Part 23

13.7K 1K 44
                                    

Pagi... selamat beraktifitas.  Jangan lupa komen dan votenya yah.

Happy reading...

***
Adam memutuskan untuk kembali ke hotel, sebenarnya tadi Anissa sudah menolak tapi Adam kekeh ingin Anissa kembali. Anissa juga sebenarnya merasakan sakit sekali, tapi dia merasa tidak enak untuk meminta pulang, mereka sudah jauh-jauh kesini tapi batal menonton. Untung Adam pengertian.

Mereka berdua sudah dimobil. "Sakit banget yah?" tanya Adam. Dimata Adam terlihat sekali wajah Anissa kesakitan. "Ini saya juga beli minyak kayu putih." Anissa dengan wajah kesakitannya tersenyum.

"Makasih, baik banget sih kamu mas". Ucap Anissa.

"Hmm.."

Anissa mengoleskan minyak kayu putih diperutnya. Anissa mengira Adam sudah mau menjalankan mobilnya, tapi pas dia melirik Adam masih memperhatikannya yang sedang mengoleskan minyak kayu putih diperutnya. Baju Anissa tersingkap. Anissa langsung menutup bajunya. "Ngapain liatin aku sih Mas, ayo jalan". Anissa merasa malu. Adam memfokuskan kembali pandangannya kedepan jalan.

Sealim-alimnya Adam melihat pemandangan begini didepannya, ada sesesuatu yang berdesir dalam tubuhnya. Tapi dia baru merasakan kembali sesuatu itu, dan Anissa yang membuatnya begini.

Mereka berdua sudah didepan hotel. Adam sebenarnya ingin mengantar Anissa sampai depan kamarnya. Rasanya Adam tidak tega melihat Anissa yang kesakitan. Tapi Anissa menolak dia merasa tidak enak dengan temen-temen kantornya, apalagi bosnya. Belum saatnya mereka tau hubungannya dengan Adam. "Nanti saya Sabtu ke Jakarta, kita pergi ke Bandungnya naik mobil saya saja."Anissa mengiyakan permintaan Adam.

****

Rutinitas pagi ini seperti biasa, Anissa berangkat kerja dengan Keysa. Jalanan kota Jakarta seperti biasanya sedikit drama, macet. Keysa juga mendadak alim, terus dosa lagi, alim lagi, dosa lagi. Iyalah orang kata yang keluar. "Astagfirullah. Maju woy anji* maunya apaasih, kampre*. Allahuakbar. Anissa yang melihatnya hanya menggelengkan kepala saja.

Pekerjaan Anissa seperti biasanya membuat jadwal, mengarsipkan dokumen. Apalagi ini mendekati tahun baru, arsip-arsip harus ditata untuk evaluasi tahunan.

"Aku udah nerima Adam Key", ucap Anissa ketika mereka makan siang bersama.

"Berarti gue jadi kondangan yah nanti." Keysa tersenyum lebar.

"Kecepatan ngga sih Key, menurut lo?"

"Sesuatu yang baik tuh jangan tunda-tunda. Aisshh bijak banget gue." Ucap Keysa. Anissa mengaduk-aduk jus strawberry pesananya.

"Sabtu gue Bandung sama Adam."

"Bagus dong, berarti Adam beneran serius sama lo, hmm sama....."

Sini gue bisikin. Anissa secara reflek memajukan tubuhnya kedepan Keysa. "Dia juga kayanya ngga sabar pengen ena-ena sama lo."

Anissa memundurkan kembali tubuhnya. "Anjir, keysa bahasa lo...."

"Your language Anissa..., janganlah mengumpat." Mereka tertawa bersama.

"Udah ayo, balik lagi kekantor."

****

Adam sampai di Jakarta pada pagi hari. Dia menemui Talita dulu. Adiknya itu sepertinya akan stay di Jakarta. Suaminya dipindahkan tugas di Jakarta.

"Udah ganteng aja nih Mas, tau-tau yang mau ketemu sama calon."

Adam tidak memperdulikan omongan Talita. Nay kemana?"

"Masih tidur, lagian Mas nya pagi banget kesini. Emang dari jam berapa kesini?

"Habis shubuh. Ini udah jam delapan dek, udah mau siang."

"Iya, iya..." Adam meminum kopi yang disediakan Talita. "Suami kamu kemana?"

"Masih tidur dia Mas. Tadi malam lembur jadi kecapean."

"Yaudah, mas pergi dulu. Ini ada titipan dari ibu." Ibunya membawakan gudeg dan makanan lainnya. Adam tidak tau sudah dibungkus rapat oleh ibunya. Yang dia tau hanya gudeg, soalnya tadi sebelum berangkat dia memakan itu untuk mengganjal perutnya.

"Makasih Mas, safe drive." Ucap Talita.

Adam menjalankan mobilnya menuju kontrakan Anissa. Dia sudah memberitahu Anissa jika dia akan datang jam sembilan. Sekitar setengah jam Adam sampai di kontrakan Anissa.

Dari dalam mobil Adam melihat Anissa keluar. Sepertinya suara mobilnya, yang membuat Anissa tau kalau Adam sudah ada didepan kontrakannya.

Adam mengucapkan salam. Anissa terpesona dengan penampilan Adam. Ralat. Anissa memang selalu terpesona dengan lelaki yang ada didepannya ini. Adam memakai batik berwarna paduan hitam dan coklat. Dan celana kain hitam panjang.

"Udah siap?" tanya Adam.

"Udah."

"Yaudah ayo langsung berangkat."

"Bentar dulu aku ambil tas aku didalem."

Sepanjang perjalanan mereka banyak mengobrol. Sebenarnya Anissa sih yang banyak mengoceh. Adam hanya menanggapi jika ditanya saja. Benar-benar irit bicara.

"Mas, mas ke Bandung ngga langsung lamar aku kan sama orang tua aku?"

"Hmm.."

"Hmmm, apa? dari tadi hmm...hmm aja deh kaya Nisa Sabyan."

Adam tersenyum. "Kenapa memang kalau aku meminta kamu sama orang tua kamu?"

"Yah, kita ngga jalani dulu aja yang sekarang?"

"Lebih enak hubungan yang sudah terikat pernikahan Anissa, mau ngapain-ngapain halal."

Anissa jadi berpikir yang tidak-tidak. "Mau ngapain apa emang?"

"Mau kamu." Anissa jadi bingung mau berbicara lagi.

Mereka sampai di Bandung. Sebelum masuk kerumah. Adam membuka bagasi dan mengambilnya.

"Apa itu Mas?"

"Bakpia, sama beberapa makanan khas Jogja."

"Yah kenapa ngga bilang dari tadi, padahal lagi pengen bakpia."

Adam menatap wajah Anissa. "Ini buat orang dirumah. Buat kamu saya sisain satu dimobil."

"Uhhh, manis banget sih kamu Mas." Orang yang dipujinya itu hanya memasang ekspresi datar saja.

Orang tua Anissa menyambut Adam dengan baik. Adam dan keluarga Anissa duduk diruang tamu, rasanya adam sedikit gerogi berhadapan orang tua Anissa. Berbeda sekali dia ketika berhadapan dengan klien santai saja.

Adam mengenalkan dirinya didepan keluarga Anissa dengan sopan.

"Ada hubungan apa kamu dengan anak saya?" tanya Bapak Anissa.

"Saya teman Anissa Pak". Anissa memandang wajah Adam, dia sedikit kecewa ternyata cuma dianggap teman oleh Adam. Tapi benar juga sih dia belum ada komitmen yang jelas.

"Tapi kalau Bapak dan Ibu mengizinkan saya ingin meminta anak Bapak untuk saya jadikan istri." Anissa dan Ibunya kini tersenyum.

"Kalau saya tidak mengizinkan?" Anissa memandang kearah Bapaknya harap-harap cemas.

"Saya akan berusaha Pak, sampai Bapak mengizinkan." Ucap Adam tegas tapi tetap sopan.

Adam & Anissa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang