17

19 1 0
                                    

*Singgapura*

Suara dentuman musik terdengar di seluruh ruangan yang di terangu lampu-lampu disko. Memancarkan kesan bising di seluruh ruangan klub malam itu.

Disebuah ruangan bertuliskan VIP klub tersebut,Zelvin duduk bersama dua orang teman dekatnya. Sambil sesekali menyesap minuman berwana kuning ke emasan yang terasa pahit saat memasuki tenggorokan.

Saat ini Zelvin tengah berkumpul dengan kedua sahabatnya. Tadinya ia masih berada di perusahaan bersama berkas-berkasnya,namun Jordan memghubunginya dan mengajak bersantai bersama.

Sudah lama Zelvin berhenti memgunjungi klub setelah kembali ke Jakarta. Pekerjaan di perusahaan induk di Jakarta membuat ia tidak punya banyak waktu untuk menghabiskan malam di klub dan bertemu kedua sahabatnya.

"Bro,loe kapan balik ke Jakarta?" Pria bermata cantik dengan pakaian kasual bertanya kepada Zelvin.

"Minggu depan kalo masalah disini udah clear semua."

Pria yang bertanya tadi hanya mengabaikan jawaban santai Zelvin dan merangkul wanita berpakaian minim yang berada di sampingnya. Membuat Zelvin mendengus acuh.

"Loe bener-bener nggak minat sama salah satunya?" Pria lain yang berwajah tidak kalah tampan menunjuk dua wanita malam yang menemi mereka minum malam ini.

Zelvin menggeleng sambil mengacuhkan kedua sahabatnya yang malam ini sepakat untuk mengunjunginya ke Singgapura.

"Zelvin udah lama tobat. Gak kayak loe,bro." Ujar pria yang setengah mabuk.

"Kayak loe bener aja,Dan"

"Gue bener,selama clarissa kagak tau tingkah gue." Sergah pria berwajah tampannya.

"Bi,gue mau tanya deh. Hubungan loe dan Clarissa serius gak sih ? Loe masih aja hobi dengan cewek club."

"Clasrissa mana perduli sama gue,dia taunya gue ada jadwal di rumah sakit sampai minggu depan." Ujar Bian.

"Bro,gue cabut ya. Udah panas disini."

Pria yang sedari tadi sibuk berciuman panas dengan wanita bayarannya bangkit dengan mengandeng wanita tersebut meninggalkan ruangan bising itu.

"Gila tuh anak,masih aja hobi sama cewek klub." Ujar Bian yang tidak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Biarin aja. Ntar kalo bosen Jordan pasti pensiun sendiri."

Setelah Jordan pergi,Bian hanya diam sembari sesekali mencium wanita sexy di sampingnya. Sementara Zelvin hanya diam berkutat dengan ponselnya.

"Vin,Fiona batal nikah sama tunangannya."

Zelvin mengalihkan pandangannya pada Bian,berniat memdengar apa yang akan di sampaikan dokter muda itu mengenai seseorang di masa lalunya.

"Menurut kabar yang gue denger,Fiona minta duit mulu sama tunangannya dan berakhir dengan pembatalan pernikahan." Lanjut Bian menatap reaksi Zelvin.

"Loe masih ada feel sama dia?"

"Gak tau,udah lama juga gue ga ketemu dia. Sejak gue dan dia selesai,gue balik ke Indonesia."

Fiona adalah mantan kekasih Zelvin saat pria itu melanjutkan S2 nya di Kanada. Hubungan mereka bertahan lama sampai pada suatu hari wanita itu memutuskannya dan menghilang.

Zelvin yang saat itu begitu mencintai Fiona,begitu terluka. Hidupnya sempat berantakan dan sering berhubungan dengan wanita klub yang berbeda setiap malam. Namun,setelah menyelesaikan S2 nya,pria itu kembali ke Indonesia dan mulai menata kembali hidupnya dan menghilangkan kebiasaan dunia malamnya yang berbeda dengan adat keluarganya. Meski begitu,dia akan tetap menghargai ajakan kedua sahabatnya untuk bertemu di klub,dan akan menolak untum bersama wanita.

"Saran gue,loe jauh-jauh dari dia. Banyak temen gue yang bilang,Fiona udah jadi cewek gak bener."

Suara Bian membuyarkan lamunannya tentang ingatan masa lalunya. Menyesao minuman dan mengangguk setuju atas ucapan Bian.
  
                                  ***

Drrrtt
Drttt
Drrrtt

Getaran pada ponselnya,membuat Zelvin yang sedang menyesap minumannya berhenti dan mendekatkan ponsel tersebut kearah telinganya setelah melihat si penelpon.

"Halo.."

"Halo..? Saya ganggu? Kok bising banget."

"Saya lagi bersama teman saya. Kamu kenapa belum tidur? Ini sudah tengah malam."

"Saya kebangun."  Zelvin dapat memdengar nada lirih dari seberang sana.

"Kamu mimpi buruk lagi?"

"Hmm,tapi tidak seburuk kemarin. Setidaknya saya tidak berteriak lagi."
kekehan Syena disana menyalurkan senyum tipis di wajah lelah Zelvin.

Bian yang melihat sahabatnya berbicara dengan lembut,mengerutkan dahinya penasaran terhadap orang yang berada di seberang sana.

"Sebaiknya kamu kembali tidur. Ini sudah larut malam."

"Kamu juga harus istirahat."

"Iya,jaga diri kamu. Selamat malam."

Zelvin kembali menyimpan ponselnya setelah sambungan telfon itu terputus.

"Who is..?" Tanya Bian menatap Zelvin penasaran.

"Syena." Suara Zelvin terdengar dingin

"Who is Syena?"

"Anak tunggal Jonathan Richard."

Bian terkejut mendengar nama Richard disebut. Ia mengenal betul keluarga itu meskipun bukan secara pribadi. King Group adalah perusahaan besar yang cukup berpengaruh.

"Loe serius ? Putri keluarga mereka itu jarang di ekspos. Setau gue,pasti gak segampang itu deket dengan putri mereka bahkan sekalipun kekayaan loe seimbang dengan mereka."

"Hanya kebetulan."

Bian mengerti bahwa Zelvin tidak ingin kehidupan pribadinya di singgung,jadi ia berhenti untuk bertanya.

" Gue harus cabut sekarang,udah jam 3 pagi."

Mendapat persetujuan Bian,pria tampan itu berlalu meninggalkan klub setelah membayar tagihan mereka.

                                 ***

*Kediaman Keluarga Arvie"

Qira duduk di sambil menemani sang suami bersantai di halaman belakang. Menikmati hari minggu.
Duduk dengan gelisah,berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya berbicara kepada Arvie.

"Kamu kenapa ? Mau izin buat shopping lagi ?"

Arvie sedari tadi menyadari akan  kegelisahan sang istri mulai terganggu.

"Mas,kalau aku ngomong nanti. Kamu harus janji gak marah ya?"

Menghentikan kegiatannya menanam sayur,Arvie memandang istrinya heran.

"Apa aku pernah marah sama kamu selama kita menikah?"

"Gak.." lirih Qira.

"Ada apa Qira?"

"Mas,aku mau nikahin Zelvin dan Syena secepatnya."



tbc

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang