4

37 2 0
                                    

*Author Pov*

Isyana membuka pintu kamar dan melihat sang suami tengah duduk pada sisi ranjang sambil menekuk wajahnya yang masih terlihat marah. Ucapan Syena benar-benar membakar amarahnya kali ini. Isyana duduk di samping Jonathan.

"Mas,Syena putri kita. Dia hanya masih syok mendengar kabar perjodohan ini. Nantinya pasti Syena akan mengerti bahwa Juna adalah pasangan yang terbaik." Ujar Isyana berusaha menenangkan amarah sang suami.

Jonathan yang mendengar ucapan sang istri hanya menghela nafas lelah tanpa berniat untuk menaggapi sang istri. 

"Kita undur saja rencana pernikahan Syena untuk sementara. Nanti aku akan membujuk Syena dan pasti ia akan menerima perjodohan ini" Lanjut Isyana yakin.

"Anak itu terlalu di manja sehingga ia menjadi pembangkang seperti ini. Bujuk dia dan katakan pernikahan akan tetap dilaksanakan seminggu lagi." Jonathan bangkit dan meninggalkan sang istri dengan perintah yang tidak mungkin di bantah oleh Isyana.

      

                                                                                                      ***

Syena baru saja turun dari tangga menuju ruang makan. Mencoba menetralkan wajahnya yang masih tampak sembab akibat pertengkarannya dengan sang papa. Melihat Jonathan dan Isyana yang sudah mengisi tempat duduk beserta makan malam yang sudah terhidang diatas meja,Syena duduk pada tempat duduk yang belum terisi. 

Tadinya Syena ingin melewatkan makan malamnya kali ini karena selera makannya sudah hilang sejak siang tadi akibat pertengkarannya,namun Isyana memanggilnya untuk makan malam bersama dan dengan terpaksa ia harus ikut karena tidak ingin semakin memancing amarah Jonathan untuk kedua kalinya.

Suasana begitu dingin saat menikmati makan malam yang terasa begitu sulit untuk ditelan oleh Syena. Harusnya makan malam ini menjadi begitu indah karena sangat jarang untuk keluarga dapat berkumpul seperti ini akibat kesibukan orangtuanya hingga mengakibatkan Jonathan dan Isyana sangat jarang tinggal dirumah mereka.

"Syena,besok pagi Juna akan menjemput kamu untuk fitting gaun penggantin kalian." Ujar Isyana lembut.

Syena masih mencerna ucapan sang mama sehingga ia meletakan makan yang sejak tadi hanya di aduk tanpa berniat memakannya.

"Mama,aku nggak bisa sama Juna. Aku mohon.." Lirih Syena.

BRAKKK !!!

Jonathan mengebrak meja makan dan menatap Syena dengan amarah yang tidak dapat di tahan.

"Keluar dari rumah ini jika kamu menolak pernikahan ini. Saya akan menganggap bahwa kamu bukan putri di keluarga ini. Silahkan tinggalkan rumah ini." Teriakan Jonathan membuat Isyana terkejut,begitu pula dengan Syena.

Syena menatap Jonathan dan Isyana bergantian dengan padangan nanar. Tidak menyangka bahwa orangtuanya mengusirnya dari rumah mereka sendiri.

"Mas.." Ujar Isyana penuh keterkejutan.

"Sudahlah Isyana,buat apa kita membiarkan manusia pembangkang hidup didalam rumah ini." Ujar Jonathan pada sang istri.

"Tapi mas,Syena.." 

"Naina,keputusanku sudah bulat. Jika Syena masih menolak perjodohan ini,maka ia bukan putri kita lagi." Ujar Jonathan.

"Tinggalkan rumah ini segera dan jangan pernah kembali jika kamu masih tidak ingin menuruti perintah saya." Seru Jonathan pada Syena sambil berlalu meninggalkan putrinya yang menanggis dan Isyana yang menunjukkan wajah sendu.

