28. Tanda Tangan

692 86 6
                                    


Kau tahu seaneh apa pun dirimu,
Herannya aku akan selalu menutup
Mata seakan kau adalah manusia
Paling sempurna.

Kau tahu seaneh apa pun dirimu,Herannya aku akan selalu menutupMata seakan kau adalah manusiaPaling sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reinata Puspita Aji

Rere terus memasang wajah kusut ketika Aldi menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Bukan, bukan karena Aldi yang telat menjemputnya tetapi karena hal lain.

"Kusut amat muka, maaf deh telat banget jemputnya."

Rere hanya bergumam.

Aldi menjembel pipi adiknya gemas. "Senyum dong, tambah jelek lo."

Rere memaksakan untuk tersenyum.

"Gitu dong, lagian kang ojek lo kemana? Dadakan banget minta jemputnya. Untung gue lagi nggak sibuk."

Rere mengedikan bahu meski Aldi tak melihatnya. Pandangan Rere menatap keluar jendela, memandang banyak rombongan motor yang sedang konvoi kelulusan dengan baju yang penuh dengan piloks dan coretan tanda tangan. Membuat macet karena jalanan penuh dengan suara yang sangat bising.

Ya, hari ini adalah hari pengumuman bagi kelas dua belas. Itulah yang membuat Rere sangat kesal sekarang. Bagaimana tidak, tadi Mungga mengirimnya pesan tak bisa menjemput dengan alasan mengikuti konvoi kelulusan. Apa-apaan manusia itu, belum saja lulus sudah aneh-aneh mengikuti konvoi kelulusan.

Rere tau betul, mungkin konvoi saat hari kelulusan itu sudah menjadi tradisi meski tidak semua murid mengikuti. Tapi menurutnya kegiatan itu tak berfaedah sama sekali. Kan lebih baik bajunya di sumbangkan ke orang yang tak mampu atau ke panti asuhan.

Rere mengedarkan pandangan ke orang-orang yang melewatinya.

"Wah asik nih, jadi ingen jaman dulu." ucap Aldi ketika melihat banyak rombongan yang memenuhi jalan.

"Apanya, nggak berfaedah banget." gumam Rere yang kesal karena jalanan macet total dengan terus memandang keluar jendela.

"Asik tau, lo belum tau aja sensasinya."

"Nggak pengen tau tuh."

Aldi berdecak. "Lurus banget idup lo, Re."

Rere malas menjawab. Sungguh, mood-nya benar-benar buruk sekarang.

"Re, Re.. Itu bukannya Munggaran bukan?" tanya Aldi menunjuk ke salah satu rombongan yang sedang berhenti sembarangan di pinggir jalan.

Rere mengikuti arah pandang Aldi dengan sedikit menyipitkan mata. Benar, itu adalah Mungga. Padahal Rere sudah berusaha untuk melarangnya. Namun, si keras kepala itu terus saja mencari alasan.

"Keren."

"Keren?" Rere menaikan kedua alisnya.

"Iya lah, mau turun?"

Mr. M3 | munggaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang