Shadow

12K 968 28
                                    

Selalu jadi rutinitas pagi bagi kedua saudara itu untuk selalu bangun ketika shubuh tiba. Pekerjaan rumah tangga sudah menanti mereka. Tak ada pembantu yang meringankan tugas mereka. Keduanya bahu membahu untuk mengerjakan semuanya. Area dapur menjadi wewenang Anggita sedangkan area lain jadi tanggung jawab Hanin.

Hanindya Btari. Anak tunggal dari mendiang adik laki-laki Wishnu. Anggita sangat menyayangi Hanin. Anggita tak pernah merasa iri meski kasih sayang Wishnu dan Laksmi tercurah kepada Hanin.

Hanin sendiri adalah gadis sederhana meski materi tak berhenti mengalir, namun Hanin lebih memilih tinggal di apartement sederhana bersama kakak sepupunya tercinta.

"Mbak...ada kiriman bunga lagi nih. Aku taruh di vas ya?"

Beberapa bulan ini, di setiap pagi Hanin membuka pintu apartement mereka, telah ada 2 paket bunga dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Tak ada identitas pengirim hanya saja keduanya selalu berisikan namanya.

"For Anggita"

Setelah membersihkan seluruh isi rumah, Hanin memilih untuk mendekat ke arah kakak sepupunya

"Mbak...hari ini masak apa?"

Anggita masih asik dengan bermain dengan pisau dan telenan. Dengan cekatan, telah tersedia beberapa makanan di meja makan mereka yang sederhana.

"Kalau buat sarapan kita, mbak masakin kwetiau goreng sama ayam. Buat makan siang dan makan malam, mbak masakin Sop kacang merah, Tuna Balado, Orek tempe ati. Mbak juga sudah siapkan pudding coklat buat kamu. Hari ini kuliah siang kan?"

Hanin mengamati kakak sepupunya itu yang masih asik dengan cobek dan ulekan.

"Mbak, boleh Hanin tanya?"

"Boleh...Tanya aja"

"Mbak ga pengen pulang kerumah pakde Wishnu?"

Anggita masih terus mengayunkan ulekan diatas cobek batu favoritnya. Munafik jika dia tidak merindukan orangtuanya. Namun, Anggita terlampau lelah dengan perkataan pedas dari Laksmi ketika Anggita berkunjung ke sana.

Keduanya semakin membenci Anggita ketika mereka mendengar kabar bahwa Anggita menggugat cerai Angkasa, Laksmi dan Wishnu seolah menutup rapat pintu rumah mereka.

"Kamu tau sendiri kondisinya kan?"

"Proses perceraian Mbak dengan lelaki itu"

Jika teringat masalah proses perceraiannya dengan Angkasa, semangat Anggita tiba tiba menurun drastis. Lebih dari setahun lamanya, pihak pengadilan selalu mematahkan setiap surat gugatan cerainya.  Tak terhitung banyaknya, Ghea harus mengamuk di kantor pengadilan agama. Abimanyu sendiri sampai menyediakan pengacara-pengacara terbaiknya.

"Ga tau. Mbak ga terlalu ambil pusing. Oh ya, nanti mbak pulang malam ya. Banyak kerjaan di kampus"

"Mbak jangan terlalu lelah. Hanin masih banyak uang untuk sewa pembantu. "

"Hanin harus punya tabungan sendiri. Biar mbak yang tanggung jawab untuk pengeluaran disini. Dan satu lagi, Mbak nyaman dengan diri mbak yang seperti ini"

"Mas Bayu keliatan cinta banget ma kamu mbak."

"Huzz. Udah sarapan yuk"

Hanin memeluk kakak sepupunya dengan penuh cinta. Hanin menjadi yatim piatu ketika usianya 5 tahun. Anggita lah yang selalu setia menemaninya belajar dan bermain. Mereka terpisah ketika Hanin memilih masuk asrama ketika SMP. Meski begitu, Anggita adalah segalanya untuk Hanin.

"Hanin sayang banget sama mbak Anggita. Hanin pengen mbak Anggita bahagia"

"Mbak juga sayang Hanin kok. Jangan pernah tinggalkan Mbak ya?"

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang