"Minggu kemarin kamu pergi sama siapa?"
Mungga yang tengah menghabiskan sarapannya mendongak, menatap Hendra-ayahnya yang tiba-tiba membuka suara.
"Jalan dong Pa, eh tunggu-tunggu Papa tau dari mana?"
"Ada anak buah Papa yang melihatmu."
Mungga berdecak. "Apa Papa ngintai Mungga lagi?"
"Memang seharusnya iya, kamu selalu membuat masalah dimana pun kamu berada. Seperti di sekolah bahkan kamu selalu mendapat penilaian buruk di mata guru BKmu kan."
Mungga menghela nafas kasar, kenapa bapak-bapak tua ini selalu saja berbicara seformal ini? Ia bukan rekan bisnisnya hingga ayahnya harus berbicara seformal itu. Lagi, dia selalu di awasi oleh anak buah Hendra meski Mungga tidak tau siapa yang di suruh ayahnya. Membuatnya tidak nyaman tentu.
"Kau harus berubah Muhammad Munggaran Meldrat, kamu punya tanggung jawab besar setelah lulus nanti. Dan kamu harus mempersiapkan segalanya dari sekarang." ucap Hendra dengan wajah datarnya.
Mungga malas menjawab, ia sibuk memainkan sendok dan garpu yang sudah berada di tangannya sedari tadi.
"Hendra sudahlah." ucap Karina yang sedari tadi hanya menjadi pendengar.
"Sudah apanya? Kau selalu saja memanjakan dia Karina, lihat dia sekarang lebih mementikan bermain di bandingkan memikirkan sekolah."
Karina menghela nafas. "Kau tau Ndra, dia lebih rajin sekolah. Berkat siapa? Berkat Reinata. Dia tidak pernah terlambat ke sekolah sekarang. Lihat saja absennya di sekolah sekarang tidak seburuk dulu. Meskipun nilai moralnya masih buruk."
"Tuh pa dengerin mama kek, jangan cuma marahin doang dong bisanya."
Mungga merasakan sakit di kepalanya ketika seseorang menjitak kepalanya dengan keras. Sontak ia segera membalikan badan di dapatinya Salma bersama Ilham yang baru saja datang.
"Yang sopan lo kalok ngomong sama papa."
Mungga mengelus-ngelus kepalanya yang masih terasa sakit. "Apa sih kak, lo kebiasaan banget deh elah. Bang Ilham? Kenapa lo mau nikah sama ibu tirinya Rapunzel ini sih heran gue mah. Udah jelek gendut apa yang patut di banggain sih."
Sontak Salma menjambak rambut jambul kebanggan Mungga yang sudah di tata apik dengan keras. "Lo bilang apa hah?!! Berat gue cuma 50 kg lo bilang gue gendut!!"
Ilham hanya menggelengkan kepala ketika melihat kedua kakak-beradik itu selalu berkelahi ketika bertemu.
"Liat ma, nenek lampir ini selalu nyiksa kembarannya Zayn Malik." aduh Mungga memasang wajah dramatis.
"Sudah Salma, Mungga siapa tadi nama temanmu? Reinata? Bawa dia kerumah besok saat pesta ulang tahun Mamamu." ucap Hendra masih dengan nada formalnya.
"Ehh?" Mungga memperjelas wajah bingungnya.
"Papa ingin bertemu dia." ucap Hendra final.
Mungga melirik ke arah mamanya, Karina hanya tersenyum sambil menganggukan kepala. Tanda ia harus melaksanakan perintah Hendra.
"Oke deh." ucap Mungga seraya beranjak dari kursinya.
"Mau kemana lo?"
"Jemput gebetan lah." jawab Mungga dengan seringai menyebalkan.
"Pamerr!? Baru gebetan aja belagu."
"Sirik aja sih lo, gentong Nenek Lampir." ucap Mungga terkikik dengan ucapannya melenggang pergi meninggalkan meja makan, tidak peduli dengan sumpah serapah yang jelas terlontar dari mulut Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...