Akhirnya sampai juga di bagian ending. Dulu niatnya cuma 20an bab. Lah kok jadi dua kali lipatnya. Untuk yang tanya kapan ebooknya? Belum tahu karena sudah harus nyusun proposal thesis biar bisa kembali ke kantor lagi dan serumah lagi dengan anak dan suami. Nanti di versi ebook akan jauh lebih banyak bab nya.
Terima kasih semuanya dan selamat menjalankan ibadah puasa untuk semuanya
Mentari pagi menyapa meski masih terkesan malu karena sinarnya tak begitu menyilaukan mata. Gumpalan kapas putih nampak berjalan berarak di kanvas biru ciptaan Tuhan. Kicauan burung dan suara gemericik air menambah semarak pagi hari itu.
"Morning, wife. You look so beautiful, today"
"Gombal. Mas, aku harus bangun. Acaranya hari ini lho. Jangan bikin kacau ..."
"Ini masih pagi banget, wife. Acara nya masih jam 12. Kamu kan pake EO juga."
"Eh kita tuan rumahnya ya. Aku harus periksa ulang dekornya, makanannya, belum lagi nyiapin baju kita, anak-anak...hmppttt"
Ryu meredam kecerewetan istrinya dengan ciuman lembut yang mampu membungkam mulut Gie. Awalnya Gie sedikit memberontak namun perlahan dia terbuai dengan ciuman lembut suami tercintanya.
Ryu memandangi wajah ayu Gie yang tak pernah bosan untuk selalu memujinya. Kedua tangan kekarnya kini menahan lengan Gie agar tidak lagi bisa kabur keluar kamar.
Puas menikmati wajah Gie, Ryu kembali menyusup di antara leher Gie. Mencecap perlahan kemudian beralih ke tempat kegemarannya. Tangan Ryu kembali merambat ke dalam piyama tidur milik Gie, menyibakkan kain penutup hingga lepas tak bersisa.
Ryu kembali menutup gordyn kamar dan meredupkan lampu di kamar tidur. Dan seperti sebelumnya, Ryu kembali menciptakan samudera penuh hasrat yang tak berkesudahan. Gie telah tenggelam dalam kabut gairah di dasar samudera ciptaan suaminya. Meski saat itu langit mulai berangsur terang, sepasang anak manusia itu masih terus bergelora menciptakan suara suara yang penuh dengan kepuasan.
Sekitar satu jam kemudian, barulah Ryu melepaskan istrinya yang kini memilih untuk terpejam karena kelelahan. Tangannya kini membelai surai hitam milik Gie yang kini ada beberapa helai yang memutih. Ryu tak pernah bosan menatap wajah Gie terutama ketika tidur.
"Aku mencintaimu, istriku. Sungguh aku sangat mencintaimu"
Ryu mengira dirinya bermonolog karena dirinya telah yakin Gie telah terlelap. Namun ia salah. Gie mendengar perkataan dan merasakan gerakan tangan Ryu.
"Aku juga mencintaimu, Suamiku"
Gie membalikkan badannya dan kedua netra hitamnya bersimuka dengan kedua mata suaminya. Telapak tangannya kini mengusap perlahan rahang dan rambut Ryu yang kini telah mulai beruban
"Kenapa Mas?"
"Mas beruntung punya kamu"
"Sama aku juga. Hmm MAs...nambah anak yuk?"
"NO!!!"
"Mas...."
Ryu bangkit dari tempat tidur. Lelaki itu mengacak rambutnya. Ini adalah permintaan kesekian dari Gie. Ryu tak akan pernah sanggup mengabulkannya. Cukup sekali melihat Gie meregang nyawa ketika melahirkan putri cantik mereka, Brielle.
"Brielle udah mau empat tahun. Aku malah ga punya waktu dengan Brielle. Dia pusat kasih sayang semua orang. Ga di sini Ga di Kanada. Waktu dengan Brielle cuma pas tidur aja. Aku kesepian, Mas"
"No way. Please , Sasti. Cukup dua kali kamu meregang nyawa. Aku ga bisa. Dulu tanpa seijin kami bertiga, kamu nekat jadi pendonor ginjal untuk Mama Laksmi. Meski cuma beberapa hari tapi sudah buat kami ga punya semangat. Waktu lahiran Brielle juga. Dan itu yang paling parah"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUGERAH UNTUK PRASASTI
General FictionAnggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. Anak sulung yang harus selalu menjadi pelindung bagi keluarga terutama kedua adik laki lakinya. Bagas...