Happy reading...
*****
"Lagian kenapa harus pakai sepatu setinggi ini sih," ujar Adam lembut. Mereka berdua masih duduk kursi panjang. Adam memperhatikan Anissa memakai high heelsnya.
"Inikan fashion Mas."
"Tapi kalau bahaya, tidak usah dipakai."
"Baru kali ini ko, terkilir gara-gara sepatu. Lagian wanita kalau pakai high heel itu keliatan sexy." Grutu Anissa.
"Ayo. Bisa jalan sendirikan? Siniin buahnya biar saya yang bawa." Adam tidak memperpanjang tentang sepatu lagi. Baginya Anissa memakai sepatu atau tidak, tetap cantik dan sexy dimata Adam.
Anissa dan Adam berjalan menuju ruang rawat inap. Anissa berhenti sejenak. Adam disampingnya ikut berhenti. Kakinya kiri Anissa masih sedikit sakit. "Masih sakit yah? Nanti diperiksa dokter aja yah."
"Iya sedikit." Adam mengandeng tangan Anissa membantunya untuk berjalan. Anissa sedikit merasa gelisah, takut keluarga Adam tidak menerimanya dengan baik, walaupun sebelumnya dia sudah pernah bertemu dengan ibunya Adam yang memang baik orangnya, tetap saja kekhwatiran itu ada.
Mereka berdua sampai diruangan.Ternyata didalam sudah ada Malik dan Romi yang sedang mengobrol dengan ibunya dan Talita
"Itu Adamnya datang", ucap Talita yang pertama menyadari kehadiran Adam dan Anissa.
Adam dan Anissa mengucapkan salam. Kemudian Anissa mencium tangan ibu Riyanti. Dan juga tersenyum kepada Talita dan teman Adam.
"Anissa yah?" tanya ibu Riyanti
"Iya, tante. Tante udah mendingan?"
"Alhamdulillah nak udah mendingan, nanti malam juga sudah boleh pulang. Adam banyak cerita loh tentang kamu." Anissa melirik ke arah Adam. Orang yang diliriknya hanya diam saja.
Anissa mengobrol dengan ibu Riyanti dan Talita. Mereka seperti teman lama yang dipertemukan. Anissa sangat nyaman bersama mereka, sesuatu yang dia khawatirkan itu tidak terjadi. Ibu Adam dan Talita sangat baik kepadanya. Anissa juga dikenalkan dengan teman Adam. Namanya Romi dan Malik yang katanya teman sewaktu kuliah Adam.
"Pantesan elo ngebet ngelamar Anissa Dam, takut di embat orang yah. Secara cantik banget tuh cewek,"celetuk Malik. Setelah mereka diluar ruangan.
Adam merasa heran dengan Malik yang mengetahui lamarannya. Sepertinya mereka mengetahui dari ibunya.
"Bukan itu aja Lik. Adam udah ngga kuat ngelepas burung dari sangkarnya, bodynya wow banget. Kalau belum lo lamar, gue mau deh " ucap Romi ketawa. Orang yang di godaiinya itu hanya diam saja.
Romi dan Malik akan pulang, Adam mengantar mereka sampai di lobi, sekalian dia juga mampir ke Minimarket yang terletak di depan Rumah Sakit.
"Udah sana pulang, terimakasih udah jenguk Ibu." Ucap Adam dengan muka memerah.
"Wiih santai dong bro, becanda gue. Nitip salam yah sama princess Aniss", ucap Romi dengan tawa.
****
Adam kembali lagi ke ruang inap tempat ibunya dirawat. Ia mendengar suara tawa keluarganya dan Anissa. Sepertinya Anissa sudah diterima baik oleh keluarganya.
"Ayo katanya mau diperiksa ke dokter," ajak Adam. Anissa mengaggukan kepalanya.
"Anissa kenapa?", tanya Talita.
"Cuma terkilir aja ko mba".
"Oh, yaudah Nak diperiksa dulu aja", ucap Ibu Adam.
"Nih, ganti dulu aja high heel nya sama sendal," ujar Adam. Anissa dibuat merona oleh perhatian Adam, dia juga merasa malu dilihat Talita dan ibu Adam.
Keluarga Adam hanya senyum-senyum saja.
*****
Anissa masuk kedalam rumah, tadi dia diantar pulang oleh Adam. "Itu kaki lo kenapa sampe bisa diperban gitu?" tanya Keysa yang sedang menonton drama korea di ruang tamu.
"Terkilir, tadi ngga fokus liat jalan jadi tergelincir deh."
"Ga parah kan?
"Ngga ko, Gue masuk kamar yah."
Keysa mengganggukan kepalanya lalu fokus kembali ke drama korea yang ditontonya.
Setelah membersihkan tubunya Anissa berbaring dikasur kemudian dia menelopon ibunya. "Assalamualaikum bu".
"Waalaikumsalam"
"Ibu.." panggil Anissa dengan suara manjanya
"Kenapa, kamu sakit yah?"
"Ngga bu". Anissa tidak memberitahu kalau kakinya terkilir, itu cuma masalah sepele menurutnya. Ibunya itu suka panikan kalau anaknya sedang sakit.
"Syukurlah. Soalnya kalau kamu ngerengek kaya gitu biasanya sakit".
"Kalau Anissa ada yang ngelamar. Anissa harus gimana bu?"
"Siapa, Abyan?" Ibunya sepertinya terkejut dengan kabar yang diberikan Anissa.
"Iiiih.., bukan."
"Terus siapa?"
"Adam namanya bu. Dia juga ingin ke Bandung mau ketemu Ayah, Ibu."
"Ibu seneng dengernya akhirnya ada yang niat serius sama kamu juga. Ibu sih terserah kamu aja dek kalau menurut Aniss, Adam itu baik. Ibu akan restui. Tapi jangan lupa shalat istikarah juga yah dek, minta yang terbaik sama Allah". Ibunya itu selalu mengingatkana Anissa shalat lima waktu. Anissa sih seringnya tidak tepat waktu kalau shalat terutama kalau shalat shubuh. Apalagi shalat sunah dia jarang sekali melakukannya. Nasehat ibunya benar, dia harus shalat istikarah untuk meminta yang terbaik kepada-Nya.
"Jadi kapan rencanaya Adam akan ke Bandung?"
"Weekend ini kayanya, tapi kayanya dia lagi sibuk-sibuknya deh. Nanti Aniss kabarin lagi kalau jadi kesana."
"Yaudah yah bu. Aniss mau istirahat dulu."
Setelah itu sambungan telepon berakhir. Anissa memikirkan juga, perkataan ibu Adam di Rumah Sakit tadi. Katanya, dia akan senang sekali kalau Anissa jadi menantunya. Ibunya juga sepertinya setuju saja kalau dia menikah dengan Adam.
Tapi bagaimana dengan Adam? Apakah Adam bisa mencintainya? Anissa masih ragu dengan itu, dia sendiri merasa bahwa ada getaran-getaran setiap dia bersama Adam.
****
Satu minggu kemudian...
Anissa dan rombangan kantornya sudah sampai di Jogja. Mereka tiba pada sore hari. Anissa juga sudah mengabari Adam sebelumya. Adam mewanti-wanti agar Anissa meneleponnya jika sudah sampai di hotel. Kini Anissa sedang menselonjorkan kakinya di tempat tidur, rasanya nyaman sekali setelah perjalanan jauh.
Anissa mengambil ponsel yang berada ditasnya. Lalu menelepon Adam. Setelah sambungan kedua, telepon tersebut di angkat Adam.
"Assalamualaikum", ucap Adam.
"Wa'alaikumsalam.
"Udah sampai hotel?"
"Udah, Mas ada yang mau aku omongin sama kamu. Nanti malem bisa ketemu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Anissa (Completed)
ChickLit(Bantu author dengan Follow dulu sebelum membaca) Menurut Anissa, cowok perfect tuh yah tampan, mapan, berjas putih, stetoskop dileher, suka anak kecil dan yang paling penting masih single. sudah menjadi impiannya sejak dia gagal masuk kedokteran un...