Part 27

13.5K 938 19
                                    

Happy reading...

***

Setelah akad nikah tadi banyak proses adat sunda yang Adam dan Anissa lakukan, dari mulai sungkeman, wejangan, saweran dan masih banyak lainnya.

Langit sudah gelap, tapi para tamu undangan masih belum ada habisnya. Anissa dan Adam masih berdiri disinggah sananya, menyalami tamu yang datang yang memberikan ucapan selamat. Senyum bahagia terpancar dari raut wajah keduaya.

"Capek?" tanya Adam menatap Anissa dengan penuh kelembutan. Adam tidak tega rasanya melihat Anissa memakai high hells setinggi itu, berdiri beberapa jam lamanya. "Hmm." Anissa menganggukan kepalanya. Dia sudah merasa lelah dan juga ngantuk karena tadi malam dia hanya tidur sekitar tiga jam. Tapi walaupun begitu rasa lelahnya ini seperti terbayar dengan kebahagiaan yang membuncah dalam dadanya. Adam mengecup pipi Anissa. "Sabar yah." Anissa tidak bisa menyembunyikan raut malunya. Pasti banyak pasang mata yang melihatnya.

***

Acara telai usai, tamu dan keluarga Adam yang hadir sebagian besar sudah pulang. Anissa dan Adam masih berkumpul dengan saudara, teman-teman dekat dan orang tua Anissa. Adam disampingnya tak henti-hentinya menggenggam tangan Anissa dan mengelusnya. Membuat gelenyar aneh diperut Anissa.

Banyak sekali yang menggodanya tentang malam pertama. "Uh pelan-pelan aja yah Pa nanti, jangan lupa tips dari gue dipake yah" Ucap Keysa dengan tawa. Adam hanya tersenyum menaggapi Keysa. Anissa yang sedikit kesal dengan sahabatnya itu. Kenapa harus diomongin depan Adam sih.

Anissa menguap. "Udah ngantuk?" bisik Adam didekat telinganya. "Iya mas." Mereka berdua pamit untuk masuk kekamar. Suara yang menggondanya makin banyak dari perkumpulan teman teman Anissa. Pipi Anissa merona.

Anissa keluar dari kamar mandi, rasanya segar sekali sedikit meredakan lelahnya. Anissa melihat Adam menyederkan tubuhnya di tempat tidur dengan ponsel ditangannya. Anissa berhedam, berjalan lalu duduk didepan cermin riasnya, menyisir rambutnya yang basah.

Jantung Anissa berdetak lebih cepat, hari ini dia akan melepaskan sesuatu yang dia jaga selama ini. Adam yang fokus melihat layar diponselnya seketika langsung fokus memandang Anissa, menatapnya dengan intens. Anissa memakai baju tidur berbahan satin diatas lutut tanpa lengan berwarna hitam, kontras sekali dengan kulitnya yang putih.

Adam mendekatinya, mencium bahu Anissa yang terbuka, naik kelehernya. Anissa berdiri membalikan tubuhnya, mata mereka saling menatap. Anissa melingkarkan tangannya dileher Adam tersenyum malu-malu. Adam mendekatkan bibirnya ke bibir Anissa. Mengecupnya disana.

"Istirahatlah, Mas mandi dulu." Ujar Adam. Anissa yang biasa mendengar kata 'saya' kini menjadi 'mas' menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya. "Apa mas?"

"Tidurlah Anissa..., Mas tau kamu lelah." Ucap Adam dengan sayang. "Mas mau mandi dulu." Adam mencium kening Anissa. Lalu masuk ke kamar mandi.

Anissa menunggu Adam berbaring dikasur, tapi rasa kantuknya tidak bisa ditahan lagi. Matanya perlahan-lahan menutup menuju kealam mimpi.

Perlahan-lahan mata Anissa membuka dia merasakan tangan besar melingkupi tubuhnya. Anissa sedikit terkejut, dan dia baru ingat di sudah menikah. Adam disampingnya mengigiti telinga Anissa. "Aku sepertinya tidak bisa menahannya lagi Nis, tapi kita akan shalat dua rakaat dulu." Bisik Adam ditelinganya dengan suara serak.

"Shalat apa mas?"

"Kamu belum membaca buku yang aku berikan?" Anissa menggelengkan kepalanya. "Kamu ini yah." Adam mengacak-ngacak rambut Anissa. Adam memberikan buku tentang kiat-kiat tentang menikah, tapi Anissa rasanya malas membaca. Apalagi kemarin- kemarin dia disibukan pekerjaan sebelum resignnya, belum lagi persiapan pernikannya.

"Yasudah kamu wudhu dulu." Anissa turun dari ranjangnya menuruti permintaan suaminya, melihat jam dinakas ternyata jam dua malam.

Anissa mempersiapkan sajadah untuk Adam. Dan dia menggunakan mukenah yang diberikan Adam sewaktu seserahan.

Adam mengimami shalat dengan begitu hikmat, suara Adam membacakan ayat suci Al-quran begitu merdu ditelinganya. Membuat Anissa berlinangan air mata dalam shalatnya. Setelah selesai shalat, Anissa mencium punggung tangan Adam.

Adam meletekan tangannya diatas kepala Anissa kemudian membacakan doa. "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptaan padanya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang telah Engkau ciptakan padanya."

Lalu mencium kening Anissa. Anissa hendak membuka mukenahnya. "Jangan dilepas, biar aku yang melepaskannya."

Adam mengelus rambut Anissa yang halus. "Nis aku ingin kamu memperlihatkan makhota ini hanya padaku"

"Maksud Mas ingin aku berhijab?"

Adam menganggukan kepalanya. "Selain pertanggung jawabanku kepada Allah kelak, Aku tidak rela membagi kecantikan istriku dengan laki-laki lain diluar sana." Ucap Adam dengan lembut.

Anissa merasa terenyuh, laki-laki didepannya ini begitu menyayanginya, walaupun belum pernah Adam mengucapkan kalimat cintanya kepadanya. Tapi Anissa sudah merasa di cintai oleh Adam.

Anissa belum menjawab pernyataan Adam. Perlahan Adam menunduk dan menyatukan bibir mereka. Adam memagut bibir Anissa dengan lembut. Anissa mengalungkan tanganya pada leher Adam.

***
Adam memindahkan tubuhnya disamping Anissa. Menarik Anissa kedalam kepelukannya. Tangan Adam membenarkan anak rambut Anissa yang berantakan. "Thank you. Tidurlah lagi..." Anissa mengeratkan pelukannya dan bersender didada Adam. Matanya mulai memejam setelah aktifitas melelahkan sekaligus menyenangkan.

***

Anissa telat bangun. Setelah Adam membangunkannya shalat shubuh tadi dia tidur kembali. Anissa mencari-cari Adam disampingnya, tapi tidak ada. Anissa turun kebawah dengan langkah yang aneh. Anissa masih merasa kesakitan diselangkannya. Sayup-sayup Anissa mendengar Adam sedang bercakap-cakap dengan ibunya diruang makan.

"Istrimu kemana nak?" tanya ibu Anissa.

"Masih tidur bu" jawab Adam.

"Kenapa tidak dibangunkan?"

"Biarkan saja bu. Anissa masih kelelahan. Nanti saya saja yang bawakan sarapan kekamarnya." Ucap Adam. Ibu Anissa tersenyum mengangguk mengerti.

Adam & Anissa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang