Last day in Bali

878 12 5
                                    

Mada pov

Sebelum lanjut, gue mau sedikit throw back di hari kemarin, hari dimana gue dan Alexa pergi jalan-jalan.

Pukul 6.45 pm, ketika itu Alexa sudah meminta untuk pulang.

"Eh Mada, udah gelap pulang yuk. Kak Reno juga udah nelponin dari tadi."

"Ok, ayo!"

"Kapan-kapan kita jalan-jalan berdua seperti ini lagi ya." Kata Alexa sesampainya di parkiran.

"Jalan-jalan kemana? Orang hari ini kesempatan terakhir kita menelusuri Bali."

"Ya kan bisa di Surabaya, kemana aja kek asal sama kamu."

Gue ngga nyangka hari kemarin ternyata menyimpan sejuta rasa, dan kebanggaan tersendiri bisa melewati hal-hal yang dirasa kurang manusiawi. Intinya pertengkaran itu wajar ada, tapi ya detik ini gue merasa perlakuan gue kemarin terhadap Alexa tidak sepantasnya. Gue merasa bahwa diri gue tidak cukup dewasa dalam melindunginya apalagi menjaga perasaannya.

Gue ngga nyesel sekalipun hal seperti kemarin terulang berkali-kali, tapi gue akan kecewa jika salah satu diantara kami, entah gue ataupun Alexa selalu menyikapinya dengan cara yang sama.

Hari ini adalah hari terakhir kami di Bali. Pukul 7.50 am kami akan check-out. Tapi sebelum itu kami sarapan bersama seperti biasa.

"Morning Mada!" Seru Alexa yang ternyata udah duluan sarapan.

"Morning!" Balas gue.

Kak Reno dan kak Stella juga ada bersama Alexa. Pagi ini wajah mereka terlihat lebih berseri-seri dari biasanya, atau gue juga demikian?

"Duduk Mada, aku udah siapin sarapan buat kamu."

Alexa mengajak gue untuk duduk disebelahnya, dan sarapan sebanyak ini dia sendiri yang siapin? Ngga percaya gue.

"Ya ampun, romantis banget sih kalian berdua! Dari hari ke hari kami perhatiin, makin lengket aja." Kata kak Stella pada detik-detik terakhir sarapannya habis.

"Iya, Alexa kan cintanya ngga tanggung-tanggung." Kata kak Reno menimpali.

Lalu mereka berdua tertawa sambil terus memperhatikan gue dan Alexa. Gue emang diam aja, sementara Alexa fine-fine aja diledekin begitu. Malahan dia semakin banyak nyuapin roti ke mulut gue.

"Yaudah kami tinggal dulu ya, mau berbenah diri. Kalian jangan lama-lama, bentar lagi kita check-out." Ujar kak Reno.

"Siap kak." Jawab Alexa semangat. Gue ngga bisa jawab. Mulut gue kepenuhan.

"Udah Lexa cukup! Gue udah kenyang."

"Yaah nanggung tinggal sepotong lagi, aaa..."

"Cukup Alexa! Lo aja deh yang makan."

"YAUDAH!"

Dia kayak anak kecil lagi. Bibirnya manyun 5 senti. Dengan terpaksa gue melahap roti yang tinggal setengah itu.

"Gitu dong, kan ngga mubazir jadinya. Sekarang minum susunya ya."

"Gue minum air putih aja deh, eneg."

"Owh, okay. Maafin ya,"

"Ngga apa-apa ngga apa-apa."

Setelah kurang lebih 30 menit kami sarapan, akhirnya gue bisa terbebas dari Alexa si pemaksa. Tapi, itu ngga bertahan lama. Alexa nyamperin gue ke kamar.

"Mada, ayo! Kamu itu lama banget sih. Udah ditungguin tuh kita di lobby."

"Yaudah lo duluan aja kesana. Gue lagi bersihin ini lagi dikit."

Tadi gue ngga sengaja nyenggol air, terus jatuh ke kasur, basah.

"Udah ngga usah dibersihin, nanti pihak hotel yang bersihin, ribet amat sih. Buruan Mada!"

Ya, gue emang terlalu rajin. Jika ada niat🤣

Kita sudah sampai di Bandara. Pesawat yang akan menuju Surabaya delay untuk beberapa jam. Hal itupun dimanfaatkan Alexa buat belanja. Ujung-ujungnya pasti gue ikutan dilema dibuatnya, dan merasa bingung sendiri dengan pertanyaan...

"Bagusan yang mana?"

"Dua-duanya bagus kok."

"Iih aku kan suruh kamu milih! Jadi yang mana?"

Ribet emang kalau cewek belanja. Cuma untungnya Alexa ngga seribet ABG-ABG labil.

"Jadi warna biru ini yang lebih bagus ya? Ok, mbak dibungkus ya."

"Lexa,"

"Iya?"

"Kan warna kesukaan kamu cream. Kenapa pilih warna biru yang justru warna kesukaan aku?"

"Baju ini bukannya buat aku Mada. Oleh-oleh buat mama, kan mamaku suka warna biru juga kayak kamu."

"Terus oleh-oleh buat papamu?"

"Hehe, aku ngga kepikiran nih papa sukanya apa. Bingung mau beliin papa apa."

Akhirnya dari kebingungan Alexa, munculah ide inisiatif dia sendiri yang melibatkan gue.

"Mada, benda kesukaan kamu apa?"

"Kamera."

"Hmmm...papa juga suka kamera, tapi jarang dipakai, mubazir. Yang lain? Yang lebih ke benda sehari-hari."

"Gantungan kunci?"

"Omaigat Mada,"

Gue salah jawabkah? Emang gue sukanya gantungan kunci, apalagi yang unik-unik gitu bentuknya.

"Okay, diluar benda-benda yang berhubungan dengan tas, apalagi yang kamu suka?"

"Tindik, kalung--"

"Bukan bukan. Jangan perhiasan juga kali."

Salah lagi? Gue juga emang suka pakek gituan, biar keliatan swag. Alexanya aja yang belum tau fashion gue yang sebenarnya.

Lalu gue ingat sesuatu yang berhubungan dengan bokapnya Alexa. Biar cepat, biar ngga setres juga ni cewek bimbang, gue langsung jawab...

"Snickers."

"Owh iya, papa suka tuh koleksi snickers, secara pecinta snickers banget. Mada, temenin nyari yuk!"

Yess!!! Berhasil. Untung memori gue kuat.

2 jam kemudian, akhirnya pesawat tiba. Alexa juga sudah dapat apa yang diinginkannya. Lalu kami terbang dengan tenang. Upps! Dengan pesawat maksudnya.

Sampai ketemu di Sahabat, kok romantis? 2😍😍😍

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang