Buku 12

1K 86 2
                                    

.
.
.
Aira sangat menghindari hari valentine. Sudah tradisinya dari tahun ke tahun bahwa dia tidak akan masuk sekolah saat hari valentine.

"Gak masuk ya Ai?" Tanya mama ketika Aira tiba di meja makan. Ada Alea yang masih asyik mengetik di laptop.

"Iya ma, papa mana?"

"Papa berangkat ke jakarta tadi subuh, kamunya gak bangun waktu dibangunin, mau makan apa, nasi goreng apa roti aja?"

Aira berpikir sebentar, "Nasi goreng aja deh ma, tumbenan mama buat nasi goreng pagi-pagi,"

"Bentar, mama angetin dulu. Kamu gak buru-buru kan? Emang mau kemana? Kok udah rapi," Mama beranjak dari meja makan menuju pantry.

"Mau ke Trans studio Bandung ma, gak papa kan? Udah berapa bulan Aira di Bandung tapi gak pernah kesan," Bujuk Aira.

"Sendirian aja? Apa perlu mama bilang ke Anggar biar dia nemenin kamu. Sekalian ajak Amara," Kata Mama.

"Lah nggak usah ma, udah jam setengah 7," Tolak Aira.

"Apa mau bareng kakak aja? Tapi jam 10 kakak harus pulang duluan," Alea memberi ide.

Aira menggeleng,"Nggak usah kak, Aira udah besar,"

"Tapi tetep cengeng gitu kok," Celetuk mama sambil memberikan Aira sepiring nasi goreng.
Aira hanya terkekeh, coba ada papa, pasti lengkap.

"Udah ma, kak. Aira berangkat dulu ya, palingan pulang jam 3," Aira berdiri lalu menyalimi keduanya setelah selesai makan.

"Ati-ati bener lo Ai, kalo ada apa-apa telpon mama, atau kakak, atau Anggar bisa juga," Mama berteriak setelah Aira berjalan menjauh.

Aira berjalan melewati ruang tamu, mengaca pada kaca full body yang terdapat disana. Dia memilih menggunakan peasant top berwarna peach muda dan skinny jeans. Rambut coklatnya dikepang menyamping.

"Pak Mann, ayo anterin Aira. Nanti bisa pak man tinggal kok," Kata Aira sambil menggunakan sneaker di teras.

"Iya Ai, bentar, pak man nyiapin mobil dulu," Pak Man membalas dari garasi.
.
.
.

Ken menatap Aira yang turun dari mobil di depan Trans Studio Bandung, tadi Anggar minta tolong ke dia buat jagain sepupunya dan Ken sama sekali tidak keberatan.

Aira masih terlihat cantik, bahkan rasanya Aira lebih cantik daripada hari kemarin.

Ken masih mengikuti Aira dari belakang ketika gadis itu berjalan memasuki trans studio.

Ken menjaga jarak sekitar 2 meter dari Aira, jaga-jaga ketika Aira menoleh ke belakang dia bisa dengan cepat bersembunyi.

Alasan kenapa Ken menyukai Aira antara lain karena gadis itu terlihat sangat jutek. Bahkan sekarang dia sudah memasang kembali earphonenya. Selain jutek, Aira tampak cuek. Aira sangat jarang tersenyum, sekalinya tersenyum ia menjadi sangat manis.

Ken juga menyukai wajah dingin Aira, Aira tampak sangat cool ketika dia diam saja mendengarkan lagu.

Seharusnya Aira juga mandiri, tapi ketika Aira terlihat tidak nyaman di depan loket tiket sebuah wahana karena diganggu seorang lelaki, tentu saja Ken tidak tinggal diam.

"Maaf, tapi sepertinya dia tidak nyaman," Kata Ken langsung sambil membiarkan Aira bersembunyi di balik tubuhnya.

"Emang lo siapanya?" Tanya lelaki itu, wajahnya tampak kesal.

"Saya pacarnya, jika anda masih berusaha mengganggunya, saya tidak akan hanya memanggil satpam," Jawab Ken lugas. Tangan Aira memegang erat lengan Ken. Lelaki itu pergi dengan wajah memerah menahan malu dan marah.

"Kok lo bisa ada disini?" Tanya Aira ketika Ken mengajaknya menjauh.

Ken mengangkat bahu, "Keliatan lo terus, padahal gue mau refreshing,"

Aira menyelidik seragam Ken yang dibalut dengan denim jaket kesukaannya,"Lo bolos ya? Kok masih pake seragam?"

"Ya kan gue bilang mau refreshing, berarti bolos lah," Balas Ken.

Aira menghembuskan nafas, "Makasih yang tadi, "

Ken mengangguk, " Emang lo diapain sama tu orang?"

"Cuma minta nomer gue doang,"

"Daripada diem aja, gue mau naik roller coaster nih. Lo mau ikut gak?" Tanya Ken mengalihkan pembicaraan.

"Iyadeh, gue nyoba-nyoba aja," Jawab Aira.

"Gak takut lo main ginian?" Tanya Ken lagi sambil berjalan mencari wahana yang dituju.

Aira menggeleng, "Gue gak takut ketinggian, yang Gue takutin itu jatuh dari ketinggian,"
.
.
.
.
"Wah, mau pingsan gue main itu! Gila! Gak bakal lagi gue mau naik itu," Omel Ken ketika mereka sudah turun dari roller coaster.

Aira hanya tertawa kecil,"Muka lo pucet banget tuh, mau beli minum dulu?"

"Kok lo bisa tenang-tenang aja, gue pikir lo bakal muntah-muntah kayak di sinetron gaje di tv," Elak Ken.

Keduanya berjalan mencari stand minuman.

"Dibilangin gue gak takut ketinggian kok, gue takut jatuh aja," Jawab Aira, masih asyik melihat-lihat.

Ken menatap Aira yang berjalan disebelahnya, terlihat sangat cantik.

"Mau sekalian makan gak? Gue laper nih, udah jam 11 sekalian," Tanya Ken.

Aira mengangguk-angguk, "Boleh deh, makan gurami aja ya,"

Ken dan Aira lalu berjalan berdua, mencari makanan yang dimaksud Aira.

"Jadi, lo beneran mau refreshing apa gimana?" Tanya Aira setelah mereka memesan.

Ken menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal ," Gue dikasih tau Anggar, dia minta gue jagain lo,"
Ntah kenapa Aira sedikit merasa kecewa atas jawaban Ken, namun dengan segera dia membuang jauh-jauh pikirannya itu.

"Oh.. Gitu," Aira hanya menjawab singkat.

"Loh? Ken ya?" Seorang cewek menghampiri mereka berdua. Rambut cewek itu berwarna pink lembut, gaya busananya juga terlihat sangat modis, bahkan wajahnya di poles make-up tipis yang menambah kecantikannya.

"Eh, lo siapa?" Tanya Ken, matanya melirik Aira. Ken menangkap raut wajah tak suka.

"Masak lo lupa sih? Gue Zevanya, mantan lo," Jawab Zevanya.

Ken langsung teringat Zevanya yang dia putuskan 2 hari setelah mereka resmi berpacaran. "Zevanya! Iya gue inget, mau apa lo kesini?"

"Nyapa aja. Cuek lo gak ada berubahnya ya, ini siapa lagi? Salam kenal, gue Zevanya," Zevanya menatap Aira dengan wajah berseri. Aira balik tersenyum tipis kepada Zevanya.

"Mendingan lo pergi deh," Usir Ken pelan yang langsung di pelototi oleh Aira.

"Iyaiya, ini gue mau pergi. Nungguin pacar gue lama banget bayarnya, yaudah gue pergi dulu ya. Moga kalian berdua langgeng deh, bye Ken, bye grey eyes," Zevanya berpaling dari mereka berdua dan menghampiri seorang laki-laki.
Aira sedikit merasa lega melihat kenyataan kalo Zevanya punya pacar.

"Grey eyes?" Ken tertawa terbahak-bahak. "Cocok banget sama lo,"

"Gue gak sempet bilang nama gue, dia cerewet banget," Aira mengangkat bahu.

"Habis makan mau kemana?" Tanya Ken lagi, ia sibuk mengaduk milshake nya.

Aira terlihat berpikir, kentara sekali karena alisnya mengerut..
"Mau nyoba beberapa wahana lagi, gue dijemput jam 3 soalnya,"

Ken mengangguk-ngangguk, "Bilang ke supir lo, gue yang nganter pulang,"

"Lah kenapa? Lo mau nyulik gue ya?"

"Gak ada untungnya gue nyulik lo,"

"Ya terus kenapa?"

"Biar gue gak dicincang Anggar,"
Dan lagi, Aira sedikit kecewa mendengar jawaban Ken. Entah kenapa.

.
.
.
Tbc
😇

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang