.
.
Ken menatap Aira yang baru saja masuk gerbang sekolah dengan Anggar. Gadis-nya keliatan pucat dan bertambah kurus ketika Ken tak bisa melihat Aira semingguan ini.Ingin rasanya Ken menggenggam tangan mungil Aira, memberikan ketenangan.
Ken sudah mendengar dari Anggar, Aira-nya mengidap kanker. Kanker bersarang di tubuh gadis-nya. Ken sangat terpukul mendengarnya.
Ingin rasanya Ken merengkuh Aira, berharap dapat membagi sakit Aira dengannya.
Tapi, Ken sadar, dia hanyalah bumi yang menatap matahari. Aira jauh tak terjangkau.
Ken hanya bisa bersikap layaknya seorang kakak, atau sahabat. Apapun selain seorang kekasih untuk Aira. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan gadis itu seminggu lalu, Ken anggap kode kalo Aira sudah mulai menyukai orang lain.
"Hai Ken," Sapa Aira lembut, pancaran matanya masih sama. Bersinar.
"Emh, hai. Gimana keadaan lo?" Ken gelagapan ketika ditanya.
Dirinya tidak sadar sudah mengikuti Aira dan Anggar hingga kelas mereka."Aduh, yang perhatian. Gue serasa nyamuk disini," Ledek Anggar sambil masuk ke dalam kelas.
Aira tertawa pelan, menghiraukan ledekan Anggar.
"Baik gue, jangan bersikap seolah-olah gue perempuan lemah Ken," Ucap Aira.
"Gue khawatir," Balas Ken pelan. Aira tersipu, berusaha mengabaikan wajah tampan Ken yang keliatan mubazir jika di biarkan.
"Mau makan bareng? Gue bawa bekal mulai hari ini, tapi kalo lo mau makan di kantin gue sama Anggar temenin," Tawar Aira.
Ken menggeleng, dia belum siap mendengar penolakan Aira yang kedua kalinya.
"Makasih, tapi gue balik duluan ya,"
Aira hanya menatap punggung Ken yang menjauh dengan kecewa, bukan penolakan yang dia inginkan..
.
.Acara perpisahan Kelas 12 tinggal beberapa hari lagi, dan Aira masih harus mengikuti kemoterapi. Masih ada obat-obatan yang harus dia minum.
Kondisinya memang berangsur membaik, tapi kadang mimisannya masih sering datang menghampiri.
Amara menemaninya di kamar sambil menonton film,"Ra,"
"Iya Ai? Kenapa?" Amara bergerak cepat menghampiri Aira yang bergelung dalam selimut.
"Gue udah sembuh dari phobia gue,"
Amara terlonjak senang, ia tahu sulit sekali phobia orang disembuhkan. Amara memeluk pelan Aira, bukti kebahagiaannya.
"Gue suka Ken Ra, tapi entah dia menjauh dari gue setelah tau gue punya kanker," Lanjut Aira, pedih melekat di suaranya.
"Gue tau, Ken bukan cowok seperti itu Ai, lo harus berpikir positif," Amara menguatkan, kakak pengganti setelah Alea.
Aira mengangguk,"Berusaha berpikir positif , Lo tetep mau kan ngedandani gue buat Acara kelas 12?"
"With my pleasure. Tapi, gue sama Anggar harus pastiin lo bawa obat yang emang wajib hukumnya untuk di bawa,"
Aira tertawa, lalu kembali memfokuskan diri pada film. Menghabiskan waktu memikirkan Ken malah menguras tenaganya.
"Apa Ken suka orang lain ya Ra?" Suara Aira kembali memecah keheningan.
Amara terdiam, "Ken bahkan gak pernah berpikir untuk itu Ai,"
"How did you know?"
"Karena, Ken susah, susah-susah-susah sekali jatuh cinta, dia gak pernah pacaran Ai, so please stop your negative thinking,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons Why {SELESAI}
Teen Fiction"Kecapekan lo ya? Sini, lo gak bersih banget," Kata Aira. Tangan kanannya memegang wajah Ken, sedangkan tangan satunya membersihkan hidung dan pipi Ken yang masih agak penuh dengan bercak darah. "Ai," "Hm?" "Gue boleh minta sesuatu gak?" Tanya Ken s...