Prolog

40.6K 1.8K 8
                                    

Gadis kecil itu berjalan menyusuri lorong sempit dengan bau cukup menyengat. Gadis kecil dengan dua kunciran di rambutnya, berseragam biru putih, asyik berjalan tanpa terganggu dengan bau busuk di kanan kirinya. Dia pun tidak takut ketika ada beberapa tikus lewat di depannya. Kedua tangannya membawa dua tas plastik ukuran besar. Di punggungnya, dia membawa tas sekolah yang berukuran besar untuk anak seusianya. Langkahnya terhenti ketika dia berada di depan sebuah rumah. Rumah sangat amat sederhana. Berdindingkan triplex usang, beratapkan lembaran seng yang berkarat dan beralaskan tanah. Namun, gadis itu menganggapnya rumah yang sebenar benarnya rumah. Rumah yang selalu buat dia nyaman.

Belum sempat dia mengucapkan salam, seorang wanita yang meski usianya sudah tidak lagi muda, namun masih bisa memancarkan aura keibuan dan kecantikannya.

"Assalamualaikum, Anggi"

"Walaikumsalam, Bunda

Wanita itu merentangkan tangannya, dan tak perlu waktu lama, gadis itu berlari dalam pelukannya.

"Anggi kangen, Bunda"

"Sama..Bunda juga kangen Anggi. Ujiannya lancar, Nak?"

"Alhamdulillah"

Wanita itu akhirnya mempersilahkan Anggi untuk masuk dan membiarkan gadis kecil itu langsung duduk di depan meja makan sederhanya. Selalu seperti itu, Anggi akan makan dengan lahap apapun masakan wanita itu.

"Apa lagi ini, Anggi"

"Eh itu...kemarin mama masak buat syukuran pembukaan kantor papa. Jadi Anggi bawa kesini, Bunda. Trus ada bahan makanan gitu. Kata Mama, suruh kasih ke Bunda"

Wanita itu tersenyum sambil membelai lembut rambut hitam milik Anggi. Tak lama setelahnya, suara dari anak lelakinya pun ikut meramaikan suasana. Tidak butuh waktu lama, canda tawa diantara mereka pun tercipta di rumah sangat sederhana itu.

Listya dan Wira adalah ibu dan anak laki laki yang hidup penuh kekurangan. Mereka berdua hidup terlunta lunta sejak meninggalnya Ayah Wira. Beruntung, ketika mereka sedang memungut sampah di depan rumah Anggi, Wishnu Soebrata, Ayah Anggi, sangat terkagum kagum dengan Wira yang mampu memperbaiki mesin rumput di halaman rumahnya. Akhirnya, Wishnu menghidupi mereka berdua dan membiayai sekolah Wira hingga tamat sekolah kejuruan. Karena kepintarannya, Wira akhirnya bisa bekerja sebagai mekanik di salah satu bengkel mobil milik Wishnu. Wira juga diminta mengajar sebagai guru les private Anggi.

Bagi Anggi, Wira dan Bunda Listya adalah tempatnya untuk pulang. Bersama mereka, Anggi menemukan kenyamanan yang tidak pernah dia temukan di rumahnya. Wishnu selalu menomor satukan anak anak lelakinya, membuat Anggi merasa tersingkir.

Saat belajar private dengan Wira adalah waktu yang sangat dinantikan oleh Anggi. Tak dipungkiri, Anggi tertarik pada Wira meski saat itu dia masih memakai seragam putih biru. Bagi Anggi, Wira adalah pelindung dan penyelamatnya. Wira akan menjadi orang pertama yang akan membelanya ketika Wishnu memarahinya. Wira akan jadi orang pertama yang akan mengusir teman lelakinya yang akan berniat menggodanya. Bersama Wira, Anggi akan merasakan kedamaian dan cintanya.

*********

"Mas Wira....

"Ya....

Anggi dan Wira memutuskan untuk jalan jalan berdua di sebuah danau tak jauh dari rumah Wira. Mereka jalan berdua selayaknya muda mudi yang pacaran.

"Kenapa, Sasti?"

"Ish...suka banget sih Mas Wira panggil aku Sasti?"

Wira hanya mengulas sebuah senyuman. Wira tidak terlalu paham tentang perasaan yang dia rasakan saat ini. Gila. Hanya itu yang dia bisa sebut. Wira tidak mau munafik. Wira mulai jatuh cinta dengan gadis kecil di sampingnya ini. Entah mulai kapan dan Wira pun tidak peduli. Perbedaan usia mereka hanya terpaut kurang dari 5 tahun dan menurut Wira itu semua adalah hal yang wajar bukan?"

"Ish....ditanya malah senyum"

Wira kembali tersenyum melihat tingkah lucu gadis cantik di depannya. Sungguh, dia menyukai gadis ini. Senyumnya, cara bicaranya. Semuanya.

"Karena semua orang sudah manggil kamu dengan sebutan Anggi. Aku ingin beda dari yang lain. Karena itu aku panggil Sasti. "

"Ohhh....."

Wira memberanikan diri membawa Anggi dalam pelukannya. Hal gila yang selama ini dia coba enyahkan dari pikirannya. Menjaga Anggi adalah kewajiban utamanya bukan karena balas budi kepada Wishnu tetapi karena Anggi adalah perempuan yang paling dia cintai setelah ibunya. Anggi yang juga terkejut dengan apa yang dilakukan Wira, hanya bisa terdiam dan mencoba memejamkan mata dan menghirup kuat aroma maskulin dari tubuh lelaki cinta pertamanya.

"Mas Wira sayang Sasti. Sasti belajar yang rajin. Kalau sudah lulus kuliah nanti, Mas Wira akan lamar Sasti untuk jadi istri Mas. Sasti mau kan??

"Mas Wira....nembak aku?"

"Mas ga mau jadikan kamu pacar. Mas menghormati kamu. Mas pengen kamu jadi istri Mas. Karena itu jaga diri kamu untuk Mas ya.?. Belajar yang rajin. Satu yang perlu kamu tau, Mas sayang banget sama Sasti"

Siang itu menjadi siang yang terindah bagi Anggi dan Wira. Mereka memiliki rasa yang sama. Tidak peduli apa kata dunia, yang terpenting mereka akan terus bersama. Impian indah tentang suami, anak dan rumah tangga telah terwujud di kepala dan pikiran mereka. Hingga mereka tidak pernah sadar bahwa rencan manusia adalah sebuah skenario mentah yang akan diedit oleh Sang Empunya Hidup. Tuhan.

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang