Buku 35

657 33 1
                                    

.
.
.

Aira melirik Ken yang sedang asyik menatapnya tak jauh dari kursi perpustakaan yang Ia duduki.

"Ra, tolong diterima ya," seorang Cowok menghampiri Aira sambil menyerahkan seamplop kecil surat berwarna pink. Aira tak menjawab, Ia hanya mengangguk dan tersenyum. Namun tangan besar Ken lebih tangkas mengambil surat itu sebelum keduluan Aira.

"Ken?" Aira menaikkan alisnya, "Maaf, tapi pacar Gue emang cemburuan gini, Maaf banget ya," AIra berkata pada cowok itu.

"Pergi sana lo, gangguin cewek orang aja," usir Ken, Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah cowok itu.

Cowok itu mencebikkan bibir kesal dan membuat gestur akan memukul Ken, Ken membalasnya dengan gestur yang sama sebelum tangan Ken ditarik Aira untuk duduk. Ken membuka amplop pink itu dan membacanya dengan cermat. Aira membiarkan Ken membaca dalam diam, gadis itu kembali fokus pada buku kimia di hadapannya.

"Apa ini? Apa dia mencontek isi dari buku juliet dan romeo?" omel Ken sambil menyobek surat itu menjadi sangat kecil dan memasukkannya ke buku catatan Aira. Tapi, mata Ken begitu jeli hingga ia menemukan lebih banyak surat.

"What? Ai, seriously?" Ken menunjuk surat surat itu dengan wajah frustasi. 

Aira menyingkirkan surat-surat itu, "Aku sama sekali gak baca itu Ken. Nanti aku buang,"

Ken menyilangkan kedua tangan di depan dada, lalu mengerucutkan bibirnya. Aira menjadi sangat gemas, "Iyaiya, Aku buang sekarang," Kata Aira sambil membawa surat surat itu dan surat yang tadi telah disobek Ken menjadi potongan kecil.

Aira menutup pintu perpustakaan di belakangnya ketika Ken sudah menyusul sambil membawa buku catatan dan kotak pensil Aira, "Lah mau kemana? Tugasku belum selesai Ken,"

"Tau, aku ngambek," jawab Ken, tangannya menarik lembut tangan mungil Aira.

"Ih, kok gak tau. Balik yuk, bentar doang." ucap Aira lembut.

"Aku mau beli es buat dinginin kepala," Ken berkata dengan tone suara lebih rendah.

Aira menghela nafas, untuk saat ini yang bisa dia lakukan hanya mengikuti Ken.

.
.
.

Aira mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. AIra mengecilkan volume film ditvnya dan beranjak membuka pintu.

"EEh? Ken?! Kok babak belur ginii?" Aira langsung menangkap tubuh oleng Ken. Dengan bantuan Pak Man, Aira berhasil membawa dan meletakkan tubuh Ken yang penuh dengan peluh.

"Pak Man, tolong bilang Ke bibi bawain baskom air anget sama handuk kecil ya. Sekalian teh anget kalo bisa," pinta Aira pada pak Man. Sesaat setelah Pak Man menghilang ke lantai satu, Aira mematikan AC kamarnya dan menutup jendela. Ia membuka jaket tebal yang Ken gunakan dan membasuh wajah Ken yang sudah mulai berwarna kebiruan dengan tisu.

Ken meringis, namun dengan cepat tertidur kembali. Bibi datang dengan semua pesanan Aira, "Bi, tolong telponin Anggar. Suruh kesini cepetan," kata Aira sambil membuka kotak P3K yang berada di bawah kolong kasurnya.

"Iya, Non. Apa perlu bibi buatin bubur sekarang?" tanya Bibi.

Aira menggeleng, "Kalo ANggar dateng, Aira turun buat bantuin Bibi masak. Sekarang Bibi istirahat dulu aja bentar,"

Bibi pamit turun setelah itu, meninggalkan AIra dan Ken dengan pintu terbuka lebar.

Aira membersihkan luka di wajah dan lengan Ken dengan telaten, ketika gadis itu menempelkan kapas penuh dengan betadine Ken meringis dalam tidurnya.

ANggar tergesa-gesa masuk ke dalam kamar Aira yang sama sekali tak terkunci, Ia menemukan Aira duduk dengan kepala terantuk-antuk karena mengantuk dan Ken yang berselimut tebal di atas kasur Aira.

"Kenapa Ken Ai?" tanya ANggar.

Aira menaikkan bahu, "Gak tau,dateng-dateng kayak gitu. Gue kira lo tau makanya gue suruh lo kesini,"

"Mungkin abis berantem sama musuhnya kali. Tante sama Alea kemana?" 

Aira menghela nafas, "Mama sama Kak ALea masih di Jakarta. Soalnya kakak mau wisuda jadi mama temenin," ANggar mengangguk-angguk, Ia mengerti jelas jika Papa AIra sangat sibuk dan worcaholic.

"Temenin Ken bentar, tidur aja disini. Gue takut tetangga mikir apa,"

"Alay lo, Iya gue temenin, mumpung besok minggu. Emang lo mau kemana?" tanya Anggar.

Aira membuat gestur memasak, "Masak bubur, kasian bibi kalo disuruh buat. Lo sadar sekarang jam berapa?"

"Busyet, jam setengan 1. Gue lupa kabarin Amara gara-gara main game,"

"Bego lo kutil badak, Amara bagus tuh kalo cuma ngambek doang. Kalo gak dimaafin gimana Lo," ledek Aira. ANggar meliriknya sinis, lalu menoyor kepala Aira pelan.

"Asem lo, doa kagak bener. Sana deh, pergi-pergi. Gue mau bobo' syantik dulu," kata Anggar sambil membuka ponselnya.

Aira mendengus dan mengelus kepalanya sebelum beranjak keluar dari Kamarnya.

.
.
.
Tbc

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang