Buku 37

665 38 1
                                    

.
.
.
"Aira!" Aira menoleh ketika namanya dipanggil, Mika berdiri di depan restoran sushi kesukaannya bersama Zafren.

"Mika, sorry banget gue telat," Kata Aira, "Zafren juga, sorry banget,"

Mika menggeleng dan tersenyum lebar, "Nggak papa, ayo pesen dulu,"

Aira mengangguk dan berjalan di belakang Zafren dan Mika.
Interior restoran sushi kesukaan Aira ini tak pernah membuat bosan. Setiap minggunya pasti berubah, entah kapan mereka menggantinya.

"So, kenapa Ken gak ikut?" Tanya Mika setelah memesan.

Zafren mengetuk-ngetuk meja sambil memainkan ponselnya, memberikan waktu untuk para cewek berbicara.

"Ken... Ada latian basket katanya, gak tau juga. Aku udah minta anter, tapi dia bilang gak bisa," Jawab Aira.

Mika mengangguk, "Oke, gini. Aku mau omongin penyakit kamu. Ini ada hasil pemeriksaan terakhir dari dua bulan lalu," Mika mengeluarkan sebuah map coklat dari tasnya.

"Iya, terus ada sesuatu?"

Zafren melirik Mika, "Nggak ada. Tapi, mungkin kamu harus kemo satu kali lagi. Karena sel kanker di lengan kamu tersisa," Jawab Mika.

Aira mengangguk-angguk, "Oke. Nanti aku bilang ke mama,"

"Mungkin kamu harus ke rumah sakit secepatnya Aira," Ucap Zafren, cowok itu tidak terbiasa bicara dengan orang asing sehingga memilih diam daritadi.

"Kenapa?" Tanya Aira, mata bulatnya menatap Mika.

"Om takut, kalo tidak segera diterapi lagi, selnya akan menyebar. Selain itu, om akan mengecek ulang tulang sumsum kamu. Karena, biasanya akan ada komplikasi dan malah menyebabkan kondisi yang lebih parah," Jawab Mika lagi. Tangan gadis itu mengaduk-aduk minumannya.

Aira mengetuk-ngetuk meja, "Kondisi lebih parah maksudnya? "

"Karena ada komplikasi kayak gitu, malah mungkin membuat kamu mengalami hal lebih parah, bisa karena tubuh kamu menolak organ baru,"

"Contohnya?" Tanya Aira lagi.

"Kanker kamu mungkin balik lagi, atau ada kemungkinan munculnya leukimia,"

Aira terdiam, "Gitu ya.. Aku usahain secepatnya, soalnya aku udah kelas 12. Mau ujian akhir,"

"Aku ngerti, tapi lebih baik mencegah daripada mengobati," Ujar Mika.

Pesanan mereka datang, Mika mengambilkan makanan untuk Zafren dengan tenang. Cowok itu masih sibuk dengan permainan gamenya, "Zaf, makan dulu. Telat makan lagi, lambungmu gimana?"

"Mau menang ini aku," Kata Zafren, masih fokus dengan permainannya.

Mika menghela nafas, "Buka mulutnya. Aku suapin. Habis ini makan sendiri," Zafren dengan patuh membuka mulut dan membiarkan Mika memasukkan satu sushi seutuhnya.

Aira tersenyum kecil, Ia seperti melihat kebalikan antara dirinya dengan Ken.

"Sorry. Gue telat," Aira menoleh, familier dengan suara itu.

"Ken? Katanya ada latian, kok kesini?" Tanya Aira setelah menyuruh Ken duduk disebelahnya, berhadapan dengan Mika.

"Lebih cepet daripada biasanya. Aku langsung cepet-cepet kesini. Hai Mik, hai Zaf," Mika tersenyum mengangguk, lalu tetap meyuapi Zafren.

"Mabar Ken," ajak Zafren beberapa menit kemudian.

Aira tak mendengarkan,  Ia terus memenuhi piring Ken dengan sushi. Setiap kali Ken menghabiskan makanannya, Aira akan dengan cepat menambahkan.

"Boleh Ai?" Tanya Ken pada Aira dengan mulut penuh.

Aira menoleh, "Apanya? Kamu mau nambah lagi?"

"Bukan itu, aku mau mabar sama Zafren." 

"Emangnya makananmu udah habis?" tanya Aira. "Belum habis tuh. Abisin dulu, baru main," Ken tak menjawab, Ia langsung menguyah dengan cepat.

Mika terkekeh, "Nurut banget sama buk Boss,"

Ken hanya melirik tajam, "Bodo amat sama Lo,"

Ken mengambil ponsel di dalam sakunya, lalu ia menyalakan ponsel itu. Aira melirik sedikit dan menemukan banyak spam chat dari seseorang.

"Siapa itu?" tanya Aira kepo.

Ken gelagapan, "Bukan siapa-siapa. Makan lagi kamu yang banyak, Zafren ayo mabar,"

Aira menaruh curiga sedikit, "Siapa sih?" 

Mika tersenyum kecil, "Biasanya bakal banyak timbul rasa curiga nanti, tapi aku liat-liat dia tulus kok Ai,"

Aira tersenyum, "Mungkin, dia ganteng sih. Jadi banyak yang suka,"

Ken merangkul Aira, lalu mencium pelan samping dahinya. "Jangan suka  mikir aneh-aneh,"

"AHHH. Apa-apaan tadi? So swweeeeet banget, astaga. Zafren, mereka sweet kan?" Mika berkata histeris, lalu merangkul Zafren.

"Apa yang? Aku lagi push rank ini. Gak liat apa-apa," kata Zafren, membuat Mika memukul pelan lengannya. Zafren melirik Mika sedikit sebelum melakukan hal yang sama, tetapi kali ini Zafren mencium tangan Mika lembut lalu melanjutkan bermain.

Mika tersipu, "I've told you. My boyfriend is sweeter,"

Aira tak menjawab, ia hanya mengangkat bahu, "Mine more than sweet," Ken menggenggam tangan Aira, lalu tersenyum manis.

.
.
.
Tbc


Reasons Why {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang