II

1.6K 46 0
                                    

Sejak kemarin sore hujan tidak lekas turun. Hanya mendung yang setia meneduhkan bumi yang kering kerontang. Menyisakan hawa panas yang dapat meresahkan setiap orang.

Cuaca tidak mengalahkan semangat laki-laki muda yang dikenal dengan kemampuan bela dirinya. Ia bernama Mada, laki-laki dengan tinggi ideal, dan memiliki kemampuan dalam bidang bisnis.

Mada tinggal bersama Hartono dan Sabina yang merupakan paman dan bibinya. Sejak kepindahannya ke Indonesia, Mada rajin membantu usaha kedai kopi Hartono. Setiap pulang sekolah, ia akan langsung melakukan pekerjaan paruh waktunya tersebut. Hartono akan memberikannya sejumlah uang sebagai gajinya yang Mada gunakan untuk uang saku.

"Hei Mada, sampai kapan kamu akan tidur? BANGUUUUUUN!!!"

Teriakan khas Sabina bagaikan suara alarm bagi Mada. Namun pagi ini suara lengkingan yang bahkan mencapai 3 oktaf tersebut tidak mempan untuk membangunkannya. Mada terlalu asyik dalam dunia mimpi.

"Bibi!..." entah apa yang tiba-tiba membuatnya terbangun.

"Aku melihatmu bernyanyi dengan nada 3 oktaf dalam mimpi."

Sambil mengucek-ucek kedua matanya dan sesekali menguap, Mada masih enggan untuk pergi ke kamar mandi.

Sabina tidak tinggal diam. Ia segera berlalu ke kamar mandi, dan keluar membawa seember kecil air.

"Perlu bibi yang mandiin?"

Mada berlari terbirit-birit.

Jika saja Mada tidak lantas ke kamar mandi, air itu pasti sudah mengguyur tubuhnya.

"Mada, kamu tidak mau sarapan dulu?"

Pria yang duduk di meja makan bersama sama Sabina itu adalah Aldo, kakak sepupu Mada.

"Aku buru-buru bang, takut telat."

"Eeh tapi tapi... Mada!"

Baru ia akan memberikannya bekal makanan, Aldo kehilangan jejak Mada.

"Cepat sekali larinya."

"Biarin sajalah Do, salah dia sendiri tidak bangun lebih awal."

"Tumben suara mama tidak berhasil ngebangunin tu bocah" kata Aldo cekikikan.

"Hmm entahlah. Kemarin dia begadang di tempat latihannya, baru sampai rumah jam 1.45 am."

"Owh begitu."

Aldo tidak mungkin tahu bagaimana keadaan rumahnya 6 bulan belakangan ini. Ia bekerja di luar kota berprofesi sebagai pegawai tetap di salah satu perusahaan di Jakarta, dan hari ini hari liburnya, jadi ia bisa pulang untuk menengok keluarga.

Waktu semakin menipis, dan Mada hampir sampai di sekolah barunya. Hari ini adalah hari pertama sekolahnya sebagai siswa SMA di Great High School. Mada hanya perlu menempuh 14 menit perjalanan dengan berlari, dan kira-kira 5 menit perjalanan dengan menumpang angkutan umum. Dirasa baginya itu tidak lumayan lama dan kurang lebih berhemat, jadi ia lebih memilih untuk berjalan kaki saja.

Akhirnya ia sampai di depan gerbang sekolah dengan tepat waktu. Sebelum masuk ia sempatkan diri untuk mengambil parfum di tas dan menyemprotkan keseluruh tubuhnya.

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang