.
.
."Be honest By, what's wrong?" tanya Aira keukeuh, Gadis itu menatap Ken yang masih duduk dengan kaos putih milik papa, Ken bergelung dengan selimut di kamar tamu.
Ken menggeleng, memainkan jari, Aira gemas sendiri melihatnya. Aira berlalu begitu saja keluar kamar. "Mendingan lo jujur deh, ada apa?" Anggar yang tiduran di karpet bawah ikut membujuk.
"Gue bilang gak ada apa-apa," jawab Ken dengan suara rendah, Ia meminum segelas air di meja sebelah ranjang.
Aira datang lagi, membawa senampan bubur dengan teh hangat. "Gar, dicari Mara di bawah. Dibawain makanan kayaknya," Anggar mengangguk, lalu segera berlari ke bawah.
"Makan dulu, suhu badan kamu udah turun," kata Aira sambil meletakkan semangkuk bubur di wajah Ken. Gadis itu lalu berjalan membuka gorden kamar dan membiarkan angin sepoi-sepoi masuk. Hujan kembali melanda kota Bandung dengan derasnya.
"Gak disuapin?" tanya Ken, raut wajahnya memelas.
Aira melirik Ken, "Yang sakit lebam kayaknya cuma wajah sama lengan kamu, tangan masih bisa dipake kan?"
"Serah," balas Ken. Ia meletakkan mangkuk bubur di meja dan hendak keluar kamar sambil membawa jaketnya semalam.
"Mau kemana?" tangan Aira menahan Ken.
"Pulang, biar diurus sama bibi aja. Daripada disini,"
Aira terkekeh, ia mendudukkan Ken dia atas kasur lagi, lalu menyelimutinya dengan lembut, "Iya, aku suapin, Ini kamu kenapa bisa babak belur coba. Jujur aja, aku gak bakal marah," Aira menyuapi Ken sedikit-demi sedikit.
"Bener gak bakal marah?" tanya Ken sambil mengunyah, Aira mengambil sekotak tisu diatas meja dan meletakkannya di dekat Ken, "Makan dulu baru ngomong,"
"Bener gak bakal marah?" tanya Ken lagi, ia menelisik wajah polos Aira.
Dengan pelan Aira mengangguk, "Kenapa memangnya?"
"Kalo aku bilang aku berantem karena ada yang gangguin pacar aku gimana?" Ken memasang wajah tegang, Aira berpikir sebentar.
"Tapi, gak ada yang ganggu aku,"
Ken menghela nafas, "Maksud aku, bukan kamu,"
Aira menghentikan gerakan menyuapi Ken, "Maksud kamu, kamu punya pacar lain?"
"Iya," jawab Ken, Aira menjernihkan pikiran. Siapa pacar Ken selain dia? Mika kan gak mungkin.
"Ya, pacar kamu itu diganggu gimana?" tanya Aira dengan suara bergetar. Ia kembali melanjutkan menyuapi Ken dengan gerakan semakin pelan.
"Kok kamu gak marah aku bilang punya pacar lain?" Ken menghentikan tangan Aira yang akan menyendokkan bubur.
"Kamu mau aku gimana? " ucap Aira, matanya menatap Ken tajam, "Kamu sakit gini, pantes aku marah-marah?"
"Kamu selalu pantes buat marah ke aku Ai," Kata Ken, "Aku cuma mau buat kamu marah sekali aja, hampir setengah tahun kita pacaran. Kamu sadar nggak kalo kamu gak pernah marah ke aku?"
Aira mengerutkan kening, "Apaan sih? Kata siapa aku gak pernah marah?"
"Kata aku barusan. "
"Tunggu, kamu beneran punya pacar lain nggak seh?" tanya Aira, Ia menaikkan suaranya.
"Kalo nggak kenapa, kalo iya kenapa," ujar Ken, Ia menerima suapan terakhir dari Aira sambil menunggu jawaban gadis itu.
"Kalo nggak dan itu artinya kamu bercanda, aku mau siram kamu pake teh sekarang. Kalo iya, aku mau kita putus," jawab Aira lugas.
Ken tersenyum manis, "Nggak kok Ai, bercanda. Sumpah, serius banget kamu." Cowok itu membuat bentuk V dengan kedua jari tangannya.
Aira mendengus, Ia merapikan rambut Ken yang mulai panjang, "Aira, " panggil Ken.
"Kenapa lagi?" Aira balik bertanya.
"Peluk," pinta Ken.
Aira berpikir sebentar, Ia belum mandi.
"Tapi, aku belum mandi," Ken terkekeh mendengar jawaban Aira.
"Peluk aih,"
Aira meletakkan mangkuk bekas bubur dan merentangkan kedua tangannya. Membiarkan Ken meletakkan kepalanya di leher Aira. Cowok itu mencari posisi ternyaman di bahu Aira, menuntun tangan Aira untuk mengelus kepalanya.
Aira mendengus, tapi tetap mengelus-elus pelan rambut Ken. Aira menangkap bayangan Anggar dan Amara yang mengintip dari samping pintu, Ia mengusir keduanya dengan lambaian tangan.
"Ai,"
"Hmm?"
"Kamu beneran sembuh kan?"
Aira mengerutkan kening, kemaren ia sempat chattingan dengan Mika, dokter bilang Ia sudah sembuh total. hanya perlu melakukan pemeriksaan beberapa kali lagi, "Iya, sudah,"
"Sebenernya, aku habis berantem sama cowok yang kemarin ngasih kamu amplop surat di perpus," suara ken hampir menyerupai bisikan. Aira tak menjawab, Ia hanya terus mengelus rambut Ken.
"Itu karena dia nantangin. Katanya aku gak terlalu ganteng buat kamu," lanjut Ken. Aira hampir tertawa, tapi gadis itu tau, tertawa sekarang malah akan membuat Ken semakin tak nyaman.
"Terus, kamu dikeroyok?" Tanya Aira. "Dimas gak bantu?"
"Lah, kok kamu tau aku dikeroyok?" Ken mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Aira.
"Kayaknya kamu kalah, aku nebak aja," Jawab Aira, Ia memaksa Ken memalingkan wajah dan terus mengelus rambut cowok itu.
"Keliatan banget ya?"
"Apanya?" Tanya Aira lagi. "Kalah?"
"Aku lemah keliatan banget, jadi ragu buat ngelindungin kamu terus,"
Aira mengangkat wajah Ken dan membuat cowok itu duduk tegak, Aira menatap dengan tajam kedua mata cowok yang sudah menjadi hal berarti di hidupnya ini.
"Kamu ada buat aku udah cukup Ken, jadi jangan mikir aneh-aneh. Sekarang kamu istirahat, aku mau makan,"
Ken mengangguk, "Peluk sekali lagi," Aira dengan lembut memberikan pelukan singkat. Gadis itu membiarkan Ken mencium singkat keningnya.
"Ken, aku sayang kamu," Ucap Aira.
"Kamu gak tau sebesar apa rasa sayangku buat kamu Ai, kamu udah jadi hal penting buat aku. Kemaren, sekarang ataupun besok, Aku sayang kamu apa adanya,"
.
.
.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/167539985-288-k813051.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons Why {SELESAI}
Fiksi Remaja"Kecapekan lo ya? Sini, lo gak bersih banget," Kata Aira. Tangan kanannya memegang wajah Ken, sedangkan tangan satunya membersihkan hidung dan pipi Ken yang masih agak penuh dengan bercak darah. "Ai," "Hm?" "Gue boleh minta sesuatu gak?" Tanya Ken s...