Rere menguncir rambutnya asal ketika ia melihat jam digital berwarna pink yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir terlambat. Memang benar jika Rere susah sekali bangun pagi, tapi kali ini salahkan saja air hujan yang terus turun dari langit yang menyebabkan siapa pun mungkin enggan turun dari kasur karena hawa dingin dan kemageran yang melanda.
Segera ia berpamitan pada mamanya yang kala itu sedang bercuti kerja dan langsung berlari ke arah ruang tamu karena seseorang sudah terlalu lama menunggunya.
"Lo semedi di kamar mandi Re?" goda Mungga yang langsung di hadiahi pelototan galak Rere.
"Cerewet, buruan nanti telat." ucap Rere melangkah cepat.
Mungga mengerjapkan mata, sudah hampir 30 menit Mungga menunggu Rere dan sekarang Rere malah memarahinya. Jangan heran mengapa Mungga menunggu selama itu, karena saat Mungga datang Rere masih bermalas-malasan di tempat tidur memeluk bantal guling dengan baju tidur yang masih menempel.
Mungkin jika ia tak ingat sedang berada di rumah Rere ia akan bernyanyi keras menyanyikan lagu Jaran Goyang. Dengan kesabaran hati tingkat dewa Mungga segera berpamitan pada mama Rere dan langsung menyusul Rere keluar rumah.
"Bawa mobil?" tanya Rere ketika melihat mobil BMW mewah terparkir di halaman rumah. Sangat mewah untuk ukuran anak SMA. Sekarang ia bisa membayangkan betapa keluarga Meldrat itu bergelimang harta.
"Hujan." Mungga mendorong dahi Rere pelan kemudian langsung masuk ke dalam mobil.
Rere mendesis dan segera masuk ke dalam mobil juga. Ia ingat betul, mobil ini adalah mobil yang Mungga gunakan saat mengantarnya pulang dari pesta ulang tahun sekolah Mungga kala itu. Kemudian ia teringat kata-kata Salma kemarin.
"Makasih Re."
"Makasih buat apa kak?"
"Berkat lo Mungga yang tadinya anti naik mobil karena trauma sekarang udah nggak lagi. Sebenernya gara-gara kecelakaan waktu itu dia bener-bener nggak mau naik mobil, makanya gue kaget waktu dia pinjem mobil gue buat jemput lo pas ultah mama. Papa juga udah beliin mobil baru waktu dia tau Mungga pinjem mobil gue, tapi dia sama sekali nggak tertarik buat nerima mobil pemberian papa."
Rere tampak berfikir, apakah mobil ini yang Salma maksud? Otaknya juga teringat kala Mungga mengantarnya malam itu, seluruh murid yang ada memandang kepergian Mungga dengan tatapan yang sulit di artikan. Ada yang memandang dengan heran, ada juga yang takjub.
"Ini mobil lo?" tanya Rere penasaran.
"Kan kemaren itu lo yang bilang kalau ini mobil Salma yang gue curi kuncinya kayak waktu ulang tahun mama."
"Bohong."
Mungga yang tengah fokus menyetir menoleh. "Apanya?"
"Ini mobil lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. M3 | munggaran
Teen FictionIni bukan cerita seorang good boy atau bad boy apa lagi cerita romance boy. Bukan. Ini hanya cerita manusia aneh, Mr. M3. Atau lengkapnya Muhammad Munggaran Meldrat. Mungkin dia sedikit gila, suka centil sana sini juga, tapi kadang otaknya berfungsi...