"Mas..."
"Ryuzuki. Panggil saja Ryu"
Lelaki itu masih mengulurkan tangannya ketika Gie tak pernah bisa lepas dari kedua netra hitam milik lelaki itu. Degup Jantung Gie masih terus berlompatan ketika kedua tangan mereka saling bertemu.
Sekali lagi, meski telah seperempat abad tak berjumpa, Gie masih bisa merasakan sentuhan lembut dari Wira nya. Tangan yang selalu menghapus tangisannya. Tangan yang selalu membimbingnya untuk selalu jadi bintang kelas. Dan tangan yang dulu pernah berjanji akan selalu ada untuknya.
Namun seketika ia tersadar ketika suara berat itu membuyarkan lamunannya. Suara itu juga, kenapa semua kemiripan ada pada lelaki ini. Bukankah dulu mantan suaminya sudah membunuh Wira nya?
"Silahkan duduk, ..."
"Panggil saya Gie, Tuan"
"Dan panggil saja saya Ryu"
Keduanya duduk berhadapan dengan sebuah meja bulat yang memisahkan mereka. Kedua mata Gie kini melihat suasana di sekitarnya. Entah mengapa ruangan ini beraroma perpaduan lemon dan lavender. Pergerakan matanya terhenti ketika beberapa sudut ruangan dan ditengah meja ada sekumpulan Bunga Peony
Tak ada yang tahu, bahwa bunga peony adalah bunga kegemarannya setelah sukulen kecuali Wira. Gie berusaha menyadarkan kegilaannya dengan bersikap proffesional meski hati dan pikirannya sudah tidak bisa bekerja sama lagi.
"Terima kasih telah menerima undangan saya"
Ya Tuhan, suara itu gumam Gie. Suara yang sama. Suara yang selalu membuatnya melupakan segala kesakitan dan kesedihan. Suara yang mampu mengalihkan dunianya. Gie merindukan pemilik suara itu. Sangat merindukan
"Hmm..Apa yang bisa saya bantu, Tuan..."
"Ryu. panggil saja Ryu. Kenapa Anda gugup? Apakah saya mirip hantu?"
"Maaf..hmm Maafkan saya Ryu. Mungkin karena saya terlalu lelah"
Ryu menuangkan minuman ke cangkir yang ada di hadapan Gie. Seketika tubuh Gie menegang ketika melihat isi dari cangkir yang ada di hadapannya.
"Silahkan diminum. Semoga bisa menghangatkan hati dan pikiranmu"
Wedang uwuh
Minuman kegemaran dua orang yang sangat dicintainya. Dulu sekali, Gie sangat tidak menyukai wedang uwuh. Namun ketika Gie sedang dilanda flu berat, Wira berinisiatif untuk menyaring wedang uwuh dan akhirnya Gie meminumnya.
Kenapa terlalu banyak kebetulan dalam beberapa menit mereka berjumpa
Gie menyesap minuman yang ada di dalam cangir porselin warna putih itu. Sejenak Gie menutup kedua matanya. Seperti merasakan ada mereka di ruangan ini. Minuman yang sama dan Gie sudah puluhan tahun tak merasakannya. Tetapi Gie tidak pernah lupa rasa dan kenikmatannya.
"Anda orang Jepang tapi suka wedang uwuh"
Lelaki yang memperkenalkan dirinya bernama Ryu itu hanya bisa tersenyum meski sikapnya yang dia tunjukkan tidak sehangat minuman yang mereka nikmati
"Ibu saya orang Jawa"
Setelah keduanya menikmati minuman wedang uwuh, Ryu mulai membicarakan beberapa hal penting yang tentu saja membuatnya harus bersikap tegas dan dingin.
"Saya ingin memperluas pemasaran di wilayah Asia Tenggara. Dan Indonesia jadi pilihan untuk jadi pusatnya. Bagaimana menurut Anda?"
"Pilihan yang sudah tepat, karena Indonesia adalah pangsa pasar yang menggiurkan untuk produk yang anda produksi. Kalau boleh saya tahu, untuk pasar Indonesia, produk seperti apa yang akan jadi fokus utama"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
General FictionAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...