Kedua mata Angkasa terus menatap lurus jalanan yang ada di depan. Tangan kanannya memegang erat setir kemudi dan tangan kirinya menggenggam erat jemari tangan Anggita dan sesekali mencium punggung tangannya.
Anggita hanya bisa mendesah perlahan melihat tingkah aneh suaminya. Bagaimana tidak aneh, sejak peristiwa ia menangis dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi, setelah membuka mata keesokan harinya, Angkasa meminta suatu yang aneh.
"Pagi ini kita keluar ya. Ke Green Hills. Jam 9 berangkat. Ga usah dandan. Biasa aja. Pakai baju yang biasa juga. Kalau perlu pake daster"
"Ha? Ngapain ke sana? Liat resort Papa"
"Itu tujuan lain. Tujuan utamanya aku kasih tau waktu di jalan. Inget ya, pakai baju biasa aja ga usah dandan"
Dan saat ini di sinilah mereka berada dan setelah berganti baju sebanyak lima kali, akhirnya Angkasa menyetujui pilihannya. Sejenak Anggita memandangi pakaian yang ia kenakan. Namun menurutnya, pakaian ini lebih pantas digunakan di dalam rumah. Tempat yang akan mereka tuju adalah salah satu hotel milik Abimanyu. Anggita hanya tidak ingin membuat malu kedua mertuanya.
"Kamu tetap cantik. Ga usah khawatir. Disana ga ada yang berani komentar dengan penampilan kamu"
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, Range Over milik Angkasa telah tiba di area parkir yang dikhususkan untuk dirinya. Angkasa terus menggenggam erat jemari tangan Anggita ketika memasuki kawasan Green Hills. Tatapan matanya terus mengamati area sekitar resort. Hanya Anggita yang membalas salam dari setiap karyawan resort.
Angkasa membawa istrinya ke lantai tiga di mana terdapat sebuah tempat terbuka dengan pemandangan bukit nan hijau. Suasana cukup asri dan sejuk meski pagi itu matahari begitu terik. Langkah Angkasa berhenti ketika berada di depan sebuah meja berbentuk persegi di mana ada Bayu yang telah menunggunya.
Anggita terpaku di tempatnya namun tak bisa berbuat banyak ketika Angkasa semakin mendekat ke arah Bayu.
"Sudah lama nunggu?"
"Baru setengah jam"
"Maaf, tadi istriku agak manja. Jadi agak tertunda"
Angkasa sengaja bertindak agak berlebihan dengan mengecup jemari tangan Anggita. Bayu yang berusaha tidak terpancing meski hatinya sakit melihat pemandangan yang ada di sekitarnya.
Akhirnya mereka duduk bertiga dengan Bayu yang berada di hadapan Angkasa dan anggita
"So, jadi apa mau kamu Sampai harus mengirim utusan ke rumah kami supaya bisa berbicara dengan istri saya?"
Bukan pertemuan ini yang Bayu inginkan. Dia ingin hanya berdua saja dengan wanita yang sangat ia cintai hingga kini. Dia tak rela Anggitanya kembali kepada Angkasa.
"Apa bisa kami bicara berdua saja?"
"Kamu...
"Mas, please. Sebentar saja"
"10 minutes And no skin ship"
Angkasa meninggalkan keduanya dengan perasaan tak menentu. Sentuhan tangan Anggita dan kecupan lembut di kening Angkasa, membuatnya sedikit lebih tenang.
"Kamu bahagia Gita"
"Aku bahagia sangat bahagia"
Keduanya kini duduk berhadapan dengan Bayu yang terus menatap wajah cantik Anggita meski kini wanita itu lebih memilih untuk tidak beradu pandang dengannya.
"Jangan bohong Gita. Angkasa mengancam kamu kan?"
"Mas, please. Lupakan aku. Aku pilih suamiku. Dia pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
Ficción GeneralAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...