"Mama...Papa ngusir aku.." Adu Syena sambil menatap Isyana sendu.

"Maaf Syena,mama nggak bisa bantu kamu. Mama tidak berani membantah papa." Ujar Isyana sambil berlalu menyusul Jonathan.

Syena benar-benar merasa di buang. Sejak dulu ia tidak pernah merasakan kasih sayang seperti yang diberikan oleh orangtua diluar sana untuk anak-anak mereka. Meskipun terlahir dari keluarga kaya,Syena tidak pernah benar-benar menikmati kekayaan yang diberikan oleh orangtuanya. Masa-masa kecil Syena hanya ada bersama pembantu yang di pekerjakan Isyana untuknya,bahkan sang ibu kandung tidak pernah sekali pun mengantar Syena ke sekolah dan mengurus keperluan sekolahnya. Isyana hanya sibuk mengikuti sang suami untuk perjalanan bisnis tanpa memikirkan Syena.

Syena tidak pernah membantah,ia tidak ingin membebani kesibukan orangtuanya dengan segala permohonan-permohonan konyol semasa kecil. Tapi saat tumbuh dewasa,Syena mulai mengerti bahwa orangtuanya tidak hanya sibuk,akan tetapi orangtuanya tidak ingin menemuinya dan berkahir mengabaikannya begitu saja seolah tak dianggap.

Semakin dewasa Syena sudah tidak lagi membutuhkan perhatian kedua orang yang dianggap mama dan papa baginya,seolah ia sudah terbiasa hidup seorang diri tanpa membutuhkan perhatian dari siapapun.

                                                                                           ***

Dikamarnya Syena mulai memasukan beberapa helai baju kedalam koper beserta beberapa benda kesayangannya sejak dulu. Sambil menanggis,gadis itu berjalan menuruni tangga dan memperhatikan seluruh isi rumah yang penuh kenangan baginya. Tidak menyangka bahwa akhirnya ia akan diusir oleh kedua orangtuanya hanya karena sebuah ketidaksetujuannya untuk menikah. Memikirkan bahwa sejak dulu ia memang tidak berarti apa-apa bagi kedua orangtuanya.

Syena berbalik ketika mendengar seseorang menuruni tangga. Naina mendekat dengan wajah yang menatapnya penuh prihatin.

"Mama,aku pergi. Maaf karena tidak bisa menjadi anak yang baik untuk papa dan mama." Ujar Syena lirih.

"Kamu mau kemana sekarang ? Ini sudah larut malam." Ujar Isyana sendu.

"Aku masih bingung. Tapi aku nggak mau buat papa tambah marah karena aku." Ujar Syena sambil berusaha tersenyum.

"Ini handphone kamu dan ini buat kamu gunakan sementara" Ujar Isyana sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Mama nggak bisa ngasih credit card kamu karena papa ngelarang. Maaf Syena.." Ujar Isyana sedih.

Bagaimana pun Isyana tidak ingin membiarkan Syena pergi. Meski sejak dulu ia tidak benar-benar memperhatikan Syena dengan baik,namun jauh didalam hati ia menyayangi putrinya tersebut. Namun ia juga tidak mungkin membantah Jonathan karena rasa cintanya.

"Aku pergi Ma,semoga mama dan papa selalu bahagia." Ujar Syena dan mendorong kopernya meninggalkan rumah mewwah Jonathan.

Melangkahkan kaki keluar dari rumah mewah tersebut,Syena benar-benar merasa sendiri dan bingung harus kemana. Dengan wajah penuh tanggis,ia mencoba untuk melupakan segalanya dan bertekad menjalani hidupnya sendiri mulai saat ini. Melupakan bahwa ia dibuang begitu saja. Setidaknya ini lebih baik daripada berada dalam pernikahan yang tidak ia inginkan dan berada dalam neraka lainnya. Pikir Syena.

                                                                                       ***

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang