10

25 1 0
                                    


Rencana untuk merebahkan tubuhnya harus tertunda ketika sekretarisnya mengirim beberapa file,memgenai hasil rapat tadi yang harus segera ia setujui.

Zelvin duduk menyandarkan diri pada kepala ranjang dengan laptop yang menyalah di pangkuannya.

"Ini kopi kamu."

Syena menaruh secangkir kopi hitam diatas nakas tempat tidurnya.
Zelvin memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya di kamar gadis itu agar Syena dapat tidur dengan nyaman

Hal ini sudah biasa terjadi. Zelvin yang menemani gadis itu tertidur,atau jika Syena sudah terlalu takut dengan mimpi itu saat membuka matanya,maka Zelvin akan berbaring di sisi gadis itu sambil memeluknya.

"Kamu kenapa belum tidur? Masih banyak file yang harus saya baca,jadi saya tidak bisa memeluk kamu sampai tertidur." Ujar Zelvin.

Ini sudah pukul 2 pagi dan Syena berbaring di samping Zelvin seolah menunggu pria itu yang dengan serius larut dalam pekerjaannya. Membuat gadis itu tidak bisa menutup matanya.

"Saya hanya belum ngantuk." Syena berbalik membelakangi Zelvin yabg saat ini tengah memandang gadis itu.

"Syena,kamu sudah memberitahu keadaan kamu kepada orangtua kamu?"

Zelvin dapat melihat tubuh gadis menegang atas pertanyaan yang ia lontarkan.

Selama ini ia memang tidak pernah mengungkit mengenai keluarga gadis itu,tapi melihat Syena yang mulai menutup diri dari dunia luar akibat percobaan pemerkosaan yang menimpanya,Zelvin mulai khawatir dengan spikis gadis itu.

"Syena,kamu tidur?" Tanya Zelvin yang melihat gadis disampingnya tidak beralih menjawabnya.

Tubuh Syena terlihat sedikit bergetar diiringi dengan suara tanggis yang terdengar perlahan. Membuat Zelvin meletakan notebook nya dan beranjak berjalan ke sisi Syena.

"Hey...,kenapa?" Tanya Zelvin lembut.

Pria itu berjongkok dan menangkup wajah Syena. Menghapus airmata gadis itu.
Syena membenamkan wajahnya pada bantal dan kembali menanggis.

"Saya minta maaf atas pertanyaan saya tadi. Jangan menanggis lagi."

Zelvin mengelus rambut panjang Syena dengan lembut.

"Saya janji tidak akan bertanya lagi jika kamu berhenti menanggis." Seru Zelvin.

"Syena.." panggil Zelvin lembut.

Mengangkat kepalanya dan mencoba bangkit,Syena duduk di sisi ranjang dengan posisi Zelvin yang masih berjongkok kepadanya.

Pria itu kembali menghapus airmata di wajah Syena. Dan mengelus kedua pundak gadis itu dengan lembut.

"Jangan nanggis lagi. Saya tidak suka melihat kamu menanggis." Ujar Zelvin lembut.

"Papa ngusir saya karena menolak untuk menikah. Saya tidak bisa menikah dengan orang yang ingin memperkosa saya." Adu Syena dengan nada lirih.

Zelvin diam dan berusaha menjadi pendengar yang baik.
Baru kali ini gadis dihadapannya bersedia bercerita seperti ini.

"Saya cerita ke papa alasan kenapa saya menolak menikah. Tapi gak ada yang percaya sama saya. Mereka lebih memilih percaya kepada pria brengsek itu." Suara Syena mulai bergetar

"Akhirnya mereka ngusir saya dari rumah. Mereka membuang saya.." lirih Syena dengan airmata.

Zelvin memeluk gadis itu erat. Tidak menyangka bahwa Jonathan Richard adalah orang yang begitu egois terhadap putrinya sendiri.

"Ssstt.. udah,berhenti ngeluarin airmata kamu. Kamu punya saya." Ujar Zelvin sambil memeluk Syena.

Membenamkan wajah gadis itu pada dada bidangnya dan mengelus pemilik rambut coklat itu dengan sayang.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang