Adam keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Adam mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Mata Adam mencari Anissa tetapi dia tidak menemukan didalam kamar. Terlihat pintu menuju balkon terbuka. Adam berjalan menuju balkon.
Udara malam menyabutnya menghantarkan hawa dingin. Adam memandang Anissa yang sedang berdiri melihat pemandangan bukit-bukit. "Kenapa disini?" tanya Adam.
Anissa membalikan tubunya setelah mendengar suara Adam. Dia menatap wajah Adam kemudian turun meneliti penampilan Adam yang sudah berganti dengan kaos hitam dan celana jeans pendek. "Hmm.." Anissa merasa malu berhadapan kembali dengan Adam. "Masuk. Dingin", ucap Adam terdengar ada ketegasan dalam ucapannya.
Adam memperhatikan wajah Anissa yang sembab. Anissa seolah tidak mendengar seruan Adam dia membalikan tubuhnya kembali melihat pemandangan didepannya. Adam berjalan kearah Anissa. "Anissa. Masuk, sakit nantinya." Ucapnya lebih lembut. Tidak ada respon dari Anissa.
"Maaf. Tidak seharunya saya melakukan hal tadi." Ucap Adam pelan.
Anissa kembali merasakan. Dia merasa tertolak. "Kenapa harus minta maaf?" ucap Anissa sedikit emosi. Anissa berjalan masuk kekamar.
"Dengerin saya dulu Nis. Saya sudah mengatakan kepada ibumu untuk menjagamu. Nyatanya saya justu akan merusakmu." Adam merasa bersyukur ada pelayan datang, kalau tidak dia dengan Anissa pasti akan berlanjut kehubungan yang akan disesalinya. Adam tidak menampik dia merasakan perasaan bergejolak dalam tubuhnya ketika dekat dengan Anissa. Tapi dia ingin melakukan itu saat sudah resmi terikat pada hubungan halal.
Isakan keluar dari mulut Anissa. "Kenapa malah nangis?" Adam jadi bingung menghadapi Anissa. "Seharusnya aku yang meminta maaf mas, aku...yang memulai...aku membangunkan singa yang sedang tidur." Adam tersenyum kecil. Gemas sekali dengan Anissa ini.
"Hmm. Udah ngga ada yang salah. Udah jangan nangis yah." Adam menatap Anissa yang masih sesenggukan. "Apa saya harus beliin coklat dulu baru kamu diem."
"Ih apaan sih mas, kaya aku anak kecil aja." Anissa membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Nis," panggil Adam memperhatikan Anissa yang sedang menyisir-menyisir rambut dengan jemarinya.
"Kenapa?"
"Pernikahan kita nanti dipercepat aja yah, jangan nunggu tiga bulan. Kelamaan. Sebulan aja yah waktu buat ngurus pernikahan kitanya."
"Tapi mas"
Adam kembali berbicara, memotong pembicaraan Anissa. "Saya takut tidak bisa mengontrol diri saya sendiri." Selama ini hidup Adam biasa saja, walaupun dikelilingi wanita cantik. Cuma dengan Anissa, dia bisa lepas kendali.
Anissa mengangguk malu-malu. Sebenarnya dia juga merasakan apa yang Adam rasakan. Pesoana Adam begitu memikatnya.
****
Adam datang kerumah keluarga Anissa dengan memakai baju batik hitam panjang untuk menunaikan itikat baik. Ya lamaran, hari ini dia akan melamar Anissa. Dia datang bersama Ibunya, Pakde Mulyo, juga Talita bersama suaminya tidak lupa juga si kecil Nayla keponakannya.
"Jadi maksud kedatang kami kerumah Pak Handoyo, ingin menyampaikan maksud hati keponakan saya untuk meminang neng Anissa." Setelah tadi dua keluarga saling berkenalan. Pakde Mulyo menyampaikan maksud kedatangan mereka. Ya mereka diwakili oleh Pakde Mulyo selaku paman Adam. Kakak dari Ayahnya yang telah meninggal.
"Terimakasih untuk niat baik dari keluarga Bapak. Adam sendiri sudah mengutarkan niat baiknya beberapa waktu lalu. Saya juga sudah menanyakan langsung pada anak saya Anissa, dan memang keduanya telah setuju untuk menikah."
"Alhamdulillah," ucap keluarga Adam berbarengan. Adam sendiri tersenyum. Apalagi ibunya wajah bahagianya tidak terutupi, karena hal inilah yang diinginkannya melihat Adam akan meminang seorang perempuan.
"Jadi tinggal tanggal pernikahannya saja yang perlu ditetapkan." ucap Pakde Mulyo yang disetujui oleh Ayah Anissa.
"Adam sendiri sudah memutuskan tanggalnya?" tanya Ibu Anissa.
"Sudah bu, saya dan Anissa sendiri memutuskan bulan januari tanggal 27." Adam melirik kearah Anissa yang begitu cantik menggunakan dress batik. Anissa menganggukan kepalanya.
"Apa nantinya cukup mempersiapkannya hanya sebulan nak?" tanya Ibu Anissa.
"Insya Allah bu cukup."
"Iya tan, tante ngga usah khawatir nanti kita bisa pake jasa WO." Ujar Talita, yang disetujui oleh ibu Adam.
"Baiklah kalau begitu."
"Kalau soal pernikahan sendiri mau diadakan dimana?" tanya Pakde Mulyo
"Saya yang terpenting ijab kabul diadakan di Bandung," ucap ibu Anissa.
"Ya itu memang harus, baiknya ijab kabul diadakan dimempelai perempuan," ujar ibu Adam menimpali. "Kalau begitu kita adakan dua resepsi saja, pertama di Bandung yang kedua di Jogja, yang di Jogja seminggu setelah di Bandung saja. Bagaimana?."
Adam mengangguk setuju. "Tapi itu ngga boros mbak?" tanya ibu Anissa
"Ibu ngga usah khawatir. InsyaAllah saya sudah mempersiapkannya." Ucap Adam.
"Yasudah kalau memang begitu, saya setuju."
Semua keputusan sudah disetujui oleh dua keluarga. Adam sangat bersyukur tidak ada hambatan dalam lamaran ini.
****
Anissa hari-harinya disibukan oleh pekerjaan dan persiapan pernikahannya. Walau sudah ada weding organizer tetap saja Anissa masih tetap sibuk. Anissa ditemani Keysa akan pergi ke designer terkenal untuk mencoba baju yang akan dipakainya dipernikannya nanti. Sedangkan Adam sendiri, belum ada kabarnya hari ini.
Anissa sedikit kesal karena Adam juga mulai jarang berkomunikasi dengannya, walaupun tiap harinya Adam masih mengirimkan pesan. Tapi tetap saja setelah Anissa membalasnya, balasannya itu hanya singkat. Anissakan pengennya tuh ditelepon gitu. Ngobrol lama-lama.
'Sebenarnya Adam itu niat menikahinya tidak sih' pikirnya. Hari ini juga belum ada balasan ketika Anissa memberitahu dia akan fitting baju.
Anissa melihat jam ditangannya, masih jam setengah dua belas sedangkan dia janjian dengan designernya jam satu. "Makan dulu aja yuk key gue laper."
"Oke gue siap aja, teraktir yah." Anissa memanyunkan bibirnya. "Oke,oke."
Setelah Anissa masuk kesebuah restaurant dia melihat laki-laki seperti Adam. Sedang duduk dengan seorang perempuan berjilbab. Setelah dekat. Itu memang benar Adam, Anissa bisa memastikannya. Tapi perempuan itu Anissa tidak tahu siapa, karena tempat duduknya membelakanginya. Anissa jadi mulai khawatir. Hal yang dulu akan terjadi lagi.
***
Happy reading......
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Anissa (Completed)
ChickLit(Bantu author dengan Follow dulu sebelum membaca) Menurut Anissa, cowok perfect tuh yah tampan, mapan, berjas putih, stetoskop dileher, suka anak kecil dan yang paling penting masih single. sudah menjadi impiannya sejak dia gagal masuk kedokteran un...