Syena menatap ke seluruh ruangan apartement. Dekorasinya sangat berbeda dengan apartement lama."Kamu melamun lagi." Zelvin baru selesai menyimpan tas yang di bawanya dari rumah sakit.
"Di apartement ini ada tiga kamar. Kamar utama yang paling ujung sebelah kiri. Ruangan itu saya jadikan ruangan kerja." Tunjuk Zelvin yang dilihat oleh Syena.
"Dapurnya ada di sebelah sana,semua bahan makanan udah terisi di kulkas." Sambung Zelvin.
Syena hanya diam sambil terus memperhatikan seluruh ruangan apartement itu.
"Saya akan memperlihatkan sesuatu." Zelvin menarik tangan Syena lembut menuju kamar utama.
Syena melihat jalanan jakarta melalui balkon apartement. Dibawah ia melihat kolam berenang dengan air yang menyegarkan.
"Kamu bisa liat jalanan,pemamdangan lampu-lampu gedung yang ada disana saat malam hari dari sini." Seru Zelvin.
Syena hanya tersenyum tipis melihat pemandangan yang di suguhkan lewat balkon ini.
***
Zelvin memeluk tubuh Syena dari belakang. Membuat tubuh Syena menegang dan hal itu di rasakan oleh Zelvin.
Zelvin perlahan menyingkirkan rambut panjang dan memberikan menciuman pada tengkuk Syena.
"Vin.." Syena menjauhkan tubuhnya dari Zelvin.
"Kenapa..?"
"Saya.."
Zelvin dapat melihat tubuh Syena yang gelisah dan buliran keringat dingin terlihat.
"Saya ngerti. Saya gak akan maksa kamu. Saya janji kita cuma akan tidur."
Syena kembali berbaring di samping Zelvin,membelakangi pria itu. Zelvin hanya menatap punggung Syena dalam diam.
***
Baru beberapa saat matanya berhasil terlelap,Zelvin kembali terbangun akibat suara isak tanggis di sampingnya.
Menghidupkan lampu tidur diatas nakas,Zelvin menatap Syena.
"Syena.. kenapa?" Suara Zelvin parau.
"Hiks hiks..saya mimpi kejadian itu."
"Udah,kamu gapapa. Kita kembali tidur ya." Bujuk Zelvin lembut.
Meski dengan raut wajah terluka yabg masih terlihat jelas,Syena kembali membaringkan dirinya.
"Sini saya peluk."
Zelvin menarik Zyena untuk masuk kedalam pelukannya.
***
"Sal,semuanya udah selesai kamu packing semua?"
"Udah mas."
Zelvin berniat mengajak Syena untuk menginap beberapa hari di Puncak.
Wanita itu semakin sedikit berbicara setiap harinya,padahal Zelvin selalu berusaha mencairkan suasana.Ia pun sudah berhenti mengajak Syena bertemu dengan psikolog yang di sarankan oleh dokter Kara. Tidak ada yang bisa Zelvin lakukan saat Syena menanggis beberapa hari lalu. Mengatakan bahwa dirinya tidak gila.
"Nih mas koper mbak Syena." Ujar Salma sambil meletakan koper di depan pintu apartement.
"Semoga mbak Syena cepet ceria lagi ya,saya sedih ngeliat mbak Syena sering banget ngelamun."
Zelvin dapat melihat raut wajah Salma yang sedih,sedang membayangkan tingkah laku Syena di hadapannya 2 minggu ini.
"Makasi ya Sal,saya bersyukur banget kamu kembali ke apartement hari itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RomansaSyena sejak dulu terbiasa tanpa perhatian dari kedua orangtuanya.. Papa yang terlalu sibuk mengurus perusahaannya dan Mama yang selalu menuruti sang suami yang sibuk berpergian mengurus urusan perusahaan. Mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk...