Part 31

13.5K 931 48
                                    

Makasih sebelumnya, wow part kemarin itu komen terbanyak. Maaf ngga bisa bales satu persatu.

hehe maaf telat updatenya habis nugas rasa jalan-jalan soalnya.

Happy reading...

jangan lupa vote and komen...

***

Sebulan setelah percecokan di Bali, hubungan Anissa dan Adam baik-baik saja. Adam memperlakukannya seolah tidak terjadi apa-apa dengan keduanya. Mungkin hanya Anissa yang sedikit khwatir disini. Tapi Anissa mencoba berperan sebagai istri yang baik, melupakan kekhawatiran itu.

Anissa kini sedang membereskan beberapa pakaian memasukannya kedalam lemari. Sewaktu pulang dari Bali Adam membawanya kerumah orang tuanya di Jogja, katanya rumah yang akan ditempati mereka belum jadi. Sebulan kemudian Anissa di boyong kerumah barunya, rumah itu sekitar setengah jam dari kantor Adam. "Suka rumahnya?" Adam memeluknya dari belakang.

Anissa menganggukan kepalanya, tapi menurut Anissa rumah ini terlalu besar untuk ditempati mereka berdua. Rumah ini mempunyai dua lantai bergaya klasik modern. Dengan halaman depan yang sangat luas. "Suka, tapi ini ngga kebesaran yah mas?" tanya Anissa setelah berhadapan dengan Adam.

"Ngga, kan nantinya ada anak-anak kita." Anissa sedikit pesimis dengan ucapan Adam. "Nanti ada Bi Inah yang dari rumah Ibu buat bantu-bantu kita, sama Pak Ridwan juga buat ngater kamu, kalau aku ngga ada." tambahnya

"Mas mau nyedian asisten rumah tangga juga? Menurut aku ngga usah deh mas. Toh aku ngga kerja ini. Lumayan menghemat pengeluaran juga." Anissa tahu sebenarnya Adam mampu untuk membayar asisten rumah tangga, tapi Anissa tidak mau terlalu menghambur-hamburkan uang.

"Hmm, aku takut kamu capek sebenarnya, tapi yasudah sementara ini gapapa ngga pake asisten dulu."

Anissa memperlakukan Adam selayaknya pasangan suami istri lainnya. Pagi dia memasak, membereskan rumah, dan menyiapkan keperluan suaminya.

"Mas please deh baju kotornya langsung ditempatin di keranjang. Terus itu handuk setelah dipake langsung di taro ditempatya dong. Jangan ngegelatak dikasur"

"Iya...iya istri ku yang bawel." Adam mengecup bibir istrinya sekilas.

"Iya..iya terus tapi tetep aja ngelakuin yang sama." Anissa cemberut. Adam hanya nyengir kuda. Seperti itu gambaran pagi Anissa. "Terus jangan lupa sepatu habis dipake langsung ditaro di raknya."

"Hmm.." gumam Adam.

Hari ini Anissa mencoba memasak Ayam goreng serundeng dan sayur asem ditambah sambal terasi. Anissa menunggu suaminya menyuapkan makanan. "Gimana rasanya Mas?"

"Hmm..Enak." Ucap Adam melanjutkan makanannya. Adam tau bagaimana istrinya itu belajar mati-matian untuk memasak. Sampai pernah waktu pertama memasak tangannya itu terluka. Adam jadi tidak tega. Dia sebenarnya sudah meminta memakai asisten rumah tangga saja tapi istrinya itu kekeh menolak.

Adam sebenarnya tidak pernah mengeluh soal makanan, apapun makanan yang dihidangkan istrinya selalu dihabiskannya.

"Jawabnya kaya ngga iklas gitu sih." Ucap Anissa memanyunkan bibirnya.

"Enak banget sayangku, kemampuan memasak istriku sudah meningkat sepertinya", ucap Adam lagi.

Anissa hanya tersenyum. "Tadi bilang apa? Enak banget...

"Apa?" tanya Adam bingung.

"Enak banget..

"Oh.. enak banget sayangku." Ulang Adam lagi.

"Sayang kamu juga suamiku..." ucap Anissa dengan tawa.

Sebelum berangkat kerja seperti biasanya Adam mencium kening Anissa dan Anissa mencium punggung tangan Adam.

"Nanti siang temenin Mas yah."

"Kemana?"

"Nganter Fathiyah ke kontrakan barunya."

"Harus yah Mas yang nganterin?"

"Hmm, hanya aku yang tau kontrakannya". Adam mencari tau kontrakan yang sederhana tapi nyaman untuk Fathiyah melalui teman-teman kantornya. Dan dia sudah mendapatkanya.

"Oh, berarti mas juga yang nyariin." Anissa mengira setelah dua bulan tidak mendapatkan kabar tentang Fathiyah, perempuan itu tidak jadi pindah ke Jogja. Nyeri dihatinya muncul kembali.

"Kamu tahu sendiri Fathiyah itu sebatang kara. Dia sementara tinggal di panti yang dulu."

Anissa hanya beroh ria. "Mau yah?" tanya Adam kembali.

"Iya" jawab Anissa tidak ikhlas mengatakannya.

"Aku ngajak kamu karena aku ngga mau kamu berpikiran macam-macam. Aku disini cuma mau membantu." Jelas Adam. Anissa sebenarnya malas untuk melihat mantan pacar suaminya itu, tapi dia juga tidak mau suaminya itu hanya berduaan dengan Fathiyah.

"Yaudah nanti siang mas jemput. Assalamualaikum" ucap Adam sebelum masuk ke mobilnya.

Anissa menjawab Adam.

***

"Maaf yah jadi ngrepotin kalian." Ucap Fathiyah setelah mereka sampai di kontrakan. Fathiyah sebenarnya tidak enak dengan istri Adam. Tapi dia bingung minta tolong kesiapa lagi. Dia sudah kehilangan kontak dengan teman-temannya. Ibu pantinya itu sudah renta dan Fathiyah tidak enak jika masih membebankan ibu panti yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya sendiri jika dia harus tinggal disitu juga bersama anaknya. Dan tiga tahun dia hidup di Bali banyak perubahan yang terjadi di Jogja.

"Iya gapapa Fa." Jawab Adam. Anissa hanya senyum kecil saja.

Kontrakannya lebih besar dari kontrakan Anissa yang ada di Jakarta. Tapi harus melewati gang kecil dulu dan jaraknya agak jauh dari jalan raya. Mobil tidak bisa masuk, harus berjalan kaki dulu. "Ini minum". Adam membukakan air meneral dingin lalu menyerahkan ke Anissa. Adam mengelap keringat yang bercucuran didahi istrinya menggunakan sapu tangannya. Kebetulan Jogja cukup menyengat hari ini.

"Thanks" gumam Anissa.

Fathiyah merasa sedikit nyeri di hatinya ketika laki-laki yang dulu selalu menemani dan melindunginya itu kini harus bersanding dengan wanita lain. Pasangan didepannya ini kelihatan pasangan bahagia, dia jadi mengenang masa lalu, merasa sedih pernikahannya dengan Adam harus batal. Mungkin jika pernikahan dengan Adam terjadi, dia yang akan mengalami hal manis didepannya.

Berbeda sekali dengan pernikahannya yang penuh dengan air mata. Mantan suaminya terlalu posesif dan selalu main tangan ketika Fathiyah berbuat kesalahan kecilpun. Dia jadi merindukan kebersamaan dengan Adam yang selalu memperlakukannya amat baik. Rindu yang seharusnya tidak boleh dia rasakan.

"Pulang?" tanya Adam ditelinga istrinya. Tangan Anissa tidak mau diam terus mengelus-mengelus pahanya. Membuat Adam tidak konsentrasi dibuatnya.

"Iya.." ucap Anissa. Adam saat ini melihat istinya sedikit aneh tidak biasanya Anissa selalu menempel padanya enggan jauh darinya walau sebentarpun.

Mereka berdua pamit kepada Fathiyah. Anissa yang melihat tatapan Fathiyah merasa tatapan itu, Anissa susah mendeskripsikannya.

****

"Kenapa?" tanya Adam ketika sudah berada dimobil.

"Kenapa apanya." Anissa menampangkan wajah polosnya. Adam memandang wajah istrinya.

"Pura-pura ngga ngerti lagi." Ucap Adam gemas dengan istrinya. Adam membimbing tangan Anissa kemiliknya.

"Liatkan perbuatan kamu buat aku jadi gini." Wajah Anissa merah merona. Adam melumat bibir Anissa, ciuman Adam semakin dalam. Tangannya sudah meremas pinggul Anissa. "Kita pulang sekarang." Ucap Adam dengan suara beratnya.

Adam & Anissa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang