The Anger of Abimanyu

12.1K 929 69
                                    

Di bagian belahan dunia yang lain, tepatnya di lantai 3 Hotel Fullerton, Utari tak henti hentinya menangis di area balkon kamarnya. Kedua matanya terus mengamati kerlingan lampu di sekitaran Singapore River namun pikirannya melayang dan terus mengucap lirih " Anggita".

Abimanyu yang terus menghubungi semua pengawal dan pekerjanya, berusaha tidak membanting apapun untuk meluapkan emosinya.

Harusnya malam ini, setelah menandatangani sebuah kerjasama dengan salah satu investor dari Taiwan, dia bisa menikmati indahnya malam bersama Utari, istri tercintanya.

Namun ketika ponselnya terus berdering dan setelah itu banyak puluhan panggilan tak terjawab, rencana malam itu sirna seketika. Terutama saat diperlihatkan bagaimana kekejaman anak kandungnya kepada menantu kesayangannya.

Abimanyu paham bagaimana kehidupan Anggita. Lelaki itu dan juga istrinya telah jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya. Gayung pun bersambut, ketika ia berkunjung ke rumah Wishnu, lelaki itu melihat sendiri bagaimana Anggita kecil sangat dibenci.

Cerita itu pun akhirnya sampai ke telinga Utari yang mendambakan kehadiran anak perempuan di keluarganya. Akhirnya, dengan sedikit tipu daya, mereka bisa mengambil Anggita dari kekejaman orangtua kandungnya sendiri.

Kebahagiaan mereka terasa begitu lengkap ketika putra tunggal mereka menaruh hati dan sangat mencintai Anggita. Rangkaian cerita indah telah mereka rancang berdua ketika memutuskan pensiun.

Namun semua itu, ternyata hanyalah sebuah fatamorgana dimana ada Anggita yang begitu tersiksa.

Abimanyu meraih Utari dalam pelukannya. Di tangan istrinya, ada sebuah foto pernikahan Angkasa dan Anggita. Jika hanya melihat foto itu, tak akan pernah ada yang mengira bahwa Angkasa bisa semenakutkan itu.

"Anakku kenapa bisa seperti itu, Pa. Aku semula ga percaya dengan ucapannya Mas Er. Tapi waktu anaknya kasih tunjuk bukti-bukti itu...Ya ampun...."

"Aku sudah feeling ga enak dari beberapa bulan yang lalu. Aku selalu mimpi Anggita merintih. Tapi aku telpon ke rumah, dia masih senyum dan bercanda"

Abimanyu mengusap perlahan punggung istrinya yang terus bergetar. Lelaki itu merasakan bahunya sekarang dibasahi oleh air mata istrinya.

"Aku akhirnya hubungi orang rumah. Ga ada yang mau ngaku. Setelah aku ancam mereka mau ngaku. Hampir tiap malam mereka dengar teriakan.."

Utari kembali menangis histeris. Dia tak memperdulikan kesunyian di malam itu.

Dia memang bukan ibu kandung Anggita. Tapi wanita itu sangat mencintai Anggita melebihi cintanya pada Angkasa.

"Padahal barusan beberapa jam yang lalu kita liat mereka live di TV kan. Acaranya kementrian. Mereka keliatan bahagia. Waktu si Mega bilang gitu, aku langsung hubungi Tince"

Abimanyu mengerutkan dahinya. Istri tercintanya menyebutkab sebuah nama yang terdengar asing di telinganya.

"Tince itu makeup artist langganan aku. Anggita akan selalu melakukan apa yang sudah pernah aku ajarkan"

Abimanyu masih setia mendengarkan curahan hati wanita yang telah mengabdikan hidupanya selama lebih dari dua puluh tahun itu.

"Awalnya Tince ga mau ngaku. Setelah aku ancan, dia akhirnya mau bilang. Tince liat sendiri, badan Anggita membiru. Lebam di pelipis dan bagian mulutnya ada sedikit robekan kecil."

"Dia diancam Angkasa untuk ga buka mulut tentang kondisi Anggita"

Utari kembali bergetar hebat dan menangis di pangkuan suaminya. Mereka sama-sama terluka dengan apa yang telah terjadi.

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang