Wedding Day

13.4K 853 31
                                    

"Jawab Anggita!!!"

Anggi menangis bersimpuh di bawah telapak kaki ayah kandungnya. Laksmi sendiri sudah tidak bisa lagi berucap. Ibu kandung Anggi itu menangis dalam pelukan Bagas sedangkan Cakra terlihat menenangkan ayahnya.

Wishnu meraih tubuh lemah Anggi yang sudah basah karena air mata yang terus keluar. Kedua mata Wishnu sudah berkilat penuh amarah.

Plak

Plak

Dua tamparan kembali ia berikan kepada putri tercintanya. Anggi masih terdiam di bawah kaki Wishnu. Hanya ada air mata yang terus membanjiri wajah ayunya.

"Ampun Pa"

Wishnu yang sudah kehilangan akal sehat, membuka gesper yang melingkari celana panjangnya. Lelaki itu meluapkan amarahnya dengan memukulkan gespernya ke punggung dan kaki putri kandungnya.

Jeritan kesakitan dan permohonan ampun dari Anggi tak membuat Wishnu berhenti.

"Apa Wira yang melakukan?. Jawab!!!"

Tangan Wishnu yang akan memainkan gespernya sudah dicekal Angkasa terlebih dahulu. Bak seorang pahlawan, Angkasa mulai memerankan menjadi seorang pahlawan. Lelaki itu mulai berekspresi sedih dan juga tersakiti

"Berhenti Om"

Wishnu memandang tajam calon menantunya yang kini dengan berani mencekal tangannya. Ingin rasanya dia memukul wajah calon menantunya itu karena berani ikut campur masalah keluarganya, namun akal sehatnya masih berfungsi dengan baik. Baginya, sebuah dosa besar jika harus menyakiti keluarga inti dari Putra Abimanyu.

"Jangan ikut campur, Nak Angkasa. Om malu. Dia putri kandung kami. Seharusnya dia bisa menjaga nama baik keluarga bukannya malah melempar kotoran ke wajah kami."

"Papa...dengarkan Anggi dulu..."

Ketika Anggi bersuara, hardikan kerasa dari Wishnu dan tatapan tajam dari Angkasa seolah mengunci mati mulut dan seluruh anggota tubuhnya. Anggi serasa tak punya keberanian meski sedikit. Laksmi seolah tidak peduli pada kondisi Anggi. Apalagi kedua adik kembarnya yang seolah menatapnya seperti seonggok sampah busuk

"Maaf, bukannya saya ikut campur. Kalau pun yang harus marah disini adalah kami. Mama dan Papa saya"

"Om Wishnu, saya mencintai Anggita apa adanya. Meski dia telah ternoda, saya masih sangat mencintainya. Saya akan menutup mata dan telinga terhadap masa lalu Anggita. "

"Saya yakin bukan Anggita yang salah. Mungkin dia dipaksa atau diperdaya oleh lelaki yang bernama Wira"

Anggi tak bisa lagi berkata-kata mendengar nama Wira menjadi tersangka utama pada kekacuan hari itu. Wira nya bukanlah lelaki pemaksa dan pemerkosa seperti Angkasa. Wira nya adalah sosok lembut namun tegas dalam memegang prinsip. Wira nya tidak pernah berdekatan dengan wanita lain. Hanya dirinyalah cinta pertama Wira. Wira nya tak pernah membuatnya menangis. Bersama Wira, Anggi hanya mengenal kata bahagia.

"Maafkan kami, Nak Angkasa. Kami pasrah jika keluarga Mas Abimanyu membatalkan pernikahan ini"

Wajah Wishnu meredup dan kemudian terisak. Rasa kecewa seorang ayah yang mendapati putrinya tak bisa menjaga kehormatan dirinya. 

"Saya sebagai ayah mengaku gagal dan bersalah. Wira harus menerima akibat dari ini semua"

Kembali, Angkasa bermain peran sebagai calon menantu yang bisa jadi pemberi solusi pada setiap permasalah calon mertuanya

"Saya masih ingin menikah dengan Anggita. Karena itu, saya mohon, cukup kita saja yang tau permasalahan ini. Jangan sampai mama papa saya mengetahui rahasia ini"

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang