Buku 31

602 38 1
                                    

.
.
.
Aira makan disuapi Amara, sedikit-demi sedikit hingga akhirnya bubur buatan rumah sakit itu tak bersisa.

"Laper apa gimana Ai?" Tanya Amara.

Aira cengengesan, "Laper dong, masak iya gue doyan bubur rumah sakit,"

"Jadi kapan kemo lagi?" Tanya Anggar sambil membaca buku.

Aira berpikir,"Kata dokter sih nggak perlu lagi," Ia berkata sambil menatap Anggar.

"Seriusan gak perlu?" Anggar mendongak dari bukunya.

"Cuma radioterapi doang, sekali, gue hampir dinyatain sembuh."

Sudah sekitar sebulanan sejak Aira bangun setelah operasi yang ia jalani. Sampai saat ini, malaikat baik hati yang sudah memberinya donor sumsum tulang tak pernah nampak lagi. Papa sudah mencari kemana-mana tapi tak menemukan jejak apapun.

"Ai, gue pulang dulu ya? Mama udah nyariin nih," Kata Amara sambil mengetik di ponselnya.

Anggar bangkit dari tempat duduk,"Aku anterin. Sebentar ya Ai, Ken habis ini dateng,"

Aira mengangguk, membalas pelukan Amara sebentar sebelum Amara digandeng Anggar keluar.

Ia berusaha menggunakan alat bantu nafas di samping ranjangnya sendiri ketika Ken dan Kiara masuk bersamaan membawa buah-buahan.

"Ya ampun Ai, tunggu aku bisa kan? Kamu sesak nafas lagi apa gimana? Apa aku perlu panggil dokter? Mungkin ada yang sakit?" Ken buru-buru menghampiri Aira yang malah kaget diberi pertanyaan beruntun seperti itu.

"Pelan-pelan nanyanya By, aku cuma sesek aja dikit, makanya mau pake ini," kata Aira berdalih. Kiara terkikik melihat kakak sepupunya yang tampak sangat khawatir.

"Aku bawa buah nih kak, Kakak mau?" tanya Kiara sambil menunjukkan bungkusan buah.

Aira tersenyum kecil, "Mau deh, yang anggur aja dek,"

Kiara mengangguk paham dan mulai menyiapkan anggur di dalam mangkok kecil dan mencucinya dengan air bersih.

"Hari ini radioterapi ya?"tanya Ken, "Makasih Ki," Ken menerima mangkok berisi anggur dan mulai menyuapi Aira.

"Iya Ken, mama sama papa habis ini dateng juga kok. Kamu mendingan pulang, ajak Kiara terus istirahat."

Ken menghela nafas, entah mengapa Aira akhir-akhir ini sering mengusirnya. "By, kamu kenapa? Kok sering ngusir aku?"

Aira mendesah--"Bukan ngusir, aku cuma gak mau kamu sakit oke?"

"Tapi---"

Aira menutup mulut Ken dengan tangannya agar Cowok itu diam, "Just hear what i say, Kiara juga besok pagi mau balik, Kamu harus temenin dia dong. Ayah sama Bunda juga nanti kesini, kamu bisa balik sama mereka,"

"Beneran gak papa kamu sendirian disini?" tanya Ken lagi, ia melirik Kiara yang asyik bermain ponsel, memberikan mereka berdua ruang untuk berbicara.

"Setengah jam lagi, mereka sampe,"Jawab Aira. "Udah gih, sana pulang,"

Ken manggut-manggut, ia kembali menyuapi Aira anggur, entah kenapa ia sangat susah untuk meninggalkan Aira sendirian.

"Ken, just go home ya? Kiara pulang dulu, istirahat. Nanti sore kalo mau balik, gak papa. Bareng ayah sama bunda," Aira berbicara dengan Kiara.

"Iya kak, tapi kakak sama siapa?"

Aira terdiam, "Habis ini orang tua kakak dateng. Besok kan kamu mau balik ke Rumah kamu, kalo ketinggalan pesawat gara-gara capek gimana?"

Kiara terdiam, Kak Aira sudah sangat baik padanya. "Iya kak, Kiara sama kak Ken pulang dulu,"

Ken beranjak, mencium kening Aira lembut, "Aku pulang dulu ya? Kalo ada apa-apa telpon, kamu udah boleh pegang ponsel kan?"

Aira mengangguk sebagai jawaban.

Sepeninggal Ken dan Kiara, Aira berusaha untuk merebahkan tubuhnya. Ia hampir masuk ke dunia mimpi ketika pintu kamarnya kembali dibuka,

"Siapa?" Aira kembali mencoba duduk, menatap Gadis manis dihadapannya. berusaha mengingat-ingat siapa dia sebenarnya.

"Kenalin, gue Mika. " Mika mengulurkan tangannya pada Aira.

"Oh.. Kamu yang ngasih Ken kopi kan?" Aira membalas uluran tangan Mika.

Mika mengangguk, Ia dengan santainya duduk di kursi di samping ranjang. "Gue mau ngomongin hal penting,"

"Maaf, tapi aku perlu banyak beristirahat, bisa kamu balik nanti setelah keluargaku dateng?" kata Aira berucap sopan.

"Tapi, ini penting." jawab Mika. ia tersenyum, jenis senyum sinis.

"Gue denger lo kena kanker ya? Makanya lo hampir jadi idolanya semua suster disini," Mika meneruskan perkatannya,"Itu artinya, lo gak lama lagi gak ada kan?"

"Apa maksudnya?" Aira hanya bisa meremas tangannya, apa-apaan Gadis ini? Apa Aira sudah salah menyuruh Ken pulang?

"Maksud gue, Lo habis ini end kan?" Tanya Mika, "Gue kesini cuma mau bilang, habis lo gak ada, Gue bisa aja dong ngerebut Ken?"

Jadi ini terkait Ken? Aira kembali merasa hatinya diremas-remas.

"Lo diem berarti iya? Oke, gue cuma mau ngasih tau itu doang."Mika berdiri dan hendak pergi.

"Ken gak mungkin mau sama cewek yang pedenya kebangetan kayak kamu," Ucap Aira, suaranya bergetar.

"Apa?"

"Ken gak suka cewek murahan, apalagi yang paket komplit kayak  kamu, Ka," wajah Mika memerah, ia malu dan marah.

"Oh ya? Kalo pada akhirnya dia milih gue lo bisa apa?"

"Hmm, kamu gak denger aku hampir sembuh. Aku udah dapet donor," balas Aira tenang.

"Sekali lagi, Ken terlalu mahal buat kamu yang ternyata murahan," kata Aira lagi. Mika tersenyum miring lalu keluar dengan membanting pintu.

Aira menghela nafas, Mika apa-apaan sih? Aira pikir Mika cewek baik-baik, ternyataa begitu sifat aslinya.

"Aku harap Ken sama sekali gak kepikiran buat jadian sama Mika selama aku sakit," bisiknya.

.
.
.
Tbc

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang