Cinta saja tidak cukup untuk membangun sebuah pernikahan yang kokoh.
Harus ada iman, komitmen dan saling percaya didalamnya.
Anissa heran sekaligus terkejut dengan apa yang diucapkan laki-laki yang didepannya ini. "Menikalah denganku", ucap Adam mempertegas apa yang diucapkan sebelumnya. "Pikirkan dan ambilah waktu. Saya menunggu jawabanmu secepatnya", tambah Adam dengan menatap wajah Anissa begitu dalam.
Anissa menatap wajah laki-laki didepannya, menelisik bola mata hitamnya, yang mana mata itu seolah berbicara tidak ada keraguan didalamnya. Anissa kemudian memejamkan matanya sebentar dan menghembuskan napas."Kenapa aku?", tanya Anissa setelah pikirannya sudah tenang. Dia merasa lamaran ini begitu tiba-tiba dan dia juga baru mengenal Adam sekitar satu bulan.
"Karena saya ingin menggenapkan separuh agama saya dengan mu Nis. Saya tau kita baru mengenal hanya dalam hitungan bulan, tapi saya sudah yakin kamu orang yang tepat untuk berada disamping saya".
"Apakah Mas cinta sama saya?", tanya Anissa penasaran.
"Saya akui saya belum mencintaimu, tapi saya percaya dengan seiring berjalannya waktu perlahan cinta itu akan tumbuh, saya akan belajar untuk itu".
Jawaban Adam membuat Anissa sedikit kecewa. "Kalau kamu ngga cinta kenapa ngajak aku nikah?". Anissa sedikit emosi dengan dengan orang didepannya ini. "Apakah menikah sebercanda itu menurutmu?".
"Anissa..., saya menganggap pernikahan itu bukan sebagai candaan. Nikah itu proses yang sakral. Saya tahu pernikahan itu perlu pondasi yang kuat, layaknya sebuah banguanan yang berdiri kokoh. Apakah hanya cinta yang bisa membuat sebuah hubungan pernikahan kokoh sampai akhir hayat?. Nyatanya banyak orang diluar sana menikah karena cinta, tapi berakhir dengan perceraian. Percayalah saya punya komitmen untuk membangun sebuah rumah tangga denganmu".
Anissa diam mencerna apa yang diomongkan Adam kepadanya. "Saya juga ingin menikah dengan dilandasi iman, bukan hanya cinta. Ya, saya belum mencintaimu , tapi belum bukan berarti tidak akan kan?. Saya akan belajar untuk mencintaimu Nis", ucap Adam lembut.
Anissa masih dalam kebingungannya dan dia merasa bahwa setiap tindakan pasti ada alasan. Apakah laki-laki ini dipaksa untuk menikah atau apa. Anissa belum mengetahuinya. "Apakah kamu menikah didesak oleh orang tua mu Mas?".
"Ya, tapi saya menikah bukan semata-mata desakan ibu saya. Umur saya juga sudah matang untuk menikah dan saja juga merasa sudah menemukan orang tepat yaitu kamu Nis".
Pipi Anissa merona merah, untung di teras lampu tidak terlalu terang. "Masuklah ini sudah tengah malam, pikirkan baik-baik, saya menunggu jawabanmu secepatnya".
"Dan kalau kamu libur kerja, saya ingin bertemu dengan orang tua mu.", tambah Adam.
Apakah secepat itu dia akan menikah dengan orang yang tidak dia sangka-sangka pikir Anissa. "Aku belum jawab iya atau tidak Mas, mau ngapain ketemu orang tua aku?".
"Ya, tidak apa-apa, kan silahturahmi", jawabnya sambil tersenyum.
"Bener cuma silahturahmi?"
"Hmmm. Udah masuk sana udah malem". Anissa melihat di jam tangannya yang memang ternyata sepuluh menit lagi jam dua belas malam.
"Yasudah sana pergi". Anissa berdiri dari tempat duduknya diikuti Adam.
"Ngusir?". Adam mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja."Yasudah saya pamit, besok saya jemput".
"Iya, safe drive".
"Assalamualaikum", ucap Adam sebelum berjalan menuju mobilnya.
"Waalaikumsalam". Jawab Anissa.
Setelah kepergian Adam. Anissa masuk kedalam rumah, dan sebelum dia tidur, dia mengganti pakaian dan mencuci muka. Kemudian setelah dia selesai dengan ritual malamnya; membersihakan wajahnya, memakai cream malam, dan menggunakan lotion. Anissa berbaring ditempat tidurnya, tapi matanya belum dapat terpejam masih memikirakan lamaran Adam, padahal jarum pendek jam sudah bergerak di angka satu, otaknya masih memikirkan apakah dia akan menerima lamaran Adam, bagaimana jika nanti dia menikah dengan Adam. Apakah hubungannya akan langgeng. Walau belum ada cinta didalamnya.
***
Happy reading.Jadwal Adam & Anissa update Jumat dan Minggu yah😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Anissa (Completed)
ChickLit(Bantu author dengan Follow dulu sebelum membaca) Menurut Anissa, cowok perfect tuh yah tampan, mapan, berjas putih, stetoskop dileher, suka anak kecil dan yang paling penting masih single. sudah menjadi impiannya sejak dia gagal masuk kedokteran un...