Part 28

14.5K 928 50
                                    

Happy new year and happy reading

Jangan lupa vote dan komen yah.

***

Setelah berlangsungnya resepsi di Jogja Adam dan Anissa memutuskan berbulan madu ke pulau dewata. Rencananya mereka akan pergi keluar negeri, tapi dikarenakan kondisi kesehatan ibu Adam yang menurun, mereka memilih untuk berbulan madu yang dekat saja.

Anissa masih bergelung dengan selimutnya. "Anissa..." panggil Adam ditelinga Anissa. "Bangun, sarapan dulu." Hanya gumaman yang keluar dari mulut Anissa. Dirasa istrinya itu memilih tidur kembali, Adam menyentil jidat Anissa. "Hmm, masih ngantuk." Ujar Anissa setengah sadar. Adam sebenarnya mengerti Anissa masih kelelahan karena aktifitas mereka, tapi dia juga tidak mau istrinya itu sakit karena belum makan sejak semalam, sedangkan ini sudah jam sembilan siang.

"Mandi, terus makan."

"Iya...iya" Anissa duduk dikasurnya memandang Adam yang sudah rapi dan harum. Anissa mengecup bibir Adam. "Morning kiss." Adam masih terkejut, sedangkan Anissa sudah lari ke kamar mandi. Kamar mandi di villa tempatnya menginap ini menghadap ke arah pantai langsung dilengkapi juga dengan jazzuci.

Anissa berendam di jazzuci.  Merilekskan otot-otot tubuhnya yang kaku. Anissa mendengar suara langkah kaki mendekatinya. "Mas Adam, ngapain disini?"

"Bergabung bersamamu."

"Kan Mas udah mandi." Adam tidak mengubris ucapan Anissa. Dia melepas bajunya dan bergabung dengan Anissa.

Adam memegang pipi Anissa menciumnya. Lalu berpindah ke bibir, Anissa membalas ciuman Adam yang lembut. Adam menjamah tubuh Anissa seperti memujanya.

"Aku mau kamu diatasku." Pipi Anissa memerah. "Mas..." Adam membalikan posisi mereka. "Bergeraklah sesuai keinginanmu." Anissa merasa malu dengan suaminya. Anissa mencoba menggerakan sesuai instingnya. Suara geraman nikmat keluar dari mulut Adam. Dengan posisi seperti ini Anissa lebih jelas melihat wajah suaminya.

***

Angin laut menerpa wajah Anissa, disertai gerimis-gerimis kecil menemani suasan malam mereka. Anissa kedinginan. Adam disampingnya merengkuh wajah Anissa. "Dingin?" tanya Adam. Mereka berdua sedang berada disebuah tempat makan yang dekat dengan laut.

"Lumayan."

"Seharusnya kita makan dikamar saja, tidak perlu keluar."

"Yang ada kita tidak bisa makan sama sekali Mas." Adam hanya terkekeh mengacak rambut Anissa.

"Kenapa kalau makan suka masih tersisa sih Nis?"

"Udah ah."

"Mubazir"

"Kan berhentilah sebelum kenyang Mas." Adam hanya menggelengkan kepalanya saja. Adam memakan sisa makanan Anissa yang terbilang masih cukup banyak. Anissa melihat Adam yang sedang makan, apa suaminya itu tidak jijik makan bekasnya.

"Mas nanti besok kita cari oleh-oleh yah."

"Hmm" Adam masih menikmati sajian penutupnya

"Pengen juga ke..." ucapan Anissa terhenti karena ada seoarang wanita memangil nama suaminya.

"Mas Adam." Sapa seorang wanita berjibab dengan seorang anak kecil laki-laki. Adam disamping Anissa terkejut dengan wanita yang menyapanya."Fathiyah." Ucap Adam.

"Mas apa kabar?"

"Baik" Adam datar menjawabnya. Masih terkejut dengan wanita dari masa lalunya ini. Adam memperhatikan anak kecil yang datang bersama Fathiyah, wajahnya tidak asing.

"Khalif, ayo salam dulu sama om." Ucap Fathiyah. Anissa yang berdeham, dirinya merasa tidak dianggap ada. Fathiyah yang menyadari kehadiran wanita disamping Adam merasa terkejut. "Salim sama tantenya juga sayang."

***

"Wanita tadi siapa mas?" tanya Anissa setelah mereka sudah didalam kamar.

"Fathiyah."

"Aku sudah tau kalau itu, maksud aku siapanya mas?"

"Bukan siapa-siapa." Ucap Adam datar. Anissa bisa merasakan suasana hati Adam yang berubah setelah bertemu dengan wanita itu.

Suara nada dering ponsel berbunyi dari telepon Adam. Adam keluar menerima panggilan. Anissa mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Adam menerima panggilan sampai menjaga jarak dengannya.

"Dari siapa Mas?" tanya Anissa ketika Adam sudah masuk kembali ke kamar.

"Bukan urusanmu." Anissa merasakan seperti ada sayatan dihatinya ketika mendengar jawaban Adam.

Adam & Anissa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang