15

20 1 0
                                    


Seorang pria menarik tangan wanita itu dengan dengan kasar. Membawa sang wanita memasuki sebuah ruangan dan mendorong wanita yang sudah menanggis itu dengan kasar menghimpit dinding.

Wanita itu adalah Syena. Pria itu terus mencium Syena dengan kasar meskipun ia terus meronta menolak sentuhan.Teriakan Syena di seluruh ruangan diabaikan begitu saja.

"TOLONG..."
"TOLONG SAYA..!!"
"SAYA GAK MAU.."

                                ***

"TOLONG !!"
"LEPAS.."

Syena bangkit dari tidurnya dengan peluh di seluruh tubuh. Matanya menerawang di seluruh ruangan yang temaram berkat lampu tidur di nakas sebelah kirinya.

Syena ketakutan.

Lagi-lagi mimpi itu datang lagi,pikirnya.

Syena menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang dengan tangan yang bertempu dikaki. Peluh masih membahasi kening dan seluruh leher,membuat tangannga terulur untuk meneguk segelas air yang tersedia diatas nakas.

Namun karena tubuh yang masih bergetar,Syena tanpa sengajak menjatuh gelas tersebut hingga pecah menjadi serpihan.

Tidak lama pintu kamar terbuka diikuti dengan Qira yang berjalan menghampirinya dengan wajah panik.

"Kamu gapapa Syena?"

"Maaf,saya tidak sengaja jatuhin gelasnya." Lirih Syena.

"Gapapa kok." Qira menghapus peluh di kening Syena dengan lembut. Memandang prihatin kepada Syena.

"Kamu mimpi buruk?Mama ambilin gelasnya lagi ya. Kamu tunggu sebentar." Ujar Qira bergegas bangkit.

Namun tangannya di genggam oleh Syena. Membuat wanita paruh baya itu kembali duduk.

"Ma,saya boleh minta peluk?" Suara Syena begitu pelan,tapi Qira tersenyum tipis dan menarik Syena untuk dipeluk.

"Kamu tidur lagi ya,ini juga masih tengah malam.Mama temani kamu tidur." Ujar Qira menyelimuti Syena yang kini sudah berbaring.

Syena sudah kembali terlelap sejak tadi dan saat ini Qira memandangi wajah cantik itu dengan sendu,tidak menyangka wanita secantik itu menderita seperti ini.

                              ***

Qira memasuki kamar tidurnya pada waktu dini,melihat sang suami yang masih terlelap di balik selimutnya.

"Mas,bangun donk. Udah subuh ini."

"Hmmm..."

Qira mengelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami yang biasa seperti ini.

"Mas,kalo kamu masih gak bangun,aku siram ya? Maaas..." guncangan pada tubuh Arvie membangunkannya,membuat Qira tersenyum riang.

"Oke,aku bangun."

                                ***

"Syena gak sarapan bareng kita?"

Arvie melangkah dan mendudukan diri di kursi meja makan sambil membolak-balikan surat kabar.

"Masih tidur dia,mungkin kelelahan." Ujar Qira meletakan secangkir kopi hitam untuk sang suami.

Arvie menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Qira dengan tatapan bertanya.

"Kenapa mas?"

"Syena masih tidur? Ini udah jam 8 lho." Ujar Arvie menunjukkan jam di pergelangan tangannya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang