Mungga masuk ke dalam kelasnya, XI IPS2. dengan nafas yang masih tidak teratur. Kemudian duduk di samping Ferdio yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
Menyadari Mungga datang, Ferdio menggerakan kepala sembilan puluh derajat ke arah Mungga.
"Lo dari mana? pagi-pagi gini lari-larian. Olahraga lo?" Tanya Ferdio yang melihat Mungga dengan keringat yang membasahi keningnya.
"Abis ngerjar kawan cewenya yang tadi itu, salah sendiri pagi-pagi udah jailin orang." Ucap Dimas yang duduk di belakang bangku Ferdio.
Ferdio mentautkan kedua alisnya.
"Temen lo yang mana?"
"Es kutub Fer." Jawab Mungga sambil mengelap keringat.
"Eh maksud lo Reinata? Pantes tadi gue ketemu dia di koridor bawah. Jalannya buru-buru banget. Ngapain dia di sini."
"Jadi yang tadi sama Mungga itu kawan lo Fer? Pantesan kayak nggak asing gitu mukanya. Dia itu yang sering jalan sama lo sampe di kira cewe lo bukannya Fer?" Tanya Dimas beruntun.
"Iya, tapi bukan cewe gue. Dia kawan gue dari kecil. Rumah kita juga sekompleks meski bukan tetangga." Jawab Ferdio
Ferdio menatap Mungga menyipitkan kedua matanya, menyelidik. "Jadi lo ngapain Rere Mung?"
Mungga menghela nafas, menjelaskan semua pada dua karibnya itu. Jujur dia hanya ingin pamer ke semua siswa-siswi di sini bahwa dia bergandengan bersama gadis cantik itu. Entah bagaimana pemikiran Mungga.
"Goblok lo." Ucap Ferdio selesai mendengar penjelasan Mungga.
"Eh nyet, lo ngerjain dia pas dia lagi nahan-nahan pengen pipis ya lo salah lah." Ucap Dimas menambahi.
"Gue salah ya?"
"Iyalah tolol."
"Trus gue kudu gimana dong?"
"Minta maaflah bego. Otak lo nggak bisa kepake sama sekali ya." Jawab Dimas.
"Tapi gue nggak ngerasa bersalah tuh." Bela Mungga enteng.
Dimas menjitak keras kepala Mungga. Membuat Mungga meringis sambil mengelus kepalanya.
"Sakit anjing, terus gue harus gimana?"
"Lo yang udah kenal Rere dari TK Fer, gimana caranya minta maaf ke es kutub? Gue yakin cara apa pun nggak bakal ada yang mempan." tanya mungga pada Ferdio. Mengingat Rere yang seperti patung hidup rasanya sulit menurut Mungga.
"Setau gue sih dia itu pemaaf, tapi nggak tau deh kalo sama lo dia kayak gitu kan sejak lo sama dia di kandidat jadi ketua dan wakil ketua OSIS pas SMP dulu." Jawab Ferdio.
Mungga menghela nafas berat. Ya, 3 tahun sebelumnya mungga dan rere memang pasangan kandidat OSIS. Mungga yang tidak pernah perduli dan acuh tak acuh dengan semua kegiatan OSIS membuat Rere bersikap sangat dingin padanya.
"Itu pas gue lagi nakal-nakalnya, kejadian zaman penjajahan dulu masih aja di inget-inget elahh. Jadi gue.."
"Apa si, apa si pagi-pagi udah ngegosip abang bobby ikutan dong." Potong Bobby yang tiba-tiba muncul dengan segala kehebohannya.
Dimas yang sedang mendengarkan Mungga terkejut.
"Heh orang batak yang nggak bisa ngomong batak, yang nggak bisa melek ganggu aja lo." Ketus Dimas.
Bobby berdecak sebal.
"Elah gue kan cuma pengen ikut ngegosip. apa si bawa-bawa suku nih, gue aduhin buyutnya Simanjuntak lo. Lagian mata sipit gue juga punya daya tarik sendiri yang membuat gue berasa mirip oppa korea." Jawab Bobby dengan bibir yang mengerucut.
"Semerdeka lo." ucap Dimas dan Mungga bersamaan.
Ddrttt
Ddrrrtt"Fer ponsel lo bunyi tuh." Ucap Mungga.
"Bentar." Ucap Ferdi nyelonong pergi.
Ferdio mengangkat ponselnya yang berteriak ada yang memanggil, pergi menjauh dari ketiga orang ajaib itu meninggalkan Bobby dengan segala celotehnya yang tidak akan ada habisnya sampai ratu Cleopatra hidup kembali.
"Jadi lo gimana?" Tanya Dimas.
"Apanya" Polos Mungga.
Dimas berdecak. "Lo itu harus minta maaf bego."
"Tau ah demi seblaknya Mang Ujang yang pedesnya nggak wajar buat manusia, dede pusing bang." Jawab Mungga sembari menelungkupkan kepala di atas meja.
"Elah lo yang terbiasa ngadepin para fans sasaeng lo masa ngadepin cewe itu aja nggak bisa? Siapa tadi namanya? Gurita?" Ucap Dimas ngaco.
"Namanya gurita? Pasti orang tuanya penggemar sea food ya." Ucap Bobby yang di setai tawanya saat mendengar ucapan Dimas.
"Bukan gurita, tapi es kutub." Jawab Mungga dengan menyunggingkan senyum seringai.
Bobby dan Dimas hanya diam saling berpandangan. Bingung.
"Ini guru pada kemana? kok kelas kosong?" Tanya Mungga celingak-celinguk melihat keadaan kelas kosong tidak ada guru masuk.
"Kata Ferdio sih ada rapat sama anak-anak OSIS buat nyiapin persiapan anniversary sekolah.palingan sampe pulang juga nggak ada pelajaran." Jawab Dimas.
"Asik bisa main rank dengan tenang tanpa ada gangguan nih." Ucap Bobby dengan semangat empat lima.
"Lho, Ferdio sendiri ngapa nggak ikut rapat? Sekarang jadi ketua OSIS bener-bener enak ya." Tanya Mungga.
"Lo kayak nggak tau Ferdio aja." Jawab Dimas.
Mungga hanya mengangguk paham, Ferdio memang ketua OSIS sekolah ini. Terlihat tidak peduli tapi sebenarnya dia adalah ketua OSIS yang sangat bertanggung jawab. Berbeda dengannya dulu, dulu.
"Woy batak, lo main sendirian aja. Ajak-ajak kek." Ucap Mungga pada Bobby yang sedang asyik dengan game onlinenya.
"Buruan nyet."
Beberapa waktu kemudian mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Memainkan mobile legend selama berjam-jam, kebiasaan sampai lupa waktu.
***
Nguunggg..
Nguunggg...Bel istirahat berbunyi. Semua siswa-siswi SMA Mahardika berhambur ke kantin untuk mengisi perut yang sedari tadi menahan lapar.
"Ayok dong Re ke kantin cacing gue udah demo dari tadi." Ajak Dilla pada Rere untuk kesekian kalinya.
"Kalian aja, gue males." Jawab Rere datar dengan pandangan lurus membaca novel yang ia bawa dari rumah.
"Demi Sehun yang nembak gue di tengah lapangan sekolah, udah lah Re lupain masalah tadi pagi elah." Ucap Agnes gemas.
Rere diam tak menjawab.
Mood Rere memang benar-benar buruk sejak pagi. Niatnya yang ingin berangkat pagi malah datang sangat terlambat. Kalau pak satpam tidak berbaik hati membukakan gerbang yang sudah tertutup mungkin dia tidak akan masuk sekolah hari ini. Padahal ada ulangan fisika sudah menunggunya. Meskipun dia harus memohon-mohon pada Pak Edi, satpam sekolah ini untuk bisa masuk ke kelas.
"Gue nggak laper Dilla." Ucap Rere.
Dilla menghela nafas.
"Gue tau lo nggak sarapan kalo tante lagi nggak di rumah, nanti gue lagi yang di salahin abang lo Re."
"Ayok lah Re." Bujuk Agnes lagi.
Rere menghentikan aktifitas membacanya, mendongakan kepalanya.
"Yaudah ayok."
Agnes dan Dilla menyunggingkan senyum.
"Emang alasan yang menyangkut abang lo adalah cara yang paling ampuh." Ucap Agnes.
Mereka berjalan beriringan bak anak ayam menuju kantin sekolah. Sesekali Agnes menyanyikan lagu k-popers kesukaannya dengan nada keras yang tidak enak di dengar.
***
Plis ini cerita saya nggak
garing-garing amat kan😁.
Jangan lupa vote dan coment ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...