponsel Mungga yang berbaterai merah hingga harus ia charge. Membuatnya kesal sendiri.

Padahal malam minggu, dasarnya empat sejoli ini memang tidak ada yang berstatus pacaran. Eits, bukannya nggak laku. Bahkan mereka selalu di kelilingi cewek-cewek cantik setiap hari. Tapi banyak alasan kenapa mereka memilih untuk tetap mempertahankan gelar jomblonya.

"Anjir gue kalah mulu masa?!" Teriak Bobby dengan melempar bantal ke arah Mungga yang tengah duduk di sofa kecil.

"Anjing lo, kamar gue jadi kayak abis kena badai tornado gara-gara lo batak."

Bobby terkekeh. "Apa si bukan cuma gue doang yang berantakin. Tuh dua curut juga."

Bela Bobby sambil melempar bantal ke arah Dimas dan Ferdio. Sementara yang di lempar tetap asyik dengan aktifitasnya.

Mungga mendengus. "Lo bertiga keluar kek, jalan-jalan nyari cewe biar nggak keliatan jones-jones amat. Prihatin gue liatnya."

Dimas menggerakan badan 180 derajat menatap tajam Mungga. Ia sudah selesai bermain. "Mikir yang ngomong juga jomblo."

Mungga menyunggingkan seringai tak berdosanya.

"Bener, Kita sebagai rakyat jomblo kudu saling toleransi dong, menjunjung tinggi martabak eh maksud gue martabat sesama kaum jomblo." Ucap Bobby sembari mengangguk-anggukan kepala dengan mata terpejam.

"Ngomong apa si lo monyet." Ucap Mungga melempari kulit kacang ke arah Bobby.

"Gue pergi deh." Ucap Dimas beralih dari tempat duduknya.

"Sono pergi."

"Kemana?" Ucap Ferdio yang baru saja selesai main.

"Rumah gebetan lah."

"Pamer!!" Mungga beralih melempari kulit kacang ke arah Dimas.

"Sirik aja lo bulu ketek Master Limbad."

Dimas nyelonong keluar dari kamar Mungga. Meninggalkan ketiga karibnya dengan Bobby yang tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Dimas.

Giliran Ferdio yang beranjak dari duduknya beralih mengambil bag paper kecil yang sedari tadi ia taruh di meja belajar Mungga.

"Gue juga pergi deh keburu malem."

"Kemana lo? Nyari cabe-cabean? Ato mau nyari bencong thailand di alun-alun? Apa mau ngapelin mimi peri?" Tanya Mungga ngaco.

"Ke rumah Reinata."

"Ee busettt, gue mencium bau tikung menikung nih."

Ferdio menjitak keras kepala Bobby membuatnya meringis mengelus kepalanya.

"Goblok, gue cuma mau ngasih ini di suruh mama gue." Ferdio menunjukan tas kecil yang berada di tangan kanannya.

Bobby nyengir tak berdosa sambil mengangkat dua jari membentuk peace.

"Paan tuh?"

"Kepo aja lo batak."

"Ohh ya udah sana, ngapain lo masih di sini."

"Lo ngusir gue."

"Gue kan cuma ngomong elah." Ucap Mungga dengan seringainya.

"Lo nggak pergi juga." Mungga beralih bertanya pada Bobby.

Mr. M3 | munggaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang