Part 13

13.6K 866 27
                                        

Happy reading

***

"Tidak ada yang sedang dekat dengan kamu?", tanya Adam datar. Adam melirik sebentar melihat wajah Anissa, kemudian fokus menyetir.

Anissa merasa aneh dengan pertanyaan Adam"Maksudnya?", tanya Anissa mengkonfirmasi. Sebenarnya Anissa tau sih maksud Adam apa, tapi dia hanya ingin mengkonfimasi, takutnya dia salah persepsi. Apa orang disampingnya ini mempunyai perasaan lebih kepadanya. Itu masih menjadi tanda tanya besar.

Ko gue jadi berharap gini yah.

Sebenarnya dia masih enggan untuk mempunyai "hubungan" dengan lelaki untuk sekarang. Rasanya setelah apa yang terjadi dengan kisah cintanya membuat dia berpikir lebih soal mencari pasangan hidup. Dia takut untuk merasakan nyeri dihatinya kembali.

Disisi lain sahabatnya Keysa mengatakan kepadanya, "Jangan takut membuka hati untuk seseorang yang baru dihidupmu. Dia (Reihan) mungkin bukan orang yang tepat untukmu, tapi diluar sana masih ada seseorang yang sedang mencari tulang rusuknya, bisa jadi seseoarang yang dicari itu kamu. Realitas saja, hidup ini ngga semulus pantat bayi, kalau kita merasakan manisnya cinta, yah... kita juga harus siap untuk merasakan pahitnya. Karena hidup ini seimbang ada manis-pahit, baik-buruk, ada kamu juga ada dia. Ehh..."

Sahabatnya itu memang kandangkala sengklek otaknya tapi kalau lagi bener bikin Anissa bener-bener mikir.

"Maksud saya...., hmm sudahlah". Terlihat wajah Adam yang frustasi. "Ini bener belok kan yah?", tanya Adam mengalihkan pembicaraan tadi.

"Iya". Anissa menganggukan kepalanya. Sedikit kecewa dengan Adam.

Tuh kan nyebelin. Sih Mas satu ini emang rada-rada ngga jelas. Aneh, tapi nyata sih gantengnya.

Anissa jadi senyum-senyum cemberut gitu. "Kenapa?", tanya Adam.

"Heh, ngga papa ko".

Setelah sampai di Stasiun Anissa dan Adam turun dari mobil. Adam membantu membawakan koper Anissa. Adam dan Anissa berjalan beriringan menuju tempat tunggu. Terlihat banyak orang yang lalu lalang di Stasiun ini, mungkin dikarenakan hari Sabtu, yang mana banyak orang yang ingin berpergian ntah untuk wisata atau seperti dirinya yang akan mengunjungi kampung halamannya "Makasih yah Pak, maaf jadi ngrepotin". Anissa mengambil koper yang dipegang oleh Adam.

Adam hanya menganggukan kepalanya. "Hmmm ohh iya Pak soal pertanyaan di mobil tadi, saya single ko pak, kalau Bapak mau daftar boleh aja, tapi saya seleksi dulu yah, itu juga kalau Bapak masih single sih", ucap Anissa dengan cengiran lalu berjalan masuk ke antrean untuk melakukan boarding pass.

Adam hanya terdiam ditempatnya, bibirnya sedikit tertarik keatas.

"Arggh.., apa sih yang baru gue ucapin tadi", grutu Anisa dengan suara yang sedikit keras sambil menutup wajahnya. Orang-orang disekitarnya melihatnya dengan pandangan aneh.

***

Setelah 4 jam perjalanan Anissa sampai di Bandung, dia dijemput oleh Kakaknya, yang memang sedang ada di rumah ibunya. Anissa berjalan untuk mencari kakanya, yang katanya memakai baju maroon bunga-bunga.

Anissa yang pertama melihat keberadaan kakaknya."Teteh Neira", sapa Anissa dengan suara sedikit keras, yang memang jaraknya sedikit jauh dari tempat kakaknya berada. Anissa berjalan cepat untuk menemui kakanya.

"Hai dek, apa kabar?", Mereka berdua berpelukan. "Alhamdulillah baik Teh?", jawab Anissa.

"Orang dirumah juga sehat semuakan?"

"Iya sehat semua, Keysa ngga ikut pulang?" tanya Neira.

"Keysa ada keperluan di Jakarta jadi dia ngga bisa ikut, teteh sama siapa kesini?"

"Sama Akang Imran, yaudah ayoo yang dirumah udah pada nunggu kamu tuh dek".

Imran merupakan suami dari Neira. Kakak iparnya itu sama-sama orang Bandung, dulunya mereka satu SMA. Pernah sekelas juga, katanya mah dulu tidak ada perasaan apa-apa. Setelah lama tidak bertemu kemudia dipertemukan kembali ditempat kerja yang sama, dengan kebersamaan yang sering sepertinya benih-benih cinta mulai tumbuh, smungkin benar cinta karena terbiasa itu ada.

"Hei kang, apa kabar? Tanya Anissa setelah masuk mobil.

"Baik, kamu gimana dek?"

"Baik juga kang". Selama perjalanan dihabiskan Anissa dengan mengobrol dengan kakaknya. Melepas kangen juga sudah lama tidak ketemu.

***

Kakak iparnya yang mengambil koper Anissa di bagasi. Anissa dan kakanya berjalan menuju kerumah, yang mana halaman rumahnya sedikit luas."Assalamu'alaikum", ucap Anissa. Pintu rumah terbuka lebar yang memang sepertinya saudara-saudaranya sedang berkumpul dirumahnya.

"Wa'alaikumsalam", jawab keluarga Anissa serempak melihat ke arah pintu, dimana Anissa dan kakanya berdiri. Memang betul, paman, bibi, sepupu dan keponakannya sedang berkumpul diruang tamunya. Ini kayanya baru setengahnya yang lainnya sepertinya berada dirumah Budenya, dimana tempat pernikahan Sinta akan berlangsung. Rumah budenya itu hanya disamping rumahnya saja. Dia melihat satu persatu, orang yang ada diruang tamunya, tapi dia belum melihat Ibu dan Bapaknya.

" Kumaha damang?", tanya Bibi Ranti.

"Alhamdulillah damang, Ibu sama Bapak kemana Bi?, tanya Anissa. Sambil menyalami satu persatu saudaranya..

"Ibumu lagi didapur, kalau Bapakmu mah ngga tau mungkin ladi di rumah Bude Lasmi, ayo sini duduk capekan?"

Anissa hanya tersenyum. Ponakan langsung menghampirinya, sedikit malu-malu " Sini pangku sama ate."

"Ngga mau", jawab ponakannya tersebut. Nama panggilannya Meira. Sedikit pemalu memang anaknya.

"Ate, punya hadia loh buat Mei, hayoo mau ngga?",

"Mau"

"Tapi sini pangku dulu", ucap Anissa sambil terseyum. Setelah lima menit ibunya datang, "Ibu", Anissa memeluknya.

"Kangen", ucap Anissa.

"Kamu ini gimana dek kangen ko jarang pulang, kalau kangen yah pulang atuh, ibu juga kangen", ucap ibunya.

Anissa hanya tersenyum, mendengar keluhan ibunya.

"Bapak mana bu" tanya Anissa.

"Lagi bantu-bantu dirumah Uwak Lasmi, kamu juga kesana. Uwak Lasmi udah ngarapen kamu datang",

Uwaknya yang sedikit nyinyir itu. "Ahh males nanti ajalah".

"Temuin dulu aja, nanti langsung istirahat setelah itu".

"Iya", jawab Anissa dengan malas.

Anissa berjalan ke rumah uwaknya. Terlihat tenda-tenda dan kursi sudah terpasang rapi. Pintunya tidak tertutup, setelah orang didalam menjawab salam, Anissa masuk kedalam rumah.

Terlihat Uwak dan Sinta, dan saudaranya yang lain sedang duduk di sofa. Anissa menyapa saudaranya dan saling menanyakan kabar. "Kapan datang?", tanya Uwak Lasmi.

"Baru aja", jawab Anissa.

"Sinta udah mau nikah sama Arman juragan beras", ucap Uwak lasmi dengan bangga.

"Kamu kapan nikahnya" tanya Uwaknya seolah memanas-manasinya.

Tuhkan malesnya tuh kaya gini, pasti selalu ditanyain kapan nikah.

Bagi Anissa nikah itu bukan kaya balap lari yah, siapa cepat dia menang, melainkan soal kemantapan hati dan orang yang tepat. Dengan pengalaman perjalanan cintanya sekarang, sabar itu yang selalu ia terapkan, karena orang yang tepat tidak akan datang dengan cepat tetapi pasti datang di waktu yang tepat.

"Doain aja wa", jawab Anissa dengan senyum manis. Walaupun dalam hatinya greget dengan budenya ini.

"Hiji pesen ti uwa ula kawin kango urang jawa (Satu pesan uwak, awas jangan nikah dengan orang jawa)", ucap Uwak Lasmi.

Anissa merasa heran dengan pesan yang disampaikan Uwaknya. "Kunaon kitu?", tanya Anissa mengerutkan keningnya.

Adam & Anissa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang