Anissa masih bergelung dengan selimutnya."Woy bangun-bangun". Keysa mengugah tubuh Anissa tapi yang dibangunkannya masih terlelap dengan mimpinya. "Nis bangun, udah mau setengan delapan, lo ngga ke kantor", ucapnya sedikit teriak.
"Ngengeh...", Mata Anissa terbuka kemudian terpejam lagi, sampai kemudian dia membuka mata kembali melihat Keysa ada didepan wajahnya. "Lo, ngerasa janjian sama cowok ganteng ngga?", tanya Keysa. Anissa mengerutkan keningnya. "Arsi udah duduk diruang tamu tuh".
"Huaa... Demi apa lo? Gue kesiangan", teriak Anissa langsung menarik selimutnya dan duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Dia tadi malam baru tertidur jam setengah dua, mata dan otaknya tidak bisa diajak berkompromi untuk terlelap. Benar-benar pengaruh seorang Adam sampai begini di hidupnya.
"Kayanya nih ada bau-bau jadian". Anissa mendongak melihat kearah Keysa. Keysa tersenyum cengengesan. "Lo utang cerita ke gue". Anissa hanya memanyunkan bibirnya.
Keysa melihat jam di nakas tempat tidur Anissa."Yaudah cepet sana mandi, gue langsung berangkat ke kantor aja yah, lo pasti diantar Arsi kan".
Anissa mengangguk. Keysa keluar dari kamar, berjalan keruang tamu untuk menemui Adam.
"Anissanya lagi siap-siap Pak tunggu aja, saya mau berangakat ke kantor dulu", ucap Keysa. Keysa sedikit segan berbicara dengan Adam, auranya bikin mengintimidasi.
"Iya, terimakasih", ucap Adam. Setelah kepergian Keysa. Adam memperhatikan ruang tamu yang tidak seberapa luas, tapi dipojok ruangan yang tidak jauh dari tempatnya duduk terdapat meja kecil yang menarik perhatiannya, disitu terdapat foto Anissa dengan temannya menggunakan seragam abu-abu. "Manis", ucapnya. Bibirnya tertarik keatas.
Dia jadi mengingat lamarannya tadi malam, yang membuatnya berbicara panjang lebar. Biasaya dia banyak bicara kalau dalam forum tertentu saja, yang memang mengharuskannya untuk berbicara.
Saat ini dia masih menanti jawaban Anissa. Alasan dia menikah sebenarnya bukan hanya semata desakan orang tuanya, tapi Anissa mempunyai ketertarikan sendiri untuknya. Walaupun rasa cinta belum ada, tapi rasa sayangnya pada wanita itu sudah terpatri sendiri dalam tindakannya. Adam juga sempat bertanya kepada atasan Anissa, seperti apa perangainya dikantor. Atasannya menjelaskan bahwa Anissa orang yang bisa diandalakan dalam pekerjaan, selain itu katanya dia mempunyai sifat yang baik dengan rekan-rekannya. Dan dia juga dapat informasi tambahan bahwa Anissa baru putus dengan pacaranya.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit lebih setelah kepergian Keysa. Anissa keluar dengan setelan kerjanya. Anissa memberi senyum kepada Adam, orang yang diberi senyumnya hanya membalas dengan senyum tipis.
"Ayo berangkat, udah telatkan kekantornya?", Adam langsung berdiri.
Anissa menganggukan kepalanya. Mereka berdua berjalan masuk kedalam mobil. Anissa membuka ponselnya, sejak dia bangun dia belum membuka ponselnya itu. Ada pesan dari ibunya yang menanyakan dia sudah sampai apa belum. Sebenarnya dia diwanti-wanti untuk mengirimkan pesan jika sudah sampai, tapi gara-gara kejadian tadi malam, dia jadi lupa memberi kabar ibunya. Anissa membalas pesan ibunya. Selain itu ada pesan juga dari Abyan dan miscall dari laki-laki yang sedang disampingnya ini.
"Ibu Mas masih dirumah sakit?", tanya Anissa membuka pembicaraan setelah mobil sudah bergerak dijalan raya, yang mana sekitar sepuluh menit lagi sampai dikantor Anissa. Kondisi kendaraan padat merayap karena memang memasuki jam-jam masuk kantor.
"Belum, rencananya sore baru mau keluar. Besok saya sama ibu sudah kembali ke Jogjakarta", terang Adam. Matanya masih lurus kedepan memperhatikan jalan.
"Mas ngomongnya jangan formal banget sih berasa lagi meeting". Adam menengkok ke arah wajah Anissa sebentar, menatap matanya. Anissa hanya nyengir kuda saja. Lalu Adam menganggukan kepalanya, kemudian fokus menyetir kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Anissa (Completed)
Literatura Feminina(Bantu author dengan Follow dulu sebelum membaca) Menurut Anissa, cowok perfect tuh yah tampan, mapan, berjas putih, stetoskop dileher, suka anak kecil dan yang paling penting masih single. sudah menjadi impiannya sejak dia gagal masuk kedokteran un...