"Bukan urusanmu." Anissa merasakan seperti ada sayatan dihatinya ketika mendengar jawaban Adam.
Adam menatap mata Anissa yang kini berkaca-kaca. "Lah ko malah nangis. Kenapa?" Anissa tidak memperdulikan ucapan Adam. Merasa kesal, Adam menanyakan seolah dia tidak merasa bersalah apa yang diucapkannya. Air mata yang menggenang dipelupuknya kini jatuh kepipinya.
Adam sebenarnya menyadari ucapannya kepada Anissa sedikit membentak. Pikirannya sedang kacau kali ini. Dan Adam menyesal tadi mengucapkannya pada Anissa.
"Maksud mas apa ngomong bukan urusanmu? Kamu ngga ngganggep aku penting dihidupmu?"
"Aku ngga bermaksud begitu Anissa. Tentu saja kamu orang yang terpenting dihidupku. Maksud aku ngomong bukan urusanmu." Adam menarik wajah Anissa dengan kedua tangannya didekatkanlah wajahnya dengan wajah Anissa.
"Maksud aku kamu pasti ngga ngerti tentang design arsitektur kan?"
Anissa menganggukan kepalanya masih beruraian air mata. "Tadi temen aku yang menelepon, ada masalah design yang aku buat. Dan itu terjadi saat pembangunan sudah dilakukan. Tentu saja perusahaan akan mengalami kerugian. Aku ngga ngomong kekamu karena ini memang bukan urusanmu, aku takut kamu juga kepikiran nantinya."
"Mas bisakan jelasin ke aku baik-baik ngga usah sedingin itu ngomongnya."
"Maaf.." Adam mengecup dahi Anissa. Pikirannya memang sedang kacau terkait masalah pekerjaan dan wanita yang sangat dicintainya yang telah lama pergi dari hidupnya, kini kembali.
Hubungannya dengan Fathiyah sudah terjalin sejak tahun pertama dia duduk di bangku kuliah. Kini Adam tidak memungkiri rasa itu masih ada walaupun hanya sedikit. Dan dia merasa iba. Sewaktu Anissa pergi ke toilet, Fathiyah menceritakan dia akan bercerai dengan suaminya. Sedangkan Adam tau Fathiyah hidup sebatang kara. Fathiyah merupakan anak panti asuhann yang mendapatkan beasiswa di tempat kuliahnya. Adam begitu mengagumi sosoknya yang begitu baik dan juga cerdas. Dan saat ada event di salah satu organisasinya, Adam menyatakan perasaannya pada Fathiya.
Tadi Fathiyah juga meminta maaf karena begitu saja meninggalkan rencana pernikahannya. Sewaktu pernikahannya batal, Fathiyah tidak menjelaskan apa-apa, pergi begitu saja. Fathiyah memberitahu bahwa dia terpaksa menikah karena demi kelangsungan hidup anak-anak panti. Tempatnya akan digusur jika dia tidak menikahi pemiliknya. Adam menanyakan kenapa tidak memberitahunya. Fathiyah mengaku dia merasa tidak enak karena sudah banyak bantuan darinya. Adam merasa sedikit kecewa untuk itu.
Adam menghembuskan nafasnya, memandang mata Anissa. Merasa bersalah sekarang dengan wanita yang ada didepannya ini. Karena masih ada rasa terpendam untuk wanita lain. Tapi sepertinya hatinya juga sudah lebih condong ke wanita yang ada didepannya ini.
"Tau ngga sih mas kamu tuh nyebelin bangett." Anissa memukul-mukul dada Adam. Adam hanya pasrah. Setelah Anissa mulai tenang. Adam memeluk Anissa, berbisik di telinganya. "Apapun yang terjadi nanti, aku ingin kamu tau, aku sayang kamu Anissa." Anissa mengaggukan kepalanya masih dalam pelukan Adam.
Anissa mendongakan wajahnya menatap Adam. "Mas janji apapun masalah yang menimpa mas. Mas harus terbuka sama aku?"
"Hmm.." Adam menghirup wangi rambut Anissa. Menenangkan pikirannya.
"Jangan ada yang ditutupi lagi?"
"Hmm..gimana kalau kamu yang terbuka untuk aku sekarang?" godanya ditelinga Anissa.
"Malam ini kita hanya tidur." Ucap Anissa tegas.
"Yakin hanya tidur?" Adam mulai melancarkan aksinya dengan mengigit telinga Anissa.
"Mas..."
***
Adam dan Anissa sedang membeli oleh-oleh untuk orang-orang dirumah dan juga teman-temannya. Rencananya mereka akan pulang malam ini juga.
"Hai mas, mba kita ketemu lagi" sapa Fathiyah. Mereka berdua sedang menikmati kopi disalah satu kafe. Anissa mendongakan kepalanya melihat siapa yang menyapanya. Anissa tersenyum kepada Fathiyah. Fathiyah memang tinggal disalah satu villa yang lokasinya berdekatan dengan tempat pasangan itu menginap.
Anissa memperhatikan suaminya yang mengobrol dengan Fathiyah dan juga anak Fathiyah. Terlihat sekali setiap Fathiyah melihat suaminya itu ada sesuatu yang tersimpan dari matanya. Anissa terlibat obrolan jika ditanya saja, moodnya benar-benar turun sekarang.
Melihat Adam mengobrol dengan wanita lain dengan luwesnya, Anissa sedikit cemburu untuk itu. Biasanya juga suaminya itu hanya cuek saja walaupun ada wanita secantik apapun. Kecuali pada dirinya dan keluarganya. Anissa bertanya-tanya ada hubungan apa suaminya itu dengan wanita yang ada didepannya ini.
"Mas nanti bisa bantu aku pindahan ke Jogja? Aku ngga tau harus minta tolong kesiapa lagi."
Adam memandang Anissa. Meminta persetujuan lewat matanya. Anissa mengedikan bahu. "Terserah." Gumam Anissa.
Adam menganggukan kepalanya pada Fathiyah. "Makasih." Ucap Fathiyah.
"Mau balik ke villa?" bisiknya ditelinga Anissa. Adam sepertinya mengerti suasana hati istrinya.
"Iya.."
Mereka berdua pamit. " Mas bisa jelasin ada apa hubungan Mas sama Fathiyah itu. Kali ini harus jujur?" tanya Anissa setelah mereka berdua masuk ke villa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Anissa (Completed)
ChickLit(Bantu author dengan Follow dulu sebelum membaca) Menurut Anissa, cowok perfect tuh yah tampan, mapan, berjas putih, stetoskop dileher, suka anak kecil dan yang paling penting masih single. sudah menjadi impiannya sejak dia gagal masuk kedokteran un...