Play Pretend

10.9K 870 27
                                    

Ketiga wanita itu sedang dalam posisi ingin membunuh. Mungkin hanya Mawar yang memang seorang dokter, yang masih bisa mengendalikan emosinya. Mega sendiri berkali-kali harus memainkan ponselnya untuk menghubungi beberapa orang untuk memastikan keadaan sahabat mereka.

"Angkasa gila!!! Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Anggita, aku libas dia di pengadilan"

"Udah Ghe. Sabar. Tunggu kabar dari suruhannya Mega"

Mega masih terus berkutat dengan ponselnya hingga seseorang yang mereka tunggu, muncul dari arah pintu masuk.

"Maaf Bu Mega. Ibu mencari saya?"

Mega yang sedari tadi berkonsentrasi dengan ponselnya, kini harus menguasai dirinya untuk tidak langsung menerkam salah satu karyawan magang terbaiknya itu. Sedangkan Ghea sudah sangat berapi-api ingin menghakimi orang ketiga di kehidupan sahabatnya jika tidak ada Mawar di sampingnya yang tampak menenangkan sahabatnya itu.

"Duduk. Din"

Dina duduk di sebrang Mega dengan Mawar dan Ghea yang berdiri di hadapannya. Dina sendiri nampak tegang karena tatapan membunuh dari Ghea.

" Relax aja Din. Begini, apa tugas dari saya sudah kamu laksanakan?"

"Tugas?. Hmm tugas yang mana ya Bu?"

"Mencari informasi tentang kekasihmu"

Dina terdiam dan mencoba berpikir. Dia sama sekali tidak menyukai sesuatu yang sangat pribadi dibicarakan di dalam kantor.

"Tentang Mas Angga?"

"Ck...Angkasa Putra Abimanyu. Kenapa bisa Angga sih. Kelewatan ya buaya satu itu"

Dina yang tadinya duduk, kini memilih berdiri dan menatap tajam Ghea yang sudah terlebih dahulu menghampirinya.

"Jangan menghina Mas Angga, Bu Ghea. Saya tidak terima"

Mega akhirnya berdiri dan menjadi penengah antara keduanya. Tangannya meraih sebuah remote kecil dan di layar telah nampak rekaman gambar tentang Angkasa dan Anggita.

Angkasa sering merekam momen kebersamaannya dengan Anggita sejak mereka masih di bangku SMA. Beberapa menit kemudian muncul video pertunangan mereka beberapa tahun yang lalu. Dalam rekaman itu, nampak Angkasa begitu gagah dengan Anggita yang menjelma seperti putri raja. Kala itu, Angkasa masih sangat menyanjung dan menghormati Anggita.

Momen tukar cincin jadi peristiwa paling mengharukan ketika Angkasa berlutut di depan Anggita dan setelah cincin terpasang, lelaki itu mengecup lembut punggung tangan Anggita.

Rekaman video itu beralih saat momen pernikahan keduanya. Meski terlihat Anggita tak sebahagia sebelumnya, namun dari kedua mata Angkasa masih terpancar cintanya untuk Anggita

Dina yang melihat video itu, menangis hebat dengan wajah yang tertutupi oleh kedua telapak tangannya. Mega akhirnya mengusap bahunya perlahan.

"Anggita sahabat kami dan masih menjadi istri sah dari kekasihmu. Bahkan dalam keluarga besar Putra Abimanyu, hanyalah Anggita satu satunya menantu di keluarga itu"

"Jangan jadi pengganggu rumah tangga orang, Dina. Kamu cantik, pintar. Masih banyak lelaki yang bisa menerimamu"

Dina masih terdiam di tempatnya. Tanpa sepengetahuan mereka bertiga, Dina mengirimkan pesan singkat ke Angkasa. Hatu kecilnya tidak mempercayai ucapan ketiga wanita tersebut.

"Mas Angga ga mungkin bohong. Dia bilang akan bercerai dengan istrinya. Dia bilang dia tidak bahagia. Dia bilang, istrinya ga mencintai Mas Angga...."

"BAJINGAN!!!!"

Ghea berdiri di depan Dini dan mulai tak bisa lagi membendung emosinya.

"Hey perempuan, coba kamu pikir, kalau bajingan itu bilang sahabat kami ga mencintai dia, lalu apa yang dilakukan sahabat kami itu apa?

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang