Buku 24

646 43 1
                                    

.
.
.

Ketika Mama dan Papa keluar dari ruangan dengan wajah berseri, Ken kembali bernafas lega. Aira nya baik-baik saja.

"Ken, kita mau balik dulu sebentar, ngambil baju ganti. Tolong jagain Aira ya nak," kata Papa.

"Iya Pa, Mama. Ati-ati dijalan," Ken mengantar keduanya hingga parkiran sebelum berlari kembali ke ruangan Aira. ketika Ken sampai di depan pintu, Ken kembali gugup.

"Ken?" Aira memanggil Ken lembut ketika Ken memasuki kamarnya pelan.

"Where do you have been?" Ken mendekat.

"Peluk boleh?"

"Boleh," Ken memeluk Aira hati-hati.

"I miss You," bisiki Ken. "Masih sakit?" 

Aira menggeleng, melonggarkan pelukan agar bisa melihat wajah Ken dengan lebih jelas, pandangan gadis itu masih kabur. Sulit untuk memfokuskan pada suatu benda.

"Parfum kamu beda, ganti parfum ya?" tanya Aira, membuat Ken terkekeh kecil.

"Iya, yang lama stoknya habis,"

"Aku suka yang lama, jangan ganti-ganti," rajuk Aira, mengerucutkan bibir depannya.

Ken mengacak rambut Aira, menyebabkan beberapa helai rambut gadis itu rontok.

Aira tertegun, "besok pagi aku langsung kemoterapi Ken,"

"Tapi kamu belum sembuh Ai, kamu baru sadar, kalo terjadi sesuatu gimana?"

Aira menggeleng,"Kamu tau aku keras kepala,"

"Bisa diundur beberapa hari kan?"

"Dokter bilang gak ada masalah sama ini,"

"Yang nentuin ada masalah gak nya bukan dokter Ai," ucap Ken lembut, "Tapi, Tuhan,"

"I know. kamu selalu doa buat aku kan? Papa? Mama? Selalu doa kan? Kalo ada kalian, aku percaya keajaiban By," elak Aira. Ken tak menjawab, malah kembali membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Ken hanya tak ingin ada yang salah dengan kemo yang akan dilakukan aira.

"Promise me you will get better soon, i'm nothing without you," kata Ken

Aira mengelus punggung Ken, "You're nothing without God Ken. and we're together because God destiny,"

"Mau buah?" tanya Ken, "Aku cuci dulu buahnya,"

"Anggur aja, aku gak suka apel,"

Ken beralih menuju nakas dan mengambil beberapa buah anggur yang dia letakkan di mangkuk kecil ketika Anggar dan Amara datang.

Amara membawa sebuket bunga baby breath berwarna putih kesukaan Aira.

Bunga berwarna putih kecil-kecil ini melambangkan cinta abadi. Tidak hanya untuk pasangan kekasih tetapi juga keluarga dan sahabat. Karena filosofinya, Aira jatuh cinta pada bunga itu.

"How are You?" Amara memeluk erat Aira.

Anggar dengan segera menyuruh Amara memeluknya pelan-pelan saja.

Aira tersenyum kecil, mata Abu-abunya tampak tak bersemangat.

"Do you dream of something?" tanya Anggar. membuat Amara dan Ken menoleh kepada mereka.

Aira mendelik kepada Anggar, sebelum menggeleng pelan. apa yang mereka sembunyikan?

"Nope, i want to eat grapes Ken," Aira beralih kepada Ken.

.
.
.

Aira melepaskan pandangan dari buku ketika suara pintu terbuka dengan pelan.

"Ken?" Aira mencicit.

Jika bisa, ia akan turun sendiri dan melihat siapa yang datang. Tapi infus dan alat bantu nafas ini menghalanginya.

Seorang remaja laki-laki memasuki ruangannya. Tampak membawa sebuket bunga mawar berwarna kuning.

"Nenekk, Farhan dateng nih," Katanya.

Aira mengerutkan kening, kan yang ada di ruangan ini cuma satu pasien, dan itu Aira. Sedangkan Aira masih sangat muda, kenapa Cowok aneh ini masuk dan memanggil Nenek kepadanya?

"Eh? Saya salah kamar?" Wajah cowok itu menjadi bingung.
Jujur saja, cowok itu ganteng. Tapi, entah mengapa Aira tak berniat membalas perkatannya.

"Loh? Ini siapa Ai?" Ken tiba-tiba masuk sambil membawa semangkuk bubur dan teh hangat.

"Salah kamar mungkin," Jawab Aira sambil mengangkat bahu.

Cowok itu tertegun, lalu terkekeh kecil sambil menatap mata abu-abu Aira. Baru kali ini cowok itu menemukan mata berwarna abu-abu seperti mata kucing sebagus milik Aira.

Ken mendekat ke ranjang Aira, lalu menggenggam tangan mungil gadis-nya

"Mungkin Anda salah kamar. Nama saya Ken, ini pacar saya Aira," Ken menjulurkan tangan yang langsung disambut dengan antusias oleh cowok itu.

"Nama saya Farhan, tadi saya mau menjenguk nenek saya, tapi sepertinya salah kamar. Kalau begitu saya permisi dulu. Dan cepat sembuh untuk Airama," Farhan berjalan cepat keluar ruangan.

Aira tak memusingkan hal itu, tapi jelas-jelas cowok itu memanggil nama panjangnya, Airama.

"Jangan dipikirin, aku tau nama Farhan familier buat kamu," Ucap Ken.

Aira tersenyum kecil, "gak papa,"

.
.
.
Tbc

Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang