Tawa Agnes menggelegar di seluruh ruang kelas. Anggap saja Agnes memang di takdirkan untuk membuat kaca-kaca jendela sekolah pecah.
"Agnes berisik!?" seru Rere geram karena Agnes terus-terusan tertawa sejak dari kantin.
Dilla memegang puncak kepala Agnes. "Setan kunti yang menghuni tubuh Agnes pergi lah!?"
Agnes berhenti tertawa dan menepis tangan Dilla.
"Astaga Dill, amit-amit. Tubuh gue suci tanpa dosa mana bisa kunti masuk."
"Lo ketawa mulu gue kira kesurupan."
"Abisnya gokil liat si Caya di tolak Raka mentah-mentah begitu."
Agnes memang terus-menerus tertawa setelah menyaksikan adegan di mana Caya, sang cabe-cabean kurang belaian dari kelas XI IPS2 menyatakan secara terang-terangan perasaannya pada Raka di kantin tadi. Namun Raka malah diam seraya menghabiskan makanannya, bahkan dia terus diam sampai akhirnya ia berseru keras saat mulai kesal karena Caya terus mengganggu jam makannya dengan mengatakan bahwa ia sama sekali tak menyukai Caya. Bahkan Raka bilang kalau Caya itu tak punya malu.
Agnes kembali tertawa ketika mengingingat kejadian itu, sementara Rere menatap Agnes dengan tatapan datar. Rere tau Agnes memang mempunyai dendam kesumat pada si adik kelas itu karena dulu gebetannya pernah di rebut oleh Caya.
"Nes, sadar Nes."
"Puas banget gue liatnya anjirr, lebih hot dari pada liat roti sobek Sehun."
"Idih, ini orang sinting." Dilla mulai bergidik dengan kelakuan Agnes.
"Eh tapi Re, gue tebak si Raka masih ada rasa deh sama lo." Dilla menggoyang-goyang lengan Rere.
"Sok tau lo."
"Hih beneran, lo nggak liat tadi Raka merhatiin lo melulu setelah dia nolak Caya?"
Rere menggeleng, memang ia tak memperhatikan. Baginya itu adalah hal yang tak begitu penting untuk di tonton.
"Sebenernya dari kemaren-kemaren sih gue perhatiin emang Raka suka curi-curi pandang gitu kalau ketemu lo. Lo nyadar nggak si?" Agnes ikut beropini.
"Perasaan lo berdua aja kali."
"Gue yakin dia emang masih suka lo deh Re, tapi dia tau diri kalau lo udah pacaran sama Mungga, jadi ngejauh gitu sama lo." Dilla berucap dengan mantap.
"Bagus dong kalau dia tau diri."
Memang semenjak Mungga mengumumkan kepada publik kalau Ia dan Rere resmi berpacaran, Raka seakan menjaga jarak. Padahal biasanya Raka sering menemuinya.
"Ampun ya Nes, temen lo tuh."
"Temen lo juga dodol."
"Iya ding." Ucap Dilla seraya mengambil ponsel di saku bajunya.
Rere tak menghiraukan, ia malah sibuk berkutat dengan angka-angka, mengerjakan PR kimia yang di jam pelajaran pertama tadi di beri kan oleh guru. Sementara Agnes jangan di tanya, ia sedang asyik melihat-lihat vidio biasnya di youtobe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...