Sejak peristiwa pagi itu, Angkasa memilih untuk menjaga jarak dengan Anggita. Tak ada interaksi antara keduanya. Meski berada di meja makan, kedua nya hanya diam tanpa ada percakapan. Angkasa lebih memilih menghabiskan waktunya di kantor dan kampus.
"Mas...."
"Hari ini aku ga pulang. Aku ada urusan di luar kota. Siapkan bajuku untuk satu minggu ke depan"
Tanpa mengulur waktu, Anggita mempersiapkan segala keperluan suaminya selama seminggu. Pakaian, vitamin, obat-obatan, makanan ringan kesukaan Angkasa. Sejam kemudian, tanpa kecupan perpisahan, Angkasa pergi meninggalkan rumah mereka.
Entah apa yang terjadi, namun ada sesuatu yang mengganjal hati Anggita. Meski perkataan dan tindakan suaminya cenderung kasar, tak pernah sekalipun Angkasa meninggalkan rumah tanpa mencium kening Anggita.
Lelah dengan segala praduganya, Anggita memilih untuk masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kedua matanya hendak tertutup ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Maaf, Nyonya..."
"Ada apa pak? Barang suami saya ada yang ketinggalan?"
"Tidak, Nyonya. Saya hanya ingin menyampaikan ini."
Salah satu pekerja di rumah mereka memberikan sebuah kotak yang Anggita sendiri tidak mengetahui apa isinya. Setelah pekerja itu berpamitan, Anggita membuka isi kotak itu.
Kedua mata Anggita membulat ketika di dalam kotak itu ada sebuah ponsel dan sebuah kunci mobil. Anggita memilih untuk menghubungi ketiga sahabatnya dan mengatur waktu untuk bertemu setelah sekian lama Angkasa mengurungnya di dalam sebuah sangkar emas.
Entah apa yang dimaksud Angkasa dengan memberikan kedua benda itu kepadanya, namun yang pasti selain bahagia, ada tanda tanya besar dalam dirinya, mengapa Angkasa melakukan sesuatu yang dulu sangat tidak mungkin dilakukannya.
###########
Hari hari berlalu begitu cepat namun hubungan Angkasa dan Anggita semakin memburuk. Angkasa jarang sekali pulang, hanya Pak Man, sopir pribadinya yang diminta untuk mengantar dan mengambil pakaian.
Seperti hari itu, sudah satu bulan lamanya Angkasa tidak menginjakkan kaki di rumah mereka. Anggita sudah mencoba untuk menghubungi Angkasa hingga mendatangi kantornya, namun lelaki itu seolah menghindari istrinya sendiri.
"Maaf Nyonya, saya diminta tuan..."
"Sudah saya siapkan, Pak. Ini pakaian untuk suami saya. Makanan dan cemilan untuk dia. Obat-obatan dan vitamin. "
"Baik Nyonya"
"Hmm..Pak, suami saya ada di mana?"
"Maaf Nyonya, saya diminta untuk memberitahukan dimana keberadaan Tuan"
Anggita akhirnya hanya terdiam melihat sopir pribadi suaminya pergi dari kediaman mereka. Ratusan pesan singkat, pesan suara sudah dia kirimkan namun tak ada satupun yang berbalas. Sejuta tanya semakin memenuhi pikirannya ketika setiap dia melihat tumpukan pakain kotor suaminya, ada harum parfum wanita yang berbeda disetiap helai pakaiannya. Tak jarang noda lipstik, ia temukan di beberapa pakaian Angkasa.
"Kamu dimana, Mas? Kenapa kamu memilih menjauh di saat aku berusaha mencintaimu?"
###############
Anggita memilih untuk mengajar mata kuliah lebih banyak dari yang seharusnya, hanya untuk bisa membunuh kesepiannya di rumah. Angkasa belum berkeinginan untuk pulang. Anggita hampir setiap hari mendatangi kantornya, tapi Angkasa seolah menolak keinginannya untuk bertemu. Kabar mengenai kondisi Angkasa, hanya bisa ia peroleh dari sopir pribadi Angkasa yang akan datang seminggu sekali untuk menukar pakaian Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
General FictionAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...