Tragedy

11.7K 884 88
                                    

Anggita masih terisak tanpa bisa berbuat apapun. Tangannya masih memegang erat selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya. Anggita tidak ingat apa yang terjadi. Ketika terbangun, dia telah menjadi seorang penista.
Angkasa sendiri hanya bisa tertunduk dan bersimpuh di lantai. Dia menangis meski berusaha untuk menghalau laju air matanya.

Kedua mata Anggita masih mengamati suasana sekitar kamarnya. Begitu berantakan dengan pakaiannya yang telah tercecer di mana-mana. Abimanyu yang selalu siap jadi yang terdepan untuk membelanya, hanya bisa memeluk erat Utari dan berkali-kali memejamkan mata seolah berharap ini semua hanya mimpi.

Plakk

"Memalukan. Apa yang telah kamu lakukan Anggita Prasasti"

"Pa...Anggi..."

"Siapa laki-laki yang menidurimu? Jawab Anggita"

"Anggi ga tau Pa. Sumpah Anggita ga melakukan apa-apa"

"Kamu kira kami orang bodoh? Kamu bangun dengan kondisi memalukan. Ya Tuhan....lihat kamu sekarang!!! Sama persis seperti pelacur!!!"

Anggita seakan tak percaya bahwa kata-kata itu keluar dari bibir ayah kandungnya sendiri. Sedangkan ibu kandungnya sendiri hanya berdiri terpaku tanpa bisa berkata apapun.

"Mas Wishnu, kita bicarakan dengan kepala dingin di ruang keluarga. Anggita ganti baju dulu ya Nak"

Kedua orang tua dan mertua meninggalkan kamar Anggita sedangkan Angkasa masih terus menatapnya. Tangan Anggita terulur untuk menyentuh wajah suaminya namun tanpa diduga, Angkasa menepis sentuhan tangan Anggita.

"Apa dengan cara ini kamu ingin balas semua pengkhianatanku dulu?"

"Enggak Mas..."

"Bersihkan badanmu. Kami tunggu di bawah"

Angkasa berdiri dan meninggalkan Anggita yang masih tak kuasa menangis. Langkahnya tertatih dan tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa sebelumnya telah terjadi sesuatu. Aroma percintaan pun masih bisa tercium. Anggita semakin terisak ketika di kamar mandi, di sekujur tubuhnya penuh tanda merah.

Ingatannya seakan menghilang di beberapa jam sebelumnya. Dia seperti tidak ingat apapun. Anggita membasuh tubuhnya dan berharap ada secuil ingatan yang mampir di dalam pikirannya. Namun hasilnya tetap nihil hingga ia telah berpakaian lengkap kembali.

#########

Dengan menghembuskan nafas berkali-kali, Anggita segera menuju ruang keluarga. Langkahnya begitu perlahan dan degup jantung kian kencang. Saat menuruni anak tangga, terlihat kedua mertuanya yang saling berpelukan dengam Utari yang masih terus menangis.

Didepannya, Laksmi masih terus menatap ke arah layar datar yang Anggita sendiri tidak begitu melihatnya. Wishnu setia berada di samping istrinya untuk menguatkannya. Sedangkan Angkasa, sama seperti ibu kandung Anggita, namun kali ini  wajah Angkasa tak bisa lagi menyembunyikan amarahnya.

Anggita telah berada di anak tangga terakhir dan orang yang pertama kali menyadari kedatangannya adalah Utari. Wanita itu melepaskan pelukan suaminya dan berjalan ke arah Anggita. Ada sedikit rasa tenang ketika ibu mertuanya menghampiri Anggita namun angan Anggita tak pernah terwujud.

Plakk

Plakk

"Ma....."

"Ini balasan kamu untuk semua kasih sayang kami, Anggita.? Apakah tidak cukup cinta dan segala macam prioritas yang telah kami berikan untuk kamu?"

"Ma, Anggita ga salah"

"Ga salah kamu bilang!!!!"

Utari mencekal lengan Anggita dan menyeretnya hingga dia jatuh terjelembab di lantai. Tangan Utari meraih surai hitam milik menantunya

ANUGERAH UNTUK PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang