Buku 22

764 50 0
                                    

.
.
.

Hari ini acara dimana Kelas 12 akan perpisahan. Amara sudah berada di kamar Aira sejak siang, bersiap-siap sendiri sebelum mendandani Aira.

Amara sangat cantik ketika dia keluar dari kamar mandi dengan gaun off-shoulder berwarna baby blue hingga lutut. Rambutnya yang mulai panjang di biarkan tergerai dengan aksesori minim.

"Cantik banget Ra," Puji Aira yang masih belum siap.

"Kita jadi pusat perhatian nanti," Balas Amara sombong.

Aira tertawa keras. "Ini masih jam berapa Ra, jam 2 siang,"

"Gak papa dong, siap duluan, week" Amara menjulurkan lidah kepada Aira yang langsung di lempar bantal.

"Aira, sebelum gue make-upin lo, lo udah makan kan?"

"Udah Ra, udah makan gue,"

Amara menatap wajah Aira dengan menyelidik, "Maksud gue makan siang lo Ai, bukan sarapan,"

"Sudah Amaraaa, barusan Ken dateng bawa pizza. Tuh ada di bawah, sama Anggar."

"Serius lo?"
Tanya Amara.

Aira hanya mengangguk, berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap dan memakai gaunnya.
Kemarin, Ken membelikan jaket berwarna senada untuk menutupi bahu Aira yang terekspos karena gaunnya.

Beberapa menit, Amara sudah selesai dengan dandanannya. Aira menatap Amara yang bahkan tampak lebih cantik dengan riasan wajah.

"Cantik ya?" Goda Amara sambil menaik turunkan alis dengan jahil.

Aira hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, ia sudah mengenakan gaun dan jaketnya.

"Jaket? Kelakuan Ken?"
Aira mengangguk lagi sambil tertawa.

"Sini, gue tata rambut lo dulu," Amara menyilahkan Aira duduk di kursi meja rias, lalu menyibukkan diri dengan rambut Aira.

.
.
.

Amara dan Aira turun dari kamar ketika waktu menunjukkan pukul 3 sore. Ken dan Anggar sendiri sudah siap dengan jas dan kemeja putih.

Ken menatap Aira yang tampak sangat berbeda, dalam artian baik. Rambut Aira ikal dan dikepang menyamping. Wajahnya dirias dengan warna peach, tak terkesan menor sama sekali.

"Siap?" Tanya Anggar. "Kita berangkat bareng nih, makan dulu diluar," Tangannya menggenggam Tangan Amara.

"Iya, ayo. Mama, kak Alea, Aira berangkat dulu," Aira menyalimi mama dan Kak Alea yang sedang menonton tv

"Obatnya dibawa kan Ai?" Tanya mama.

"Iya ma, Aira bawa,"

"Ati-ati di jalan Ai. Jangan pulang malem-malem. Ken, tolong jagain Aira," Pesan Alea.

"Iya kak,"

Anggar yang menyetir, dia sudah memiliki Sim. Amara di sampingnya.

"Mau makan apa?" Tanya Ken, tangannya setia bertautan dengan tangan Aira.

"Aku mau makan soto,"

"Soto? Di cak Man aja ga Ai, gue udah sering kesana soalnya. Enak kok," Kata Amara.

"Di cak Man nih jadinya?" Tanya Anggar lagi.

"Iya, makan soto Ar," Jawab Amara.

Rintik hujan mengiringi mobil Anggar. Embun mulai menghiasi kaca mobil. Aira mengeratkan jaket dari Ken.

"Dingin tah?" Tanya Ken.

"Dikit, tapi gak papa," Jawab Aira pelan.

Aira suka keadaan ketika dia membelah hujan. Ia akan dengan cepat ngantuk lalu tertidur.
Namun, sekarang ada Ken disampingnya. Tak mungkin Aira terus-terusan merepotinya.

"Aku tau kamu ngantuk, tidur dulu ya, nanti aku bangunin," Ken terkekeh, menuntun kepala Aira untuk bersandar di bahunya.

Aira menurut. Ia sudah terlalu lelah untuk menjawab.

.
.
.

Ken mengeratkan Aira di dalam rangkulannya. Banyak siswa yang sedang menatap pacarnya terang-terangan. Tentu saja Ken cemburu, tetapi Aira sama sekali tak menyadari.

"Duduk Ken, aku capek," Keluh Aira.

Ken menuntun Aira untuk duduk di salah satu meja yang tersedia di dalam ruangan yang dapat menampung setidaknya 1000 orang.

"Mau minum?" Tanya Ken perhatian.

Amara datang duluan membawa mug berisi coklat. "Ini, gue minta khusus ke chefnya,"

"Makasihh, Amara baik deh,"

Ken memberi kode pada Amara lewat tatapan matanya.
Lalu pergi menjauh tanpa berkata apa-apa pada Aira.

"Mau kemana dia ?" Tanya Aira.

Amara mengangkat bahu tanda tak tahu, lalu pergi mengambil makanan dan cake kecil lalu ikut duduk di samping Aira.

Aira tidak diperbolehkan berdansa oleh Mama. Karena itu Aira duduk sambil memainkan ponselnya, sebelum sebuah suara dari panggung menarik perhatiannya.

"Saya menyanyikan lagu di depan sini untuk pacar Saya Aira, I'll always beside you Ai," Ken menatap Aira dari jauh dengan senyum teduh. Banyak siswi yang berbisik-bisik menyatakan keirian mereka. Tak terkecuali, kakak kelas yang masih Aira ingat dengan sangat jelas wajahnya ketika membully Aira.

Ken mulai memetik senar gitarnya.

You and I must make a pact
We must bring salvation back
Where there is love
I'll be there

I'll reach out my hand to you
I'll have faith in all you do
Just call my name
And I'll be there

[Chorus:]
I'll be there to comfort you
I'll build my world of dreams around you
I'm so glad I found you
I'll be there with a love so strong
I'll be your strength
You know I'll keep holding on

Let me fill your heart with joy and laughter
Togetherness well it's all I'm after
Just call my name
And I'll be there

I'll be there to protect you
With an unselfish love that respects you
Just call my name
And I'll be there

[Chorus]

If you should ever find someone new
I know she better be good to you
'Cause if she doesn't
Then I'll be there

Don't you know baby
I'll be there
I'll be there
Just call my name
And I'll be there

I'll be there baby
You know I'll be there
Just call my name
And I'll be there

Just look over your shoulder
Just call my name
And I'll be there

Ken menyudahi permainan gitarnya. Lalu berjalan menuju Aira yang masih terpukau. Suara husky Ken pas sekali menyanyikan lagu itu.

"Peluk boleh?" Tanya Ken pelan sambil berlutut di depan Aira.

Aira menangis sambil tersenyum, "Boleh,"

Ken memeluk tubuh rapuh Aira dipandangi oleh sekian banyak siswa yang bertepuk tangan.

Mereka mengetahui penyakit Aira beberapa waktu lalu.

Amara menatap pasangan itu dengan mata basah, berharap mereka akan bahagia.
Anggar mengusap wajahnya dengan tangan dan merangkul Amara.

"May god bless you," Bisik Anggar.

.
.
.
Tbc

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang