Sebelumnya terima kasih sudah banyak yang menyukai tulisan saya yang sederhana ini. Jujur, saya menulis cerita ini terinspirasi dari cerita nya mbak deanakhmad. Dan sangat mengejutkan kalau cerita ini banyak yang suka. Kembali lagi bahwa cerita novel adalah cerita tentang kehidupan. Bukan cerita thanos dan super hero avangers. So, saya maklum kalau ada yang bilang cerita saya ini lebay dan membingungkan.
Sungguh aneh jika kita membenci cerita roman dan novel padahal justru cerita di sana jauh lebih realistis dari pada cerita super hero. Jadi, semisal banyak yang ga suka dengan cerita ini, ga masalah. Saya akan tetap up hingga selesai.
Buat yang memang jengah dengan cerita saya, dipersilahkan untuk tidak membaca. Saya sangat terbuka dengan kritik juga saran apalagi untuk yang menghina. Tenang ..saya juga ga hobby untuk block seseorang. Karena jempol dan lidah itu sama. Lunak tp terkadang lebih tajam dari samurai ninja hatori
Sekian cuap2 dari saya. Jangan lupa ke TPS dan sekali lagi golput bukan pilihan. Oh ya presale endgame sudah tersedia. Terima kasih
"Sial..Sial"
Ryu terus memukul setir kemudinya dan berkali kali dia mengeluarkan kata-kata umpatan. Amarahnya nyaris tak terkendali ketika tadi ia melihat wanita separuh nyawanya sedang berdekatan dengan lelaki yang sangat ia benci.
Harusnya hari ini dia bisa memberi kejutan indah untuk wanita tercintanya. Namun ketika ia baru saja tiba di ruang kerja Gie, dia hanya mendapati Hilda dan beberapa stafnya tanpa kehadiran Gie. Emosinya mulai tak bisa terkendali ketika Mega menghubungi Hilda dan mengabarkan bahwa Angkasa memaksa Gie untuk berbicara berdua
Angannya untuk segera memeluk erat Gie agar lelahnya yang dirasa cepat menghilang,kini telah lenyap tak bersisa. Ryu hampir saja kehilangan akal sehatnya ketika tadi Angkasa mulai lancang untuk menggenggam jemari tangan Gie. Demi Tuhan, lelaki itu sudah tidak berhak atas diri kekasihnya. Gie hanya miliknya. Tidak boleh ada lelaki lain yang ingin memilikinya.
Ryu bukanlah pribadi yang egois. Dia justru lelaki penuh kelembutan meski harus tersembunt dibalik sikapnya yang dingin dan terkesan kejam. Namun khusus untuk permasalahan Gie, dia mampu berubah jadi pribadi yang posesif. Sudah cukup dia terpisah puluhan tahun dan selama bertahun-tahun harus melihat Gie dari kejauhan. Kali ini, Gie akan jadi miliknya dan untuk selamanya.
Ryu terus mengemudikan mobilnya dan sesekali dari sudut matanya dia dapat melihat Gie masih sedikit ketakutan dengan apa yang dia lakukan. Sungguh dia tidak ingin menyakiti wanita tercintanya. Namun kejadian tadi di luar akal sehatnya. Dia menyakiti kekasih hatinya. Dia tidak suka miliknya disentuh orang lain.
Setelah satu jam berkendara, mereka berdua tiba di sebuah bangunan rumah yang besar, tidak begitu mewah namun cukup asri dengan halaman yang penuh dengan tanaman dan berbagi macam jenis bunga. Dari dalam mobil, Gie dapat melihat sebuah bangunan kokoh berbentuk joglo dengan nuansa adat jawa yang menghiasi di sekeliling rumah. Rumah itu terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi.
"Turun!!!"
Gie sudah ingin menolak namun Ryu sudah terlebih dahulu mencekal lengannya dan menarik lengan Gie untuk masuk ke dalam rumah. Gie hanya menatap takjub suasana di dalam rumah joglo itu. Meski suasananya terkesan kaku karena suasana adat jawa terasa lebih kental, namun semerbak aroma bunga membuat suasana di dalam jauh lebih menyenangkan
"Bisa kamu jelaskan apa yang tadi aku lihat?"
Gie masih memandang lekat wajah Ryu yang kini telah memerah menahan amarah. Gie hanya bisa tersenyum melihat tingkah Ryu yang mirip seperti kedua anak kembarya. Gie tak habis pikir jika lelaki yang sangat dia puja sudah tak lagi ingat usia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
General FictionAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...