Buku 6

1.2K 94 2
                                    

Aira turun dari motor Ken setelah beberapa menit terdiam di depan gerbang.

Hujan sudah selesai turun, namun tanah masih basah dan menguarkan aroma khasnya.

"Masuk? " Tanya Aira pelan, kepalanya sedikit bergerak menunjuk rumah.
Ken menggeleng, tersenyum sedikit.

"Langsung pulang aja, sore. " Balas Ken.

Aira mengangguk, mengucapkan terimakasih sebentar, lalu berjalan masuk.

Ken masih menatap gerbang rumah Aira sambil memikirkan sikap gadis itu yang terkadang berubah - berubah.

.
.
.

"Mau kemana? " Dimas bertanya kepada Ken yang berjalan keluar kelas.

Ken memegang buku pinjeman dari perpustakaan, "Telat 3 hari, duluan aja ke kantin, "

Dimas hanya menggelengkan pelan kepalanya. selain ceroboh, Ken juga pelupa. Kadang Dimas bingung kenapa sahabatnya banyak digilai.

"Pesenin gue kayak biasanya juga, Mas!" Ken baru berteriak begitu ketika dia sudah berjalan sekitar 3 meter. Dimas memutar bola matanya melihat tingkah Ken.

Ken tersenyum sangat lebar,hingga membuat matanya menyipit. Baru setelah dia melihat Dimas berbalik ke arah kantin, Ken melanjutkan langkahnya.

Dengan cepat,Ken berjalan ke dalam perpustakaan. Tumben sekali hari ini pintu perpustakaan dibuka.

"Telat lagi Ken?" Tanya Bu Lia.

Ken terkekeh pelan,"Denda lagi bu?" Tanya balik Ken.
Bu Lia menggelengkan kepalanya. Ken merupakan satu-satunya siswa yang pelupanya sampai 3 minggu lebih. Tapi, Ken juga dengan rela hati membayar denda keterlambatannya.

"Makan sayur yang banyak Ken," Ujar Bu Lia, tangan guru itu masih menulis di buku denda.

Ken menyimak, "Kenapa bu?"

"Biar gak lupaan, lama-lama kamu juga lupa rumah sama sekolahmu sendiri," Kata Bu Lia tanpa menatap Ken.

Ken hanya terkekeh, "Baik-baik bu, akan saya coba sarannya,"
Bu Lia mengacungkan jempolnya, wajahnya tetap datar.

Ken berjalan ke rak dimana buku yang dipinjamnya harus dikembalikan. Untung Ken masih inget raknya.

Tanpa sengaja, mata Ken bertubrukan dengan mata abu-abu yang khas milik Aira.

Aira memalingkan wajahnya, berharap Ken segera pergi.

"Sendiri?" Ken bertanya.

Aira mengangguk, kedua tangannya sedikit penuh dengan buku.

Ken berpikir lagi,"Itu buat apa?"

"Buku paket, aku belum dapet," Jawab Aira sambil berjalan lagi. Ken mengikuti. Agak sedikit senang Aira menggunakan kata 'aku'.

"Mau gue bantuin?" Tanya Ken, lagi.

Aira menggeleng, "Udah selesai, aku janji sama Anggar mau makan bareng," Aira berjalan ke arah meja Bu Lia duduk. Ken hanya mengikuti di belakangnya.

"Aira kan? Ini sampulnya masih baru,jadi kamu ndak usah beli lagi," Kata Bu Lia.

Aira mengangguk-angguk, rambutnya yang diikat satu bergoyang. Tangan kanannya menaikkan kacamata bundar yang ia pakai.

Sebenarnya, Ken agak kaget melihat Aira menggunakan kacamata begitu. Wajah Aira jadi terlihat sangat muda. Seperti anak SMP.

"Terimakasih Bu," Ucap Aira sambil beranjak,wajahnya sedikit menunjukkan senyum. Walaupun sedikit, Bu Lia tampak agak terkagum.

Aira berjalan pelan menuju kelasnya. Menghiraukan Ken yang masih setia mengikuti di belakangnya.

"Masih ngapain?" Tanya Aira sambil menoleh ke belakang.

Ken mengendikkan bahu, " Jalan,"

Aira terdiam, mengalihkan pandangannya ke depan.

"Bisa jalan duluan aja," Ujar gadis itu lagi.

"Gak papa, biasanya ladies first," Balas Ken.

Ketika kelasnya sudah terlihat, Aira bergegas meletakkan tumpukan buku itu ke dalam kolong meja. Kelasnya setengah terisi dengan anak-anak yang terlihat kutu buku.

Aira kembali berjalan keluar. Agak terburu-buru berjalan ke kantin. Ken masih berjalan pelan di belakangnya, sedikit tergelak melihat Aira berlari kecil.
.
.
.
.
.

Anggar dan Amara sedang makan ketika Aira tiba di meja mereka. Ada Dimas juga yang sedang bermain hp, meninggalkan jejak bakso yang sudah tandas di atas meja.

"Makan Ai, gue udah pesenin lo roti," Kata Amara sambil menyodorkan 2 roti dengan abon sebagai topping dan sebotol air mineral.

"Makasih.." Balas Aira sambil membuka plastik roti. Dimas mendongak ketika Ken juga duduk di sebelah Aira.

"Kok bisa bareng Ken?" Tanya Anggar sambil meminum air botol.

Aira menggeleng,"Nggak bareng, aku duluan yang dateng,"

"Sepersekian detik Ai, sama aja bareng," Ujar Anggar lagi. Matanya mengerling menggoda.

Aira memutar matanya, sebelum melirik Ken.

"Makanan gue?" Tanya Ken. Dimas hanya menunjuk bakso diatas meja dekat segelas es jeruk yang sudah tidak dingin.

"Lo yang bayar kan?" Tanya Ken lagi.

Dimas mengangguk, wajahnya tertekuk,"Yaiyalah, lo gak ngasih gue uang sepersen pun,"

Amara tergelak melihat wajah Dimas. Tangannya menepuk nepuk lengan Anggar yang masih makan.

"Astagfirullah, mengganggu orang makan itu dosa hukumnya," Celetuk Anggar.

Amara meringis tak berdosa, "Ai, besok jadi kan?"

Aira mengerutkan kening, "Apa?"

"Masak lupa? Kan udah diomongin beberapa kali,"

Aira menggeleng,"Lupa, apaan sih?"

"Nanti deh, gue ke rumah lo bareng Anggar," Amara mengerucutkan bibirnya.

Ken memakan makanannya sambil sesekali menyimak Obrolan Aira.

.
.
.
.

Tbc

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang