28

23 0 0
                                    

* Author Pov *

Rasa sakit menjalar,meluruh lantahkan semua harapan yang ingin di raih.

Syena menunggu Zelvin kembali. Sudah tengah malam dan pria itu pergi meninggalkannya entah kemana.

Beberapa pikiran buruk mulai terlintas dalam benak Syena.
Zelvin yang meninggalkannya.
Zelvin yang mulai bosan dengannya. Semua pikiran-pikiran buruk itu berputar terus menerus.

Syena duduk diatas sofa disudut kamar. Menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya pada kedua lutut. Berharap orang yang ditunggunya sejak tadi akan muncul dari balik pintu kamar tersebut.

Malam yang semakin larut,membuat Syena merasa takut. Ia takut ditinggalkan seorang diri,takut ketika tidak ada seorang pun di sisinya. Pria jahat itu akan kembali muncul dan tidak akan ada seorangpun yang akan berada di sampingnya,melindunginya. Ia benar-benar takut.

Ceklek.

Syena mengangkat kepalanya. Zelvin berdiri di depan pintu dengan mata yang menatap lurus kedepan. Mereka saling memandang.

Syena bangkit,berdiri di hadapan Zelvin. Menekan ketakutan-ketakutan serta bayangan yang terus berputar dalam kepalanya.

Mengenggam ujung gaun tidurnya,Syena yang tubuhnya bergetar gelisah,merapatkan diri pada Zelvin. Menyusup kedalam pelukan pria itu.

Zelvin semula menegang. Namun,tidak lama ia membalas pelukan Syena sambil sesekali mengelus bahu istrinya.

"Saya minta maaf.." suara Syena terbenam dalam pelukan Zelvin.

"Sst.. saya yang salah. Saya harusnya mengerti kamu."

Zelvin mengurai pelukannya. Menangkup dan menghapus air mata Syena.

"Sekarang kamu istirahat ya,kamu pucat banget." Ujar Zelvin.

                                ***

Tadinya Zelvin pikir,Syena sudah terlelap saat ia keluar dari kamar mandi. Ternyata pikiran tersebut salah,karena saat ini wanita itu masih duduk di pinggir ranjang.

"Kenapa belum tidur?"

"Kamu beneran gak marah sama saya?"

Zelvin mengerutkan alisnya,mendengar pertanyaan Syena.

"Nggak,saya gak marah."

"Beneran?" Syena meyakinkan.

"Hmm.." Zelvin mengangguk dan berniat bangkit,namun tangannya di genggam oleh Syena.

"Kenapa?" tatapan Zelvin kini terfokus salah tingkah.

"Saya mau kamu bantu saya untuk sembuh. Saya takut gak bisa menjadi wanita yang bisa memenuhi kebutuhan kamu."

Syena terlihat gelisah saat mengatakan keinginannya. Apalagi sejak tadi Zelvin masih betah menatapnya dalam.

Dan mendengar apa yang baru di ucapkan Syena,membuat ia merasa bersalah. Zelvin merasa seperti pria yang egois mementingkan kebutuhannya sendiri.

Syena meraih tangan Zelvin,membuat pria itu kembali menoleh padanya. Ia dapat melihat Syena yang terlihat ragu saat mendekatinya.

"Saya gak jamin kalau nanti saya gak akan ketakutan,tapi ingin menghilangkan mimpi buruk saya."

Zelvin hanya mendengar.

"Vin.." lirih Syena.

"Saya juga gak bisa menjamin untuk dapat menahan diri jika kamu menolak saya lagi."

   
                                ***

Zelvin membaringkan Syena dengan lembut. Menahan tubuhnnya agar tidak menindih tubuh kurus Syena yang beradi di bawah kendalinya.

Genggaman Syena pada bahu Zelvin begitu erat. Peluh dan wajah cantiknya terlihat jelas. Namun Zelvin  masih betah untuk terus mencium bibir lembut Syena,sesekali merambat ke leher jenjangnya.

"Heum.."

Remasan tangan Zelvin pada dadanya,membuat Syena melenguh tertahan.

Baju tidurnya terlihat berantakan. Saat tangan Zelvin mulai merambat ke bagian tubuh bawahnya,Syena menegang kaku.

Zelvin menyadari itu dan menghentikan perlakuannya. Menatap Syena,menunggu persetujuan.

"Ini saya,kamu cukup lihat saya dan lupakan apapun yang membuat kamu ketakutan."

Zelvin kembali mencium wajah istrinya dan sesekali mengulum daun telinga Syena. Membuat wanita itu melenguh.

Perlahan,Zelvin memyatukan inti tubuh keduanya. Zelvin terus menatap kedalam mata Syena. Tangannya sesekali mengusap peluh yang menghiasi wajah cantik itu.

                                 ***

Zelvin memandangi wajah yang terlelap dalam pelukannya. Tubuh polos Syena hanya tertutup oleh selimut putih gading,begitu pula Zelvin.

Zelvin memgingat,Syena beberapa kali terlihat gelisah saat Zelvin mulai menggerakan pusat tubuhnya kedalam tubuh Syena.

Meski belum mencapai puncaknya,Zelvin ingin menghentikan "kegiatan" mereka,namun Syena menolak. Mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Akhirnya Zelvin sesekali menenangkan Syena. Meyakinkan bahwa dirinyalah yang menyentuh wanita itu,buka oranglain.

Setelah menyudahi "kegiatan" mereka,Syena tidak mengatakan apapun dan terlelap dalam pelukan Zelvin.

Dan kini,pria itu hanya dapat menatap wajah lelap yang begitu tenang dalam dekapannya.

Zelvin sedikit lega karena Syena sudah bersedia di sentuh meski masih begitu kaku dan gelisah. Setidaknya reaksi wanita itu sudah tidak menolak kehadirannya lagi.

Mengelus puncak kepala Syena,kecupan lembut di berikan Zelvin. Membuat Syena menggeliat dalam tidurnya. Zelvin berharap wanita itu mempunyai mimpi yang indah dalam tidurnya.

Berharap Syena mendapatkan ketenangan dalam tidurnya dan membuang semua kenangan buruk dalam hidupnya.






Tbc

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang