.
.
Aira sedang berbaring nyaman di karpet dengan laptop dan semangkuk popcorn kesukaannya ketika Amara mengetuk pintu dan masuk ke kamarnya."Amara, Anggar mana?" Tanya Aira, tubuhnya otomatis terduduk.
Amara yang sudah memakai dress floral dengan rambut diikat setengah tampak kesal melihat Aira masih dalam balutan baju tidur.
"Hari apa hari ini?" Amara balik bertanya.
"Minggu, jam setengah 7," Aira melirik jam digital di dinding.
Tumbenan Anggar gak bareng Amara.Amara mendesah, "Bener, hari minggu, kamu janji mau nemenin aku ke beautyfest," Amara merajuk.
"Astagfirullah, lupa. Bentar-bentar, 15 menit aku siap. Kamu ke bawah sarapan dulu sekarang," Aira buru-buru mendorong Amara yang sudah mengubah raut mukanya.
Di sekolah, Amara mengikuti ekskul model dan Marching. Dia juga sangat aktif di instagram, followernya hampir 900 ribu. Dia juga memiliki akun youtube yang disubscribe 500 ribu orang. Secara singkatnya, Amara terkenal di dalam sekolah maupun luar sekolah.
Aira mandi dengan kecepatan kilat. Dia sebenarnya penasaran apa itu beautyfest.
Amara bercerita ia sudah sering diundang mengikuti hal hal seperti itu. Namun baru kali ini, ia mengajak seseorang.
Aira memilih celana panjang berbahan kain berwarna baby pink dan baju off-shoulder berwarna putih satin. Rambutnya di kepang dua dan wajahnya dibingkai kacamata bundar dengan pegangan berwarna emas.
Aira menuruni tangga sambil mencangklongkan tas ke lengan kanannya dan tak lupa memasukkan ipod kesayangannya yang sudah tersambung dengan headset di telinganya.
Amara sedang menonton kartun di ruang keluarga ketika Aira sudah siap.
"Hemm, your style is cute. Anak-anak pasti suka ketemu kamu, " Amara mengomentari Aira. Aira hanya tersenyum kecil dan memasang headsetnya.
.
.
.
.Kedua gadis itu memasuki trans studio Bandung, salah satu mall paling besar di kota ini.
Cuaca sedang mendung minggu ini.
"Lantai berapa Der?" Amara berbicara di telepon.
"Lantai tiga? Deket bioskop? Fine, udah deket. Thanks,"
Aira memainkan handphonenya, berharap dia tidak bosan nanti.
Ketika Amara tiba, dia langsung menggandeng Aira ke dalam cafe yang menjadi tempat acaranya dimulai.
Amara berjalan menuju meja bundar di barisan kedua dari panggung, diisi lima kursi.
Sudah ada dua orang perempuan yang duduk disana. Satunya berkulit kecoklatan, satunya lagi berambut ombre merah.
"Dera! Cass! " Amara melepas pegangan tangannya ketika sudah memastikan Aira duduk nyaman di kursi. Dera, yang berkulit coklat. Dan Cass yang berambut merah. Keduanya masing-masing berumur 19 dan 20 tahun.
"Tuhkan, udah gue bilang. Amara pasti dateng. Ini siapa? Kok kiyuut," Dera mencubit pipi Aira yang duduk tenang diatas kursi. Aira sedikit meringis, "Nama saya Airama, panggil aja Aira,"
Dera dan Cass dengan senang hati berjabat tangan dengan Aira.
Sesuai kata Amara, Aira disenangi banyak orang disana. Selain karena stylenya yang manis, dia juga disenangi karena menjadi yang termuda dan pendek.
.
.
.
.
."Berapa jam lagi?" Tanya Aira lagi.
Amar terkekeh, ini sudah ke 4 kalinya gadis itu bertanya."5 jam lagi," Jawaban Amara tentu bercanda. Aira memutar bola matanya.
Amara berpikir sebentar,"Nonton aja sana, tinggal jalan sebentar, nyampe deh. Palingan 2 jam lagi selesai,"
"Gak papa?"
"Iya gak papa, Nanti kalo udah, aku telepon kamu,"
"Jangan telepon, chat aja,"
"Fine fine, 2 jam lagi ya."
Aira mengangguk, berpamitan pada Dera, menitip salam untuk Cass sedang berjalan mengambil makanan.
Bukannya Aira gak suka acara acara begitu. Tapi, semua orang pasti hampir mati kebosanan kalo sudah disuruh duduk hampir 6 jam di tempat yang sama.
Mendengarkan ceramah tentang ini dan itu, walaupun Aira paham hal itu berguna kalo nanti dia udah beranjak dewasa.
Headsetnya yang tadi dilepas sesaat setelah acara dimulai kembali dipasang di telinga kanan oleh Aira.
Kakinya berjalan ke toko buku.
Aira bisa berada di toko buku lebih dari 3 jam dan yang menjadi korban biasanya adalah Alea. Tapi, Alea masih ada di Jakarta.
Selain bersama Alea, Aira hanya pergi sendirian.
Aira suka sekali bau buku baru. Dia bisa membaca buku seharian. Membaui lembaran buku tiap kali selesai dibaca.
Gadis itu berjalan ke arah komik komik kesukaannya. Seseorang menepuk pundaknya dari samping ketika Aira mengambil komik Naruto di rak bagian kiri.
Aira menghela napas, "Kamu lagi,"
Ken tersenyum lebar, "Hai,"
Aira tak membalas lagi, dia kembali sibuk memilih komik yang akan dia beli.
"Sendirian?" Tanya Ken. Pertanyaan khas, karena susah nyari topik.
Aira hanya mengangguk, bukan terganggu. Hanya sedikit terusik. Kenapa akhir-akhir ini Ken selalu disekitarnya.
Ken menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hilang sudah rangkaian kata yang baru saja muncul di otaknya ketika mata Aira meliriknya.
Aira bergegas berjalan ke kasir, Ken masih terdiam di tempatnya ketika Aira kembali membawa bungkusan buku.
"Makan es krim?" Ajak Aira, kacamatanya sudah dilepas. Sehingga mata abu-abu jernihnya terlihat jelas.
Ken tergugu, Aira? Mengajaknya makan Es krim?
.
.
.
.
TbcSlow😇

KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons Why {SELESAI}
Dla nastolatków"Kecapekan lo ya? Sini, lo gak bersih banget," Kata Aira. Tangan kanannya memegang wajah Ken, sedangkan tangan satunya membersihkan hidung dan pipi Ken yang masih agak penuh dengan bercak darah. "Ai," "Hm?" "Gue boleh minta sesuatu gak?" Tanya Ken s...