Pagi hari yang dinantikan Gie tiba. Sejak pertemuannya dengan lelaki yang bernama Ryu itu, tak henti hentinya dia tersenyum sendiri. Ryu berbeda. Dingin dan cuek tapi romantis. Jika tak ingat usianya, mungkin saat ini Gie akan melompat kegirangan.
Setiap pagi akan selalu diawali dengan sarapan bersama Hilda dengan aneka macam sarapan yang telah dipersiapkan oleh pekerja rumah. Hilda akan memberikan beberapa file yang harus dibacanya.
"Prof, pagi ini di depan rumah sudah banyak bouqet bunga. Apakah Prof tidak mau melihatnya?"
"Iya nanti sekalian berangkat"
Gie masih asik dengan beberapa jurnal yang harus ia revisi. Kesepuluh jemari tangannya tak ada yang dibiarkan terdiam. Namun keseriusannya terhenti, ketika suara ponsel dari nomor pribadinya berbunyi.
Hilda dan Gie saling berpandangan melihat sebuah nomor asing terpampang di layar ponselnya. Setelah beberapa detik akhirnya Gie memutuskan menerima panggilan itu.
"Hallo..."
"Anda masih di rumah?"
"Iya, ini dengan siapa?"
"Calon suami Anda. Siapa lagi"
"Ha?"
"Jangan keluar rumah sebelum saya datang. Mulai sekarang, rumah Anda akan lebih dijaga ketat oleh para pengawal saya"
"Tapi...."
"30 menit lagi saya sudah di sana"
Belum sempat Gie menjawab namun sambungan ponsel itu telah dimatikan sepihak. Gie dan Hilda hanya bisa meneruskan sarapan dalam diam.
"Kiriman bunganya diletakkan di mana?"
"Di luar pagar rumah. Satpam tidak mengijinkan tukang bunga masuk Prof"
Gie segera melangkah menuju keluar. Dia sangat penasaran dengan banyaknya bouqet bunga di depan rumah. Dengan masih menggunakan pakaian rumah, Gie mengamati satu persatu bouqet bunga yang ada. Ada beberapa orang yang ia kenal, sisanya entah siapa pengirimnya. Sekitar 20 paket bunga berjajar di depan gerbang rumahnya. Namun ketika dia berkonsentrasi dengan deretan bunga kesukaannya, tiba tiba mulutnya sudah dibekap dan tubuhnya diseret masuk ke dalam mobil
Gie tidak tahu apa yang terjadi hingga ketika suara teriakan Hilda dan beberapa orang terdengar, tubuhnya telah dalam dekapan seseorang. Samar-samar dia mendengar kepanikan dan ketika gelap hendak menutup kedua matanya, suara yang dia rindukan itu terdengar
"Maaf...maaf , Sasti..bangun..."
################################################
"Bagaimana kejadiannya aunty ?"
"Security rumah kemana?"
Hilda hanya bisa menunduk dengan perasaan sedih dan masih terlihat shock. Wajar jika kedua anak dari wanita yang paling berjasa dalam hidupnya, kini menyalahkannya dan menimpakan semua kesalahan kepadanya.
"Maaf. Kejadiannya terlalu cepat. Prof.Gie tiba-tiba keluar dari pagar rumah, sedangkan security di rumah sedang sarapan di belakang karena perintah Prof."
"Kan bisa bergantian?"
"Security di rumah ada berapa?"
Hilda memilih diam dan mendengarkan protes serta pertengkaran di antara keduanya. Sedangkan Ryu masih terus terhubung dengan ponsel yang ada di genggaman tangannya.
"Mama ada di mana?"
"Kenapa tidak ada yang jaga Mama?"
"Prof Gie bersama teman-temannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
General FictionAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...