Buku 3

1.3K 99 2
                                    

Hari ini kelas Aira dan Anggar kebagian waktu berolahraga pada jam setengah 10. Tentu saja membuat hampir semua siswa kelas 11 ipa 4 merasa kesal setengah mati.

"Menyebalkan sekali. Panas-panas begini kita disuruh lari keliling lapangan?" Anggar menggerutu sambil berjalan di samping Aira.

Gadis itu memilih bungkam. Masih terpasang headset di salah satu telinganya. Ia tidak ingin menambah panas suasana ketika mendengar Anggar berceloteh.

"Aira! Aira!" Aira refleks menoleh, memasang wajah datar pada Kinta, sekretaris dari ekskul fotografi. Tempo hari, Ayah Aira sendiri yang mengajukan Aira kepada Kinta.

"Kinta? What's up sis?" Anggar dengan percaya diri mengangkat tangan hendak ber high-five yang diacuhkan oleh Kinta.

Kinta menatap Aira,"Lo ngajuin jadi anggota fotografi kan? Lo keterima. Jadi sabtu pagi, minggu ini kita ada hunting ke beberapa daerah,"

Aira mengangguk,"Terimakasih,"

"Semoga kita berteman baik,Ai" ujar Kinta sambil melangkah pergi.

Aira menghela nafas, melangkah kembali sebelum guru olahraga mereka datang.

Anggar mengikuti di belakangnya, sambil berpikir.

"So, kenapa?" Anggar bertanya ketika sudah mensejajari langkah Aira.

"Apanya?" Aira mengerutkan kening.

"Fotografi. Kenapa?"

Aira memutar bola mata, lapangan sudah di depan mata. Tapi, Anggar sibuk bertanya.

"Jawab saja Ai,"

"Seharusnya aku masuk eskul dance, cuma mama gak setuju anaknya pinter dance kayak dia,"

Anggar mengangguk, "Kenapa fotografi? Kamu tau bagaimana ketuanya?"

"Tidak, aku belum tau apapun," Aira menggeleng.

"Ketuanya benar-benar kejam, ia bernama Devon. Memang cukup terkenal karena kepribadiannya yang ramah, tapi ketika dia fokus maka dia akan sangat fokus."

"Letak kejamnya di sebelah mana?" Aira tergelak.

"Nanti kau juga tau sendiri. Tapi Aira mana takut dengan hal seperti itu." ujar Anggar.

"Hey! Kalian berdua! Cepet kemari! Anggar push-up 20 kali. Aira sit-up 15 kali!" Pak Giang, guru olahraga meneriaki Keduanya yang masih berdiri di pinggir lapangan.

"Mampus Ai! Kamu sih," Anggar berlari-lari meninggalkan Aira yang berjalan dengan santai.

"Slow kali gar, orang kamu yang ngomong terus kok,"

🐣🐣

"Tadi kamu di hukum sama pak Giang ya?" Amara langsung duduk di samping Aira ketika matanya menangkap rambut gadis itu yang memang mencolok diantara hiruk pikuk kantin.

Aira melepas salah satu headsetnya, "Begitulah," tangan Aira mengambil satu sendok nasi goreng lagi.

Amara menahan nafas, rambut Aira terlihat sangat coklat dari dekat. Dan bagaimana bisa kulit Aira habis terkena sinar matahari malah berkilau?

"Mara ih, apaan?" Aira tergelak melihat Amara bengong.

Amara tergagap, "Nggak nggak, gak papa. Makan lagi aja. Sekalian nunggu Anggar. Dia ke toilet barusan,"

Aira diam.

Mata gadis itu menangkap pemandangan yang cukup aneh. Seorang siswi berpenampilan culun menghampiri seorang siswa yang duduk diatas meja bersama teman-temannya.

"Itu? Afa." ujar Amara, tangannya mengaduk es teh yang baru saja datang dengan sedotan.

"Apa?" Aira menoleh.

"Afa, anggota ekskul futsal. Dia emang agak terkenal karena sifatnya yang pembully. Tapi tetep aja banyak yang suka, kayak cewek itu. Devianna." Amara menunjuk Devianna dan Afa yang hanya berjarak beberapa jengkal di samping kanan mereka dengan dagu.

Aira tidak bicara lagi. Fokus pada makanannya, sampai suara benda dibanting menusuk indra pendengarannya.

Afa turun dari meja, kakinya yang baru menapak lantai marmer langsung menendang kotak bekal yang Devianna beri, kotak bekal itu meluncur dengan cepat hingga menubruk kaki Amara dengan keras.

Amara meringis, ia sedikit menunduk memeriksa kaki dan kotak bekal Devianna.

"Lo suka gue?" Afa bertanya dengan wajah datar di balas dengan anggukan Devianna.

Wajah Devianna pucat, ia sepertinya melupakan fakta bahwa Afa seorang pembully.

🐣🐣

Aira terpaku. Kilasan masa lalu seolah membungkusnya dalam kepompong. Aira sulit bernafas. Keringat dingin mulai menuruni wajahnya.

Aira melihat dirinya yang dulu berada dalam diri gadis itu. Menyukai seseorang yang tampak tak pantas untuk disukai. Aira menyatakan perasaannya dengan kotak bekal berwarna biru. Di kantin SMP nya dulu.
Ketika itu, Siswa yang disukai Aira melakukan lebih parah dari yang dilakukan Afa dan tak ada yang menolong dirinya.

🐣🐣

Air mata mulai turun ke pipi Aira, Amara yang menyadari itu langsung panik.

"Ai, Aira.." Amara berusaha menenangkan Aira. Sebuah tepukan di bahu Amara membuat Amara sedikit kaget.

Anggar datang dan langsung berlutut di kaki Aira. Berusaha keras menyadarkan Aira.

Aira tersadar setelah Anggar beberapa kali mengguncang tubuhnya, gadis itu mengusap air mata yang turun dan tersenyum paksa.

"Makasih," bisiknya pada Anggar.

Anggar menghela nafas lega. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalo ada yang terjadi pada sepupunya.

Aira dan Amara langsung menatap kerumunan yang tiba-tiba sudah mengelilingi tempat Devianna menembak Afa.

Aira dengan cepat berdiri dan menerobos kerumunan itu, menyebabkan Anggar terjungkal ke samping.

"Aiss.. Anak itu memang," kata Anggar kesal, sambil dibantu Amara berdiri.

Aira beruntung karena tubuhnya kecil, ia dengan cepat sudah berdiri di barisan paling depan. Sama sekali tidak kaget melihat Afa sedikit menjambak Devianna. Afa menjambaknya dengan cukup keras kali ini, lalu melepasnya.

Tangan Afa beralih kepada segelas es jeruk yang masih penuh.

BYURR

Aira berdiri di depan Devianna dengan baju basah kuyup dan lengket. Aira menggeram. Tangan kanannya terangkat menampar pelak pipi Afa. Aira geram sekali.

"Lo pikir lo siapa? Berani-beraninya nyakitin perempuan! Emangnya ini sekolah kakek buyut lo apa? Gila!" Aira berbicara dengan nada paling dingin yang pernah di dengar Anggar.

Afa memegangi pipi kirinya yang memerah. Berang. Dengan cepet mendorong Aira hingga gadis itu jatuh terduduk.

Anggar menoleh marah kepada Afa. Devianna dan Amara dengan cepat membantu Aira. Dengan pelan, Aira melepas bantuan kedua gadis itu. Melangkah lagi. Tepat di depan Afa.

"Biar gue yang ngabisin Brengsek kayak dia gar,"

🐣🐣

Happy reading.

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang