XXXI

475 9 0
                                    

Hari ini aku sengaja update 2x, dikarenakan aku tidak akan update besok karena suasana hari raya kuningan😊 dengan begini kalian tidak akan penasaran kan?🙂
Happy reading,

---
Siang ini di rumah sakit, tante Ratna telah siuman dari komanya. Mendengar kabar tersebut, Reno akhirnya bisa kembali bernafas lega.

"Bagaimana keadaan tante sekarang?" Dea menemani tante Ratna, merawatnya, begitu pulang dari sekolah, ia langsung menuju rumah sakit.

"Kak Reno jangan terlalu terpuruk pada keadaan. Dengan kak Reno yang terus menyesal begini, bagaimanapun juga itu tidak dapat mengembalikan keadaan seperti semula. Mungkin ini takdir. Jika sewaktu-waktu kak Reno akan meninggalkan kami, Dea janji, Dea nggak akan menyesalkan kepergian kak Reno, dan juga Dea janji akan merawat tante Ratna dengan sebaik mungkin."

"Maafin kakak Dea," Reno memeluk Dea. Dengan berlinang air mata, Dea membalas dekapan hangat tubuh Reno dan sesekali menepuk punggungnya.

Dea mengetahui semuanya dari Reno, semua, yang berhubungan dengan Alexa.

"Dea sungguh tidak menyangka Alexa pernah menjadi bagian dari hidupmu kak. Dea kira hanya pertemanan biasa yang waktu itu kak Reno ngakunya kenal Alexa dari Socmed. Rupanya, pelukannya kala itu begitu spesial bagi kak Reno sendiri."

Bagi gadis muda sepertinya, tidak penting baginya untuk menanyakan lebih detail mengenai hal itu dapat terjadi. Namun yang pasti, Dea sudah terlanjur sayang dan nyaman, bahkan telah menganggap Reno adalah kakak kandungnya.

~

"ALEXA!!! ITU BAHAYA!"

Mada menyusul Alexa keluar dari mobilnya. Gadis itu berlari dengan kencang ke arah kejahatan yang terjadi tidak jauh dari jarak mobilnya yang terhenti, demi menyelamatkan Sandra.

"KALIAN MAU APAKAN DIA?" teriak Alexa dengan suara lantang, seolah tidak takut akan kumpulan pria bertubuh kekar yang mengelilingi Sandra. Padahal terakhir kali Mada lihat, gadis itu begitu ketakutan kala dirinya juga pada posisi Sandra yang saat ini tengah terjadi, namun bedanya kali ini premannya lebih banyak.

"Tolongin gue Alexa,"

Tubuh gadis itu terlihat gemetar ketakutan. Alexa bisa merasakan bagaimana Sandra saat ini, dengan begitu rasa simpatinya dengan sendirinya muncul terhadap gadis yang bahkan berkali-kali telah menjahatinya.

"ALEXA, HATI-HATI, MEREKA MEMBAWA SENJATA TAJAM!" Teriak Mada dari ujung kerumunan.

Ia tidak bisa melihat Alexa, karenanya gadis itu sekarang telah berada di posisi sama dengan Sandra, diantara kerumunan preman-preman sangar. Mada juga tidak bisa berkutik, oleh karena lawannya lumayan banyak dan tidak ada lagi celah untuknya masuk menyelamatkan dua gadis itu.

"AAH SIAL!!! DIA BERURUSAN LAGI SAMA PREMAN!!!" Gerutu Mada kesal.

Ia mengkhawatirkan keadaan mereka yang dikelilingi pria-pria yang tidak berperikemanusiaan itu. Maka dari itu, Mada menghubungi teman-temannya yang berada di klub karate untuk membantunya menumpas kejahatan jalanan tersebut.

"OEY, KALAU BERANI, MAJU SATU-SATU!" Tantang Mada.

Sembari menunggu teman-temannya tiba, ia berusaha mengalahkan mereka dahulu dengan kemampuannya sendiri.

"Gimana ini Alexa? gue beneran nggak tau cara ngelawan mereka. Gue benar-benar hampir melupakan semua trik-trik karate, jadi tolongin gue Alexa,"

"Lo diam, gue akan coba untuk mengelabui mereka."

Alexa berpikir, jika ia menyerang dengan pukulan, cara itu pasti tidak akan berhasil, secara mereka termasuk lawan yang mematikan, apalagi mereka masing-masing membawa senjata tajam. Menendangnya apalagi, kaki mungilnya mungkin akan segera ditangkap jika ia tidak bergerak cepat. Itu merupakan salah satu kelemahannya dalam karate, dan ia kurang percaya diri untuk melakukannya.

"KALIAN SEMUA, APA TIDAK TEGA MELIHAT GADIS YANG MASIH BERSEKOLAH SEPERTI KAMI? DIMANA RASA KASIHAN KALIAN? APA YANG KALIAN INGINKAN DARI KAMI?" Ujar Alexa lantang.

Suara gadis itu tenggelam seketika oleh tawa mereka. Salah satunya tak segan-segan segera memegangi kedua tangan Sandra dan juga Alexa. Ketika seorang pria yang merupakan pimpinan dari pasukan tersebut berusaha untuk menggoda Sandra dan siap melecehkannya, Alexa terkesiap dan menendang pria tersebut dengan tepat di salah satu bagian tubuhnya dan membuatnya mengerang kesakitan. Serangan bertubi-tubi datang pada Alexa, dan membuat gadis itu kehabisan tenaga. Demi melindungi Sandra dari salah satu senjata tajam yang di lempar sembarangan kearahnya dan hampir saja mengenai dahinya, Alexa berusaha menghalangi dengan berdiri di depan Sandra, alhasil malah dirinya yang terluka. Senjata tajam tersebut melukai tangan kanannya. Sandra kaget melihat darah segar yang mengalir dari sumber luka itu. Ia bingung harus berbuat apa. Dalam tasnya tidak ada obat-obatan sejenisnya.

Mendengar suara sirene mobil polisi, preman-preman tersebut akhirnya bubar. Polisi mengetahui lokasi kejahatan tersebut bermula dari Erik, ketua klub karate yang menghubungi kantor polisi terdekat.

"Terimakasih atas kerjasama kalian. Mereka semua adalah pidana yang berhasil kabur dari penjara dua tahun silam," ujar pihak polisi berterimakasih pada anggota klub karate.

"Mereka semua ditahan atas kasus pelecehan seksual sepanjang tahun. Sekali lagi kami ucapkan terimakasih, permisi."

Keadaan telah aman. Mada bisa melihat Alexa dengan jelas sekarang dan menampaki keadaannya yang demikian, membuat hatinya terasa berkecamuk. Ia membawa Alexa pada pelukannya dan segera melarikannya ke rumah sakit.

~

"Mama, Lexa nggak apa-apa." Katanya tersenyum lirih.

Dokter mengatakan luka di tangannya tidak begitu parah. Maka dari itu, Alexa dengan leluasa bisa menggerakkan tangannya pelan. Dihapusnya air mata Hanna yang meratapi keadaannya.

"Mama jangan nangis lagi ya."

Sementara itu di ruang tunggu, Alex, Mada, dan Sandra tengah menunggu waktu Alexa bisa ditengok selain mamanya.

"Mada minta maaf om, Mada nggak bisa menjaga Alexa dengan baik." Ucap Mada lirih.

Alex menggeleng lalu tersenyum. Ia tidak marah dengan Mada. Hanya saja ia geram terhadap keadaan yang menimpa putrinya.

"Alexa,"

"San-dra," lirihnya menahan perih di tangan.

"Maafin aku Alexa. Selama ini aku sering jahat denganmu, tapi kamu malah menolongku--"

"Sandra tolong berhentilah!" Ekspresinya terlihat meringis kesakitan ketika akan berusaha bangun dari pembaringannya.

"Aku sebenarnya bosan mendengarkanmu berucap kata maaf, mungkin karena perlakuan burukmu terhadapku dari dulu yang melukai hatiku. namun beginilah aku, aku tidak bisa terus-terusan menaruh rasa dendam terhadapmu."

"Maaf Alexa,"

Ini seperti pemandangan aneh. Seorang Alexa berpelukan dengan seorang Sandra yang kali ini ia benar-benar mengakui kesalahannya. Alexa percaya, dendam itu tidak baik bagi dirinya, jadi ia putuskan untuk mengakhirinya saja.

To be continued~

Love you readers💕💕😍 trimakasih atas antusiasnya dalam mengikuti kisah ini sampai part ke-31. Tunggu tanggal main endingnya😁😅
Don't forget to vote and comment

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang