"Siswi baru? Kapan datengnya? "
"Tadi pagi. Lo kan telat datengnya Ken. "
"Cewek apa Cowok? " pertanyaan Ken dihadiahi jitakan manis di kepala oleh Dimas.
Dimas mengelus kepalan tangannya yang habis dipakai untuk menjitak Ken, "Bisa bedain siswi sama siswa kan lo? "
"Gue nanya Dim. Slow aja. Jangan ngegas," Ken mengelus kepalanya. "Kelas berapa? "
"Setau gue kelas 11 Ipa 4,"
Secuil informasi dari sahabatnya membuat Ken menggumam dalam hati. Penasaran.
Soalnya tadi pagi dia datang terlambat lagi. Bukan karena dia anak nakal. Ken terlambat karena suatu kepentingan.
Pas masuk kelas, teman sekelasnya sudah heboh membahas anak baru. Kata-kata yang sering diulang-ulang oleh mereka hanya cantik, manis, mungil.
Itu saja.
Oh tunggu, Ken Anggara. Siswa kelas 11 di Sekolah Menengah Atas. Jurusan Ipa. Populer, tapi benci keramaian.
Pernah pacaran beberapa kali tapi gak pernah nembak duluan. Lebih suka yang sepantaran saja.
Bola matanya coklat hazel, terlihat dingin dan tajam tapi itu yang menjadi daya tariknya. Tinggi badan cukup untuk menjadi seorang model.
Rambutnya selalu dibiarkan tanpa tambahan gel rambut atau apapun. Kulitnya putih sekali, serasi dengan bibirnya yang berwarna merah.
Panggilannya selain Vampire, ya Cold.
###
Jam 12.30
Hari Senin.Setelah berbicara dengan Dimas, Ken memutuskan untuk kembali ke kelas. Matanya lagi-lagi menjelajah. Mencari gadis yang kini menjadi primadona sekolah, walaupun yang melihat ia masuk ke ruang guru hanya segelintir.
Kantin terletak di dasar gedung sekolahnya. Sedangkan kelas Ken ada di lantai 3.
Langkah-langkahnya panjang. Makanya cepet sampe. Kelas Ken ada di ujung Lorong sebelah barat. Di ujung lorong itu, ada jendela besar dengan dua kusen yang dilapisi gorden putih transparan.
Ken suka sekali duduk di sana.
Jendela itu menjadi favorit Ken karena menghadap ke lapangan upacara dengan 4 sisi yang begitu luas. Di hiasi dengan berbagai pepohonan tinggi hanya di kedua sisinya.
Tapi, selain itu ada lagi alasan yang membuatnya betah berlama-lama berdiri di depan jendela.
Jendela itu menjadi favorit karena Ken selalu melihat sunset disana. Sendirian. Setiap hari.
Ken mendekat dengan perlahan. Membuka salah satu kusennya hingga terdengar agak berderit.
Baru akan menikmati bau hujan yang baru saja turun, matanya menangkap sebuah pesawat dari kertas origami berwarna hitam terjatuh dari atas. Kemungkinan besarnya hanya rooftop.
Belum selesai rasa penasarannya, satu pesawat jatuh lagi. Tetap berwarna hitam. Disusul pesawat pesawat lain hingga jumlahnya belasan.
Ken menengok ke atas.
Matanya terbelalak. Seorang gadis duduk di pinggiran rooftop. Wajahnya tak terlihat. Ken tau bahwa ia seorang gadis karena seseorang itu menggunakan rok khas Sekolahnya.
Ken buru-buru naik ke atas. Pikirannya sudah menghayal kemana-mana. Padahal rooftop perlu menaiki 3 lantai lagi, tapi Ken berhasil tiba hanya dalam waktu 2 menit lebih.
Ketika berhasil membuka pintu rooftop, keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya.
Nafas Ken masih tersengal-sengal. Matanya mengarah ke pinggiran rooftop.
Gadis itu masih disana.
Ken meneguk ludah. Menetralkan napasnya. Lalu mengucek-ngucek matanya.
Takut gadis itu bukan manusia.
Dari belakang, rambut gadis itu terkuncir kuda. Ujungnya berwarna kecoklatan terang. Agak ikal. Seragam gadis itu terlihat sangat pas di tubuhnya yang terlihat kurus dan kecil.
Ken bergerak tanpa suara mendekati gadis itu. Takut-takut ketika ada suara, gadis itu malah akan terjun payung dari rooftop.
"Siapa? " suara lembut mengagetkan Ken. Bulu kuduk cowok itu langsung meremang. Langkah Ken terhenti.
Gadis itu dengan perlahan berdiri dan berbalik. Ken menahan napas.
"Ada perlu apa? Saya tidak akan bunuh diri, "
Ken terpaku. Gadis di depannyaa seperti bukan manusia. Kedua bola matanya berwarna abu-abu gelap. Tajam.
Kulitnya putih pucat, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Wajahnya mungil dan terlihat seperti pahatan, ditambah poni, dengan tubuh mungil yang sepertinya hanya 150 cm membuat gadis itu terlihat seperti anak smp.
"Oh, ah, tak apa-apa. " Ken mendadak gugup.
Gadis itu memasang wajah datar, "Nama? "
"Hah? Apa? Siapa? Saya? " Ken bertanya linglung. Gadis itu hanya mengatakan satu kata. Bagaimana dia bisa mengerti.
Gadis itu terlihat terganggu, "Nama kamu. "
Ken berpikir lagi sebelum akhirnya menjawab, "Ken. Ken Anggara, "
Gadis itu menaikkan satu alis, "Baik Ken. Kamu mengganggu saya, "
Ken kaget sekali.
Gadis itu tetap memasang wajah datar. Beberapa menit kemudian, berlalu. Melewati Ken begitu saja.
Ken masih dalam keterkejutan, sebelum wangi gadis itu menusuk indranya.
"kelewat cantik, jutek kebangetan, wangi bubblegum, "
Ken menyunggingkan senyum tipis. First impression yang menarik.
🐝🐝🐝
TBCHow are you?
I try make a new story.
Saya harap cerita ini gak berenti di tengah jalan lagi.Tolong beritahu saya letak kesalahannya dimana. 😇😇😇😇
16 Nov 18
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons Why {SELESAI}
Teen Fiction"Kecapekan lo ya? Sini, lo gak bersih banget," Kata Aira. Tangan kanannya memegang wajah Ken, sedangkan tangan satunya membersihkan hidung dan pipi Ken yang masih agak penuh dengan bercak darah. "Ai," "Hm?" "Gue boleh minta sesuatu gak?" Tanya Ken s